10 tokoh pendiri asean – ASEAN atau Association of Southeast Asian Nations resmi berdiri pada 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand. Organisasi ini dibentuk oleh lima negara Asia Tenggara, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand, melalui penandatanganan Deklarasi Bangkok, yang menjadi dasar terbentuknya kerja sama regional di kawasan ini.
Dari momen bersejarah tersebut, lahirlah lima tokoh pendiri ASEAN yang memainkan peran kunci dalam merancang arah diplomasi dan persahabatan antarnegara. Namun perjalanan ASEAN tidak berhenti di sana. Dalam perkembangannya, muncul pula lima tokoh tambahan yang turut memperkuat pondasi kerja sama politik, ekonomi, dan sosial antarbangsa Asia Tenggara.
Dalam artikel ini, kita akan menelusuri secara mendalam sepuluh tokoh penting di balik berdirinya ASEAN, mulai dari para pendiri resmi yang menandatangani Deklarasi Bangkok, hingga tokoh-tokoh berpengaruh lain yang membantu membentuk identitas dan kekuatan ASEAN seperti yang kita kenal hari ini.
Daftar Isi
Kelima Tokoh “Resmi” Pendiri ASEAN
Kelima tokoh ini menandatangani Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967 dan diakui sebagai pendiri resmi ASEAN, organisasi yang menjadi cikal bakal kerja sama politik, ekonomi, dan sosial di Asia Tenggara.
Lima tokoh ini bukan hanya menandatangani dokumen penting tersebut, tetapi juga berperan besar dalam menciptakan semangat solidaritas regional di tengah situasi politik yang tegang pada masa itu. Melalui visi bersama mereka, ASEAN tumbuh menjadi organisasi yang kuat dan berpengaruh di kawasan.
Berikut daftar lima tokoh resmi pendiri ASEAN beserta negara asal, jabatan, dan kontribusi utamanya:
| Negara | Nama Tokoh | Jabatan Saat 1967 | Kontribusi Utama |
| Indonesia | Adam Malik | Menteri Luar Negeri | Menandatangani Deklarasi Bangkok dan mempromosikan kerja sama regional berbasis perdamaian dan non-intervensi. |
| Malaysia | Tun Abdul Razak | Wakil Perdana Menteri & Menteri Luar Negeri | Menginisiasi gagasan kerja sama ekonomi dan politik untuk menstabilkan kawasan Asia Tenggara. |
| Filipina | Narciso R. Ramos | Menteri Luar Negeri | Menjadi arsitek diplomasi kawasan dan memperkuat hubungan persahabatan antarnegara anggota. |
| Singapura | S. Rajaratnam | Menteri Luar Negeri | Mencetuskan konsep diplomasi kawasan “The ASEAN Way” yang menekankan musyawarah dan konsensus. |
| Thailand | Thanat Khoman | Menteri Luar Negeri | Bertindak sebagai tuan rumah sekaligus mediator utama dalam pembentukan ASEAN di Bangkok. |
Setelah mengenal kelima tokoh pendiri resmi ASEAN yang menorehkan sejarah besar lewat Deklarasi Bangkok, perjalanan ASEAN tidak berhenti di sana.
Di balik layar, ada pula lima tokoh tambahan dari berbagai latar belakang yang turut memperkuat kerangka kerja organisasi ini, mulai dari diplomat, pemimpin pemerintahan, hingga penggerak ide kerja sama ekonomi kawasan.
Siapa saja mereka?
Lima Tokoh Tambahan yang Berperan Kunci dalam Sejarah Berdirinya ASEAN
Selain lima tokoh resmi pendiri ASEAN, terdapat sejumlah pemimpin kawasan yang secara tidak langsung berperan besar dalam memperkuat visi dan arah organisasi ini. Mereka memang bukan penandatangan Deklarasi Bangkok 1967, tetapi kontribusinya dalam menjaga stabilitas politik, memperluas diplomasi, dan membangun kepercayaan antarnegara Asia Tenggara menjadi kunci tumbuhnya ASEAN sebagai organisasi regional yang kuat hingga hari ini.
Suharto (Indonesia)
Sebagai Presiden Indonesia pada masa awal pembentukan ASEAN, Suharto memiliki peran penting dalam menciptakan stabilitas politik dan keamanan di Asia Tenggara pasca-Konfrontasi Indonesia–Malaysia. Dukungan diplomatiknya memperkuat fondasi kepercayaan antarnegara dan memberi ruang bagi kerja sama regional yang lebih damai serta konstruktif.
Tunku Abdul Rahman Putra Al-Haj (Malaysia)
Perdana Menteri pertama Malaysia ini dikenal sebagai tokoh yang sejak awal mendorong kerja sama kawasan Asia Tenggara, bahkan sebelum ASEAN berdiri. Gagasannya tentang solidaritas, persahabatan, dan kesetaraan antarnegara menjadi inspirasi bagi lahirnya semangat “One Vision, One Identity, One Community” yang kini melekat dalam identitas ASEAN.
Ferdinand Marcos (Filipina)
Sebagai Presiden Filipina saat pendirian ASEAN, Marcos aktif memperluas diplomasi luar negeri negaranya melalui forum multilateral. Ia melihat ASEAN sebagai sarana memperkuat posisi Filipina di kancah internasional, sekaligus memperkokoh hubungan politik dan ekonomi dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara.
Lee Kuan Yew (Singapura)
Perdana Menteri pertama Singapura ini memiliki visi yang tajam terhadap pentingnya integrasi ekonomi kawasan. Lee Kuan Yew mendorong agar ASEAN bukan hanya forum diplomasi, tetapi juga wadah kerja sama ekonomi dan perdagangan lintas negara. Kepemimpinannya menjadikan Singapura salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi ASEAN sejak era 1970-an.
Pote Sarasin (Thailand)
Sebagai diplomat senior dan mantan Perdana Menteri Thailand, Pote Sarasin memegang peran administratif penting dalam sejarah awal ASEAN. Ketika menjabat sebagai Sekretaris Jenderal pertama ASEAN (1976–1978), ia menyusun mekanisme kerja organisasi dan menguatkan struktur koordinasi antarnegara yang masih menjadi dasar sistem ASEAN hingga kini.
Lima tokoh tambahan ini membuktikan bahwa sejarah berdirinya ASEAN bukan hanya hasil kerja lima menteri luar negeri yang menandatangani Deklarasi Bangkok, tetapi juga buah visi bersama para pemimpin Asia Tenggara dalam membangun perdamaian, stabilitas, dan kemajuan kawasan.
Lalu, apa sebenarnya alasan kelima negara ini sepakat membentuk ASEAN pada tahun 1967? Mari kita telusuri latar belakang dan motivasi pembentukan ASEAN di bagian berikutnya.
Latar Belakang dan Motivasi Pembentukan ASEAN
ASEAN dibentuk pada tahun 1967 untuk menciptakan stabilitas politik, kerja sama ekonomi, dan memperkuat solidaritas negara-negara Asia Tenggara di tengah ketegangan Perang Dingin.
Pada pertengahan tahun 1960-an, Asia Tenggara adalah kawasan yang sedang bergejolak. Bayang-bayang Perang Dingin antara blok Barat dan Timur mempengaruhi hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik regional seperti Konfrontasi Indonesia–Malaysia (1963–1966) dan ketegangan politik di Indochina membuat para pemimpin Asia Tenggara sadar akan satu hal penting: tanpa kerja sama, kawasan ini akan terus terpecah dan rentan terhadap pengaruh kekuatan besar dunia.
Inilah titik baliknya, kesadaran kolektif untuk membangun kekuatan sendiri, yang berujung pada lahirnya ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) pada 8 Agustus 1967. Melalui Deklarasi Bangkok, lima negara yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand sepakat menandatangani perjanjian yang menjadi fondasi berdirinya ASEAN.
Tujuan Pembentukan ASEAN
Tujuan utama pembentukan ASEAN dijabarkan dalam Deklarasi Bangkok, di antaranya:
- Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan perkembangan kebudayaan di kawasan.
- Memajukan perdamaian dan stabilitas regional dengan menghormati keadilan serta hukum internasional.
- Meningkatkan kerja sama aktif dan saling membantu di berbagai bidang seperti pendidikan, teknik, dan administrasi.
- Meningkatkan kerja sama ekonomi antarnegara Asia Tenggara untuk mengurangi ketergantungan pada negara besar.
- Menjalin hubungan erat antarbangsa Asia Tenggara melalui semangat saling menghormati dan solidaritas.
Dari sinilah lahir konsep khas yang kemudian dikenal sebagai “The ASEAN Way”, yaitu pendekatan diplomasi yang mengutamakan konsensus, dialog, dan penghormatan terhadap kedaulatan masing-masing negara.
Faktor Pendorong Pembentukan ASEAN
Beberapa faktor penting yang mendorong berdirinya ASEAN antara lain:
- Kebutuhan akan stabilitas politik: Negara-negara Asia Tenggara ingin mengakhiri konflik internal dan eksternal yang menghambat pembangunan.
- Ancaman ideologi global: Perang Dingin memaksa negara-negara di kawasan memilih sikap netral agar tidak terjebak dalam perebutan pengaruh antara AS dan Uni Soviet.
- Dorongan ekonomi: Negara-negara Asia Tenggara memiliki potensi sumber daya besar yang bisa dimanfaatkan lebih baik jika bekerja sama.
- Persamaan nasib sejarah: Hampir semua negara anggota pernah dijajah, sehingga memiliki semangat yang sama untuk mandiri dan berdaulat.
Latar belakang inilah yang menjelaskan kenapa ASEAN bukan sekadar organisasi politik, melainkan sebuah pernyataan solidaritas dan kemandirian regional.
Kerja sama ini menjadi fondasi bagi pertumbuhan Asia Tenggara hingga hari ini, dari kawasan penuh konflik, menjadi salah satu wilayah paling dinamis secara ekonomi di dunia.
Dokumen Dasar: Deklarasi Bangkok & Prinsip-Prinsip ASEAN
ASEAN secara resmi berdiri pada 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok, yang menjadi landasan utama organisasi ini. Deklarasi tersebut menegaskan prinsip-prinsip dasar ASEAN, yaitu kesetaraan antarnegara, non-intervensi, penyelesaian sengketa secara damai, dan kerja sama atas dasar saling menghormati, semangat yang dikenal sebagai “The ASEAN Way.”
Pada 8 Agustus 1967, di Gedung Departemen Luar Negeri Thailand, Bangkok, lima tokoh penting, Adam Malik (Indonesia), Tun Abdul Razak (Malaysia), Narciso R. Ramos (Filipina), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand) — menandatangani Deklarasi Bangkok (Bangkok Declaration).
Dokumen ini berisi lima poin utama yang menjadi dasar berdirinya ASEAN, antara lain kerja sama dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, teknis, pendidikan, serta komitmen untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan Asia Tenggara.
Deklarasi ini juga menandai pergeseran besar dalam diplomasi kawasan. Negara-negara Asia Tenggara yang sebelumnya sering bersaing dan berkonflik kini memilih jalan baru: membangun kepercayaan dan solidaritas regional.
Isi dan Makna Deklarasi Bangkok
Deklarasi Bangkok 1967 berisi komitmen negara-negara anggota untuk:
- Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, dan pengembangan kebudayaan di kawasan.
- Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional melalui penghormatan terhadap keadilan dan hukum internasional.
- Meningkatkan kerja sama aktif dan saling membantu dalam bidang pendidikan, profesional, dan teknis.
- Bekerja sama secara lebih efektif dalam bidang industri, perdagangan, serta transportasi.
- Mempererat hubungan antarbangsa Asia Tenggara demi solidaritas dan kemakmuran bersama.
Makna penting dari deklarasi ini bukan hanya soal isi formalnya, tapi juga roh kebersamaan yang mengikat para anggotanya. ASEAN lahir bukan sebagai aliansi militer, melainkan organisasi yang mengutamakan diplomasi dan persahabatan.
Prinsip-Prinsip Dasar ASEAN
Dalam perjalanannya, ASEAN menjabarkan enam prinsip dasar yang menjadi pedoman kerja sama di antara negara-negara anggotanya:
- Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, dan identitas nasional masing-masing.
- Menolak campur tangan dalam urusan dalam negeri negara lain (non-intervensi).
- Penyelesaian perselisihan secara damai.
- Menolak penggunaan kekuatan atau ancaman kekuatan.
- Kerja sama yang saling menguntungkan.
- Konsensus sebagai dasar pengambilan keputusan (The ASEAN Way).
Prinsip-prinsip ini menjadi ciri khas ASEAN, membuatnya berbeda dari organisasi regional lain seperti Uni Eropa. Alih-alih pendekatan supranasional, ASEAN memilih jalan dialog dan konsensus, yang memberi ruang bagi setiap negara untuk tetap berdaulat.
“The ASEAN Way”: Diplomasi Toleran dan Konsensus
Istilah “The ASEAN Way” menggambarkan pendekatan khas ASEAN dalam menyelesaikan perbedaan:
– Mengutamakan musyawarah dan mufakat, bukan konfrontasi.
– Menjaga hubungan diplomatik dengan sikap saling menghormati dan tidak saling menekan.
– Menyelesaikan konflik melalui perundingan tertutup dan informal.
Pendekatan ini terbukti efektif menjaga stabilitas kawasan selama lebih dari lima dekade. Meski sering dikritik terlalu lambat dalam mengambil keputusan, The ASEAN Way justru menjadi fondasi perdamaian jangka panjang di Asia Tenggara.
Setelah memahami dokumen dasar dan prinsip yang membentuk identitas ASEAN, langkah selanjutnya adalah melihat bagaimana warisan dan pemikiran para tokoh pendiri ini terus hidup dalam perkembangan organisasi hingga hari ini.
Mereka tidak hanya membentuk kerangka diplomasi, tetapi juga meletakkan nilai-nilai yang membimbing ASEAN menjadi kekuatan regional yang solid dan berpengaruh di kancah global.
Warisan dan Dampak dari Para Pendiri ASEAN
Warisan para pendiri ASEAN masih terasa kuat hingga kini, dari pembentukan sistem ekonomi regional seperti AFTA, forum diplomasi multilateral, hingga lahirnya identitas kawasan yang bersatu di bawah semboyan “One Vision, One Identity, One Community.”
Lebih dari setengah abad setelah penandatanganan Deklarasi Bangkok 1967, warisan para pendiri ASEAN terbukti mampu membentuk pilar kerjasama regional yang kokoh dan berkelanjutan. Semangat mereka bukan hanya membangun hubungan diplomatik, tetapi juga menanamkan fondasi nilai-nilai yang menjaga stabilitas dan solidaritas Asia Tenggara hingga kini.
Warisan itu tercermin dalam tiga ranah besar: ekonomi, diplomasi-politik, dan identitas kawasan.
1. Pilar Ekonomi: Dari AFTA hingga Integrasi Pasar ASEAN
Salah satu warisan paling konkret dari para pendiri ASEAN adalah terbentuknya ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 1992.
Langkah ini menjadi simbol keberhasilan ASEAN dalam memperkuat kerjasama ekonomi lintas negara.
AFTA berfungsi untuk:
- Menghapus hambatan tarif antarnegara anggota,
- Meningkatkan daya saing ASEAN terhadap pasar global,
- Mendorong arus investasi dan produksi regional.
Kini, ASEAN juga mengembangkan ASEAN Economic Community (AEC), sebuah kerangka kerja yang menargetkan kawasan Asia Tenggara menjadi pasar tunggal dan basis produksi bersama.
Semangat keterbukaan ekonomi ini sejalan dengan visi para pendiri: menciptakan kawasan yang mandiri, stabil, dan saling menguatkan.
2. Pilar Diplomasi dan Politik: ASEAN Sebagai Forum Kawasan
Warisan lainnya adalah terbentuknya mekanisme diplomasi dan forum multilateral di Asia Tenggara.
Sejak awal, ASEAN dirancang bukan sebagai aliansi militer, melainkan sebagai wadah dialog dan konsensus.
Inisiatif seperti:
- ASEAN Regional Forum (ARF),
- East Asia Summit (EAS), dan
- ASEAN Plus Three (APT)
Menunjukkan bagaimana ASEAN menjadi pusat diplomasi kawasan Indo-Pasifik.
Nilai-nilai seperti non-intervensi, penyelesaian damai, dan “The ASEAN Way” terus menjadi panduan dalam menghadapi isu lintas negara, mulai dari keamanan maritim, perdagangan lintas batas, hingga perubahan iklim.
3. Pilar Identitas: “One Vision, One Identity, One Community”
Selain kerjasama ekonomi dan politik, para pendiri ASEAN juga meninggalkan warisan penting berupa identitas kawasan yang kuat.
Lewat semboyan “One Vision, One Identity, One Community,” ASEAN menegaskan bahwa persatuan bukan berarti keseragaman, melainkan harmoni dalam keberagaman.
Identitas ini kini diwujudkan dalam berbagai program sosial dan budaya, seperti:
- ASEAN Socio-Cultural Community (ASCC),
- ASEAN Youth Forum, dan
- ASEAN Cultural Heritage Digital Archive.
Warisan nilai ini mengingatkan kita bahwa kerjasama regional bukan hanya soal ekonomi, tapi juga tentang membangun rasa kebersamaan antarbangsa.
Untuk memahami lebih dalam perjalanan sejarah dan diplomasi di balik pembentukan ASEAN, membaca karya-karya yang membahas para tokoh dan dinamika kawasan ini bisa memberi sudut pandang yang lebih kaya.
Berikut beberapa rekomendasi buku yang bisa kamu baca untuk menelusuri lebih jauh visi dan warisan para pendiri ASEAN.
Rekomendasi Buku tentang Sejarah dan Tokoh Pendiri ASEAN
Berikut beberapa buku yang bisa dibaca untuk memahami lebih jauh sejarah dan tokoh pendiri ASEAN:
1. ASEAN dan Tatanan Regional
Bagaimana ASEAN bisa bertahan di tengah tarik-menarik kekuatan dunia, dari persaingan AS–China hingga krisis global seperti pandemi? Buku ASEAN dan Tatanan Regional karya Amitav Acharya menjawab pertanyaan itu dengan tajam dan lugas.
Melalui riset mendalam dan gaya penulisan yang mudah dipahami, Acharya mengulas bagaimana ASEAN berkembang dari sekadar forum regional menjadi pemain penting dalam menjaga stabilitas Asia Tenggara. Buku ini juga menyoroti masa depan ASEAN di tengah tantangan geopolitik, ekonomi, dan keamanan global yang terus berubah.
Lengkap dengan foto-foto bersejarah dan analisis aktual, karya ini bukan hanya bacaan akademis, tapi juga refleksi penting bagi siapa pun yang ingin memahami arah masa depan kawasan kita.
2. ASEAN Journey
Ingin menjelajahi pesona Asia Tenggara tanpa harus melangkah jauh? ASEAN Journey mengajakmu berkeliling ke berbagai destinasi ikonik di kawasan ASEAN, dari kemegahan Grand Palace di Bangkok, keindahan White Temple di Chiang Rai, hingga hiruk-pikuk modern Singapura dan Kuala Lumpur.
Buku ini bukan sekadar panduan wisata, tapi juga perjalanan budaya yang memotret warna, rasa, dan cerita di balik setiap kota. Di dalamnya, kamu akan menemukan inspirasi perjalanan, kuliner khas yang menggoda, dan keunikan masyarakat di sepuluh negara ASEAN.
Bagi kamu yang rindu petualangan dan ingin mengenal lebih dalam “rumah besar” Asia Tenggara, ASEAN Journey adalah buku yang wajib kamu baca sebelum menjelajah dunia.
3. Seri Pemimpin Bangsa-Adam Malik Aktor Deklarasi ASEAN
Buku ini mengajak pembaca mengenal lebih dekat sosok Adam Malik, tokoh penting di balik lahirnya ASEAN. Sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia pada 1967, Adam Malik bukan hanya menandatangani Deklarasi Bangkok, tapi juga menjadi motor diplomasi yang menyatukan lima negara Asia Tenggara di tengah ketegangan politik kala itu.
Melalui kisahnya, pembaca diajak memahami bagaimana visi, keberanian, dan kecerdikan seorang diplomat Indonesia mampu melahirkan organisasi regional yang kini berpengaruh besar di dunia.
4. ASEAN Escape Jelajah 10 Negara Asia Tenggara
Buku ini bukan sekadar panduan wisata, tapi petualangan lintas batas penuh warna yang membawa kamu menelusuri 10 negara ASEAN dengan cara yang seru, jujur, dan apa adanya. Dari festival air Songkran di Bangkok hingga tebing karst menakjubkan di Wayag, Raja Ampat, setiap halaman mengajak pembaca merasakan adrenalin, budaya, dan cita rasa Asia Tenggara yang sesungguhnya.
Dengan gaya penceritaan ringan dan penuh kejutan, ASEAN Escape cocok untuk kamu yang haus pengalaman baru, pencinta traveling, atau sekadar ingin tahu betapa beragam dan memesonanya kawasan ASEAN.
Seru, inspiratif, dan bikin pengen langsung packing!
5. ASEAN di Persimpangan Sejarah
Buku ASEAN di Persimpangan Sejarah mengajak pembaca menelusuri momen paling krusial dalam perjalanan ASEAN, saat kawasan ini dihadapkan pada perubahan besar di tingkat global. Dari kebangkitan Tiongkok, strategi Amerika Serikat di Asia Timur, hingga tantangan demokratisasi dan integrasi ekonomi, buku ini membedah bagaimana ASEAN beradaptasi di tengah pusaran geopolitik dunia.
Ditulis dengan gaya analitis namun mudah dipahami, buku ini jadi bacaan penting bagi siapa pun yang ingin memahami arah masa depan ASEAN di era penuh perubahan.
Mencerahkan, relevan, dan membuka mata tentang posisi Asia Tenggara di panggung dunia.
Relevansi Para Pendiri ASEAN di Masa Kini
Para pendiri ASEAN bukan sekadar menandatangani Deklarasi Bangkok pada tahun 1967. Mereka menanamkan nilai-nilai dasar, seperti persatuan, kesetaraan, dan dialog, yang kini menjadi roh dari kerja sama Asia Tenggara.
Warisan mereka terasa dalam setiap langkah ASEAN hari ini: dari integrasi ekonomi, diplomasi regional, hingga rasa kebersamaan antarbangsa di kawasan. Para tokoh seperti Adam Malik (Indonesia), Narciso Ramos (Filipina), Tun Abdul Razak (Malaysia), S. Rajaratnam (Singapura), dan Thanat Khoman (Thailand) membangun pondasi yang memungkinkan ASEAN bertahan lebih dari lima dekade.
Kisah mereka mengingatkan kita bahwa kolaborasi lintas negara tidak lahir dari kekuasaan besar, melainkan dari niat tulus untuk menciptakan stabilitas dan kesejahteraan bersama.
Kini, di tengah tantangan global dan dinamika geopolitik baru, semangat para pendiri ASEAN tetap menjadi inspirasi:
bahwa “One Vision, One Identity, One Community” bukan sekadar slogan, tapi cita-cita bersama yang terus diperjuangkan. Sudah waktunya kita mengenang, memahami, dan melanjutkan visi mereka — agar masa depan ASEAN tetap kokoh, relevan, dan bersatu.
Bagaimana menurutmu, apakah semangat para pendiri ASEAN masih terasa di Asia Tenggara hari ini?
- Bentuk Pemerintahan Singapura dan Sejarahnya
- Bentuk Pemerintahan Malaysia
- Contoh Kerjasama Regional
- Negara Benua Afrika
- Negara Pecahan Uni Soviet
- Daftar Negara Asia Barat Lengkap
- Daftar Negara di Asia Tengah Lengkap
- Tujuan MEA
- Pengertian Teori Kedaulatan
- Dampak Negatif Perdagangan Internasional
- Bentuk Kerjasama Internasional
- Makna Persatuan dan Kesatuan
- Kerjasama Bilateral
- Letak Astronomis Jepang
- Organisasi Internasional
- Paspor Elektronik
- Prospek Hubungan Internasional
- Tokoh Pendiri ASEAN






