Sejarah

Perseteruan Blok Barat dan Blok Timur, serta Negara-Negara Anggotanya

Blok Barat dan Blok Timur
Written by Fandy

Blok Barat dan Blok Timur – Sahabat Grameds, Amerika Serikat dan Uni Soviet sebenarnya tergabung ke dalam Blok Sekutu dan bersama-sama berperang melawan Blok Poros selama Perang Dunia II. Namun, meski berada di barisan yang sama, kedua pihak tersebut sebenarnya bersitegang karena perbedaan ideologi.

Amerika Serikat telah lama waspada dan khawatir terhadap perkembangan komunisme Uni Soviet dan prihatin dengan pemerintahan tirani pemimpinnya, Joseph Stalin. Uni Soviet di sisi lain membenci perilaku Amerika Serikat yang menganaktirikannya dalam komunitas internasional. Uni Soviet juga geram karena Amerika Serikat tidak bergerak cepat untuk terjun ke dalam Perang Dunia II saat itu.

Menjelang berakhirnya Perang Dunia II, benih-benih kebencian antara kedua belah pihak tumbuh semakin besar. Aliansi Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Soviet mulai terpecah. Benih-benih kebencian tersebut menjadi rasa saling tidak percaya dan permusuhan yang luar biasa.

Berikut akan dipaparkan ulasan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan munculnya Blok Barat dan Blok Timur, beserta negara-negara anggotanya.

Kondisi Sosial-Politik Negara-Negara Eropa Pasca Perang Dunia II

Usai pertempuran-pertempuran yang terjadi selama berlangsungnya Perang Dunia II, yang dilanjutkan dengan perjanjian-perjanjian perdamaian memunculkan dua kekuatan besar di dunia, yaitu Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Amerika Serikat tidak hanya menjadi negara pemenang, tetapi juga sebagai negara yang menyebabkan Sekutu berada di pihak yang menang. Uni Soviet di sisi lain yang keluar sebagai negara raksasa, kedudukannya dapat disamakan dengan Amerika Serikat.

Amerika Serikat memang memiliki segalanya, yaitu kekuatan militer yang terhebat dalam sejarah, industri yang maju, dan senjata atom sebagai monopolinya. Namun, kekuatan Amerika Serikat di Eropa dikurangi secara bertahap dan nyata. Hal ini dilakukan sejalan dengan rencana Amerika Serikat sendiri yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian.

Otonomi dan demokrasi, perdagangan bebas, kemerdekaan di laut, ketiadaan batas-batas investasi, dan politik pintu terbuka merupakan prinsip-prinsip yang memperlihatkan keinginan Amerika Serikat. Sebagai bangsa terkuat dan terkaya di dunia, serta bangsa dengan industri terbesar dan keuangan terkuat, Amerika Serikat akan memperoleh keuntungan yang lebih besar jika peraturan seperti itu dikembangkan di dunia.

Uni Soviet di lain pihak secara tidak langsung merupakan kekuatan tandingan bagi Amerika Serikat. Dari sudut pandang Uni Soviet, perluasan batas-batas negaranya dan dominasi terhadap daerah-daerah merdeka secara formal di wilayah Eropa Timur diperlukan bagi keamanan Uni Soviet. Hal itu dianggap sebagai kompensasi yang wajar terhadap kekalahan yang pernah dialami Uni Soviet ketika berperang sebelumnya.

Dari sinilah kita dapat melihat adanya dua kekuatan yang saling berhadapan atau sering disebut sebagai balance power. Selama kekuatan kedua belah pihak imbang, selama itu pula perang tidak akan pernah pecah dan perdamaian akan terjamin, meskipun perdamaian yang sifatnya terselubung atau perdamaian formal.

Mengapa? Hal ini dikarenakan dalam kondisi perdamaian tersebut akan tercipta kondisi-kondisi lain yang dapat meningkatkan suhu politik menuju ke arah perang berikutnya. Coba bandingkanlah kondisi ini dengan keadaan setelah berakhirnya Perang Dunia I, apakah ada kesamaan?

Sejalan dengan munculnya dua raksasa dunia, nasionalisme di Asia yang selalu ditindas oleh negara-negara Barat berkobar dengan hebat dan tidak dapat ditahan lagi. Muncul negara-negara merdeka di Asia, yaitu Indonesia, India, Pakistan, Burma, Kamboja, dan Filipina.

Negara-negara merdeka itu beberapa di antaranya bergabung dengan negara-negara di Afrika membentuk kelompok blok ketiga, yang disebut dengan Gerakan Non-Blok (GNB). Artinya, mereka tidak memihak ke dalam kelompok demokrasi Barat (Amerika Serikat) maupun kelompok komunis (Uni Soviet).

Bagaimana perkembangan selanjutnya dari kondisi sosial-politik setelah terbentuknya Blok Barat dan Blok Timur? Penjelasan berikutnya akan memperlihatkan perjalanan politik kedua blok tersebut, yang kemudian terseretke dalam Perang Dingin.

Bukti dari munculnya persaingan antara Blok Barat dan Blok Timur dimulai ketika Josef Stalin dan menteri luar negerinya, Vyacheslov Molotov, berpidato di muka publik pada Februari 1946. Keduanya menyatakan bahwa demokrasi Barat adalah musuh mereka.

Satu bulan kemudian, Winston Churchill mengemukakan pandangannya dalam pidatonya di Fulton, Missouri bahwa aksi-aksi Uni Soviet di Eropa Timur sebagai sebuah tanda bahaya. Dia berbicara tentang sebuah “tembok besi” yang telah dipasang di Eropa. Tembok itu telah memisahkan kebebasan dan demokrasi Barat dengan daerah yang berada di sebelah timurnya melalui sejumlah peraturan yang bersifat mengekang.

Dia mengisyaratkan negara-negara demokrasi Barat untuk melawan komunis dan mendesak agar dilakukan persatuan dan pengokohan Barat sebagai respon terhadap kekacauan tersebut.

Keinginan Amerika Serikat untuk meredam meluasnya penggunaan senjata atom dan pengendalian di bawah kontrol internasional ditolak oleh Uni Soviet. Hal ini mengakibatkan Amerika Serikat terus mengembangkan secara rahasia senjata-senjata atom mereka untuk mengatasi berkembangnya penggunaan senjata atom oleh Uni Soviet. Kondisi yang demikian merupakan awal dimulainya pertandingan senjata nuklir di antara kedua kekuatan tersebut.

Pertahanan Barat terhadap sesuatu yang mereka anggap sebagai “kekeraskepalaan” Uni Soviet dan rencana komunis untuk melakukan subversi dan ekspansi memperlihatkan bentuknya tahun 1947. Sejak tahun 1944, perang saudara terjadi di Yunani antara pemerintahan royalis yang dibentuk oleh Britania Raya dengan pemberontak yang didukung oleh negara-negara komunis, terutama Yugoslavia.

Pada 1947, Britania Raya meminta Amerika Serikat untuk membantu Yunani dan Turki secara finansial. Hal ini dikarenakan kedua negara itu berada dalam tekanan Uni Soviet dan kondisinya sangat memprihatinkan (dalam hal ini kemiskinannya).

Pihak Blok Barat di satu pihak merasa perlu untuk mengamankan wilayah Selat Dardanella, sedangkan di lain pihak kemiskinan merupakan lahan subur untuk berkembangnya komunis. Dengan demikian, Amerika Serikat merasa berkepentingan membantunya.

George Marshall, Sekretaris Negara Amerika Serikat.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Amerika Serikat memikirkan program pembenahan Eropa yang dinamakan dengan Marshall Plan (Rencana Marshall). Rencana tersebut dipelopori oleh George Marshall, Sekretaris Negara Amerika Serikat.

Rencana itu merupakan program bantuan ekonomi bagi negara-negara Eropa yang mau bekerja sama demi keuntungan bersama. Selain Yunani dan Turki, negara lain yang berpartisipasi adalah Finlandia, Polandia, Hongaria, dan Cekoslowakia.

Uni Soviet sebenarnya juga ditawari program ini, tetapi dari pihaknya muncul kekhawatiran bahwa bantuan ekonomi Amerika Serikat itu menyebabkan negara-negara penerima bantuan akan beralih ke Blok Barat. Keberhasilan program ini ternyata memang menyebabkan pudarnya kekuatan komunis di Barat dan munculnya negara-negara demokrasi yang solid.

Untuk mengatasi gerak Blok Barat, Stalin mengadakan rapat partai-partai komunis seluruh dunia di Warsawa pada musim gugur September 1947. Mereka membentuk Communist Information Bureau (Cominform) atau Biro Informasi Partai Buruh dan Komunis yang bertugas menyebarkan komunis ke seluruh dunia secara revolusioner.

Pada Februari 1948, sebuah peristiwa dramatis dan brutal dari kebijakan baru Stalin itu terjadi di Prague. Komunis menghancurkan pemerintahan koalisi demokrasi di Cekoslowakia, membunuh Jan Masaryk selaku Menteri Luar Negeri Cekoslowakia dan memaksa Presiden Edward Benes untuk mundur. Cekoslowakia dikuasai oleh Uni Soviet.

Aksi Uni Soviet ini menggugah Amerika Serikat untuk secepatnya menetapkan status Jerman. Wilayah Jerman bagian barat yang dikuasai kelompok demokrasi dibangun untuk mencegah invasi Uni Soviet dari wilayah Jerman bagian timur.

Industri Jerman dikembangkan agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Secara formal, Jerman Barat menjadi Republik Federasi Jerman pada September 1949, sedangkan daerah timur menjadi Republik Demokrasi Jerman yang berkiblat ke komunis satu bulan kemudian.

Grameds, dari penjelasan di atas dapat dilihat bahwa pertentangan yang terjadi pada hakikatnya selalu melibatkan Blok Barat dengan Blok Timur. Pertetangan tersebut tidak lagi dilakukan secara terbuka (perang frontal), tetapi lebih dititikberatkan dalam adu kekuatan secara ideologis.

Balance of power mengakibatkan munculnya politik aliansi yang didasarkan keamanan bersama. Atas dasar Rencana Marshall yang menekankan kerjasama internasional, Belgia, Belanda, Luxemburg, Prancis, dan Britania Raya menandatangani Perjanjian Brussel pada 17 Maret 1948. Perjanjian ini merupakan kerja sama di bidang ekonomi dan militer.

Selanjutnya, negara-negara tersebut bergabung dengan Italia, Denmark, Norwegia, Portugal, dan Islandia untuk menandatangani sebuah perjanjian dengan Kanada dan Amerika Serikat pada 4 April 1949. Mereka membentuk North Atlantic Treaty Organization (NATO) atau Pakta Pertahanan Atlantik Utara.

Bergabungnya Jerman Barat ke NATO menyebabkan dibentuknya organisasi tandingan Pakta Warsawa selama Perang Dingin.

NATO membantu anggota-anggotanya untuk bekerja sama jika terjadi penyerangan. Perjanjian NATO membentuk Barat menjadi satu blok. Beberapa tahun kemudian, Jerman Barat, Yunani, dan Turki ikut bergabung.

Hubungan Uni Soviet dengan negara-negara Eropa Timur di pihak lain diatur oleh perjanjian bilateral yang memberikan bantuan kerja sama jika terjadi penyerangan. Pada 5–8 Januari 1949, dibentuklah The Council for Economic Mutual Assistance (COMECON) atau Pusat Bantuan Ekonomi Bersama yang berfungsi membantu dalam bidang ekonomi.

Tidak seperti sistem negara-negara yang terikat kepada NATO, sistem blok komunis berada di bawah dominasi Uni Soviet langsung melalui partai komunis lokal, yang dikontrol dari Moskow dan diawasi langsung oleh Tentara Merah.

Pakta Warsawa yang disetujui pada Mei 1955, yang di dalamnya termasuk Albania, Bulgaria, Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria, Polandia, Rumania, dan Uni Soviet, hanya memberikan pengenalan secara formal kepada suatu sistem yang sudah ada. Dengan demikian, Eropa akhirnya dipecah ke dalam dua blok yang bermusuhan.

Ketegangan dan Persaingan Blok Barat dan Blok Timur

Berdasarkan salah satu uraiannya tentang Perang Dingin, Platt dan Drummond (1964) mempertanyakan, “What caused the United States and the USSR, wartime allies, to become Cold-War rivals?” Terjemahan bebasnya dalam bahasa Indonesia yaitu, “Apa yang menyebabkan Amerika Serikat dan Union of Soviet Socialist Republics (USSR), yang saat masa perang (maksudnya Perang Dunia II) bersekutu, menjadi saling bersaing pada masa Perang Dingin?”

Dua bulan setelah Perang Dunia II berakhir, Jenderal Eisenhower turut menulis, “American-Soviet friendship is one of the cornerstones upon which the edifice of peace should be built” (persahabatan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet merupakan salah satu dasar untuk membangun perdamaian yang lebih baik).

Ribuan orang Amerika Serikat menyetujui pendapat ini. Mereka juga menghargai heroisme pasukan Rusia ketika menghadapi musuh bersama, yaitu Jerman. Sama halnya dengan Eisenhower, para pendukungnya juga bersimpati atas penderitaan orang Rusia dalam menghadapi Jerman selama Perang Dunia II.

Namun, mereka kemudian bertanya, “Mengapa mereka tidak dapat bekerja sama pada masa damai?” Rasa percaya terhadap kerja sama seperti itulah untuk sebagian hal menjadi alasan bagi Amerika Serikat memobilisasikan kekuatan bersenjatanya setelah masa damai tiba.

Setelah perang usai, banyak negara di dunia terpecah ke dalam dua kubu yang saling bermusuhan, yaitu Amerika Serikat bersama negara-negara non-komunis dengan Uni Soviet bersama sebagian besar negara-negara berhaluan komunis.

Ketegangan akibat persaingan di antara kedua belah kubu inilah yang melahirkan Perang Dingin. Secara umum, senjata Perang Dingin bukanlah meriam, tank, dan pesawat tempur, tetapi propaganda dan bantuan-bantuan yang bersifat militer, ekonomis, dan teknis untuk memperkuat sekutunya dan menarik simpati pihak-pihak netral.

Untuk beberapa kasus di beberapa tempat, Perang Dingin telah menjadi perang panas dan benar-benar telah menjadi permusuhan di antara negara-negara.

Daftar Negara-Negara Blok Barat dan Blok Timur

Peta pembagian Blok Barat dan Blok Timur.

Berbagai faktor dan kondisi itulah yang telah menyebabkan munculnya dua blok. Blok Barat dipimpin Amerika Serikat, sedangkan Blok Timur dipimpin Uni Soviet. Blok Barat cenderung beraliran liberal dan kapitalis, sedangkan Blok Timur menganut paham komunis dan sosialis.

Kedua blok saling menyebarkan ideologi masing-masing dan berebut pengaruh negara-negara lain selama Perang Dingin.

Negara Blok Timur

Blok Timur merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut kelompok negara-negara sosialis dan komunis di kawasan Eropa Tengah, Eropa Timur, Asia Timur, dan Asia Tenggara. Negara-negara ini dipimpin oleh Uni Soviet.

Blok Timur juga dikenal sebagai Blok Komunis, Blok Sosialis, atau Blok Uni Soviet. Kelompok ini terbentuk ketika Uni Soviet menancapkan pengaruhnya di bekas-bekas jajahan Nazi Jerman. Pada awal terbentuknya, setidaknya ada delapan negara yang menjadi anggota Blok Timur, antara lain:

  1. Uni Soviet;
  2. Cekoslowakia;
  3. Jerman Timur;
  4. Hongaria;
  5. Polandia;
  6. Bulgaria;
  7. Rumania;
  8. Albania.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, Uni Soviet mengikat negara-negara di Eropa Timur yang berhaluan komunis dalam Pakta Warsawa pada Mei 1955. Selain itu, sekutu Uni Soviet di luar Eropa seperti Mongolia, Kuba, Vietnam, dan Korea Utara juga sering disebut sebagai negara Blok Timur.

Namun, keterikatan negara-negara tersebut dengan cepat berubah setelah Uni Soviet runtuh pada 26 Desember 1991. Keruntuhan itu juga membubarkan Pakta Warsawa secara otomatis.

Meskipun Blok Timur telah bubar, istilah “Blok Timur” hingga saat ini masih digunakan untuk menyebutkan negara-negara bekas komunis (Eropa Timur, Rusia, dan negara eks-Soviet lainnya) ataupun negara-negara yang saat ini masih berhaluan komunis (Kuba, Laos, Republik Rakyat Tiongkok, dan Vietnam).

Negara Blok Barat

Blok Barat merupakan koalisi negara-negara yang bersekutu dengan Amerika Serikat dan kebanyakan berada di wilayah Eropa Barat dan Amerika Utara. Blok Barat juga dikenal sebagai Blok Liberal, Blok Kapitalis, atau Blok Amerika, yang terbentuk pasca Perang Dunia II.

Untuk mengkoordinasikan pertahanan militer terhadap kemungkinan agresi Uni Soviet, Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat membentuk NATO pada 1949.

Pada awal terbentuknya, ada 12 negara anggota Blok Barat yang menjadi pendiri NATO, antara lain:

  1. Amerika Serikat;
  2. Belanda;
  3. Belgia;
  4. Britania Raya;
  5. Denmark;
  6. Islandia;
  7. Italia;
  8. Kanada;
  9. Luksemburg;
  10. Norwegia;
  11. Portugal;
  12. Prancis.

Selama Perang Dingin, beberapa negara memilih bergabung dengan NATO, antara lain:

  1. Yunani (1952);
  2. Turki (1952);
  3. Jerman Barat (1955);
  4. Spanyol (1982).

Pada Oktober 1990, terjadi penyatuan kembali Jerman dan pengaruh Uni Soviet terhadap Eropa mulai luntur. Beberapa pihak kemudian lantas mempertanyakan perlunya mempertahankan NATO sebagai organisasi militer, terutama setelah runtuhnya Uni Soviet dan bubarnya Pakta Warsawa pada 1991.

Namun, beberapa mantan anggota Blok Timur akhirnya berganti kubu dan bergabung dengan NATO usai perang. Negara-negara yang bergabung dengan NATO pasca Perang Dingin, antara lain:

  1. Jerman (1990);
  2. Republik Ceko (1999);
  3. Polandia (1999);
  4. Hongaria (1999);
  5. Bulgaria (2004);
  6. Estonia (2004);
  7. Latvia (2004);
  8. Lituania (2004);
  9. Rumania (2004);
  10. Republik Slowakia (2004);
  11. Slovenia (2004);
  12. Albania (2009);
  13. Kroasia (2009);
  14. Montenegro (2017);
  15. Makedonia Utara (2020).

Mitra NATO non-anggota, antara lain:

  1. Australia (1987);
  2. Mesir (1987);
  3. Israel (1987);
  4. Jepang (1987);
  5. Korea Selatan (1987);
  6. Yordania (1996);
  7. Selandian Baru (1997);
  8. Argentina (1998);
  9. Bahrain (2002);
  10. Filipina (2003);
  11. Thailand (2003);
  12. Taiwan (de facto) (2003);
  13. Kuwait (2004);
  14. Maroko (2004);
  15. Pakistan (2004);
  16. Afghanistan (de jure) (2012);
  17. Tunisia (2015);
  18. Brazil (2019).

Mitra NATO non-anggota yang juga menjadi bagian dari Uni Eropa, antara lain:

  1. Irlandia (1973);
  2. Austria (1995);
  3. Finlandia (1995);
  4. Swedia (1995);
  5. Siprus (2004);
  6. Malta (2004).

Nah, itulah penjelasan singkat mengenai Sejarah Perang Dunia II. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang peristiwa tersebut.

Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang Sejarah Perang Dunia II agar dapat mempelajarinya secara penuh. Selamat membaca.

Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.

Penulis: Fandy Aprianto Rohman

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait Blok Barat dan Blok Timur

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.