Desain

Warna Tersier dan Cara Memilih Pakaian Berdasarkan Undertone

Written by A Andrew

Warna menjadi komponen yang penting dalam kehidupan. Dengan warna hidup menjadi tidak membosankan. Warna juga dapat digunakan untuk mengekpresikan diri. Ia juga dapat menjadi pertanda suasana hati.

Warna biasanya dikelompokkan menjadi primer, sekunder, dan tersier. Pengelompokkan warna ini berguna untuk menentukan warna-warna dalam desain, pemilihan pakaian, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan estetika.

Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai warna tersier dan tips memilih warna pakaian berdasarkan undertone. 

Sejarah Warna

Pada 1660, percobaan warna dilakukan oleh Isaac Newton dengan prisma kaca. Ia berasumsi bahwa cahaya putih tersusun atas warna pelangi (warna spektrum). Kemudian, pada 1790, Hermann von Helmholzt dan James Clerk Maxwell mendasarkan warna pada cahaya matahari yang dihubungkan dengan hukum-hukum fisika.

Pada 1810, Juhan Wolfgang von Goethe menggolongkan warna menjadi dua kelompok warna utama, yakni kuning (berhubungan dengan kecerahan) dan biru (berhubungan dengan kegelapan). Riset mengenai warna terus berlanjut. Sampai pada 1824, Michel Eugene Cvevreul mencentuskan teori warna pada textile the law of simultaneous contrast of colour.

Pada 1831, Sir David Brewster merumuskan teori warna, yakni pengelompokkan warna di alam menjadi 4, yakni primer, sekunder, tersier, dan netral. Dalam lingkaran warna Brewster mampu menjelaskan teori kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad.

Pada 1879, Ogden Rood mengembangkan teori lingkaran warna berdasarkan warna merah, hijau, biru, dan di tengahnya terdapat warna putih. Teori-teori warna terus muncul. Salah satunya dicetuskan oleh Albert H. Munsel pada 1898. Teori-teori warnanya diterbitkan dalam a colour notation 1965.

Albert H. Munsel juga menggunakan rintisan warna yang dikemukakan oleh ahli fisika berupa lingkaran warna tiga dimensi (hue, value, crhoma). Pada 1900, Herbet E. Ives mengemukakan mengenai percampuran warna, yakni merah dari magenta yang bercampur dengan cyan, biru dari percampuran warna magenta dan turquise. Hasilnya berupa lingkaran warna dengan warna primer magenta, cyan, dan yellow.

Pada 1934, Farber Biren membuat percobaan pembuatan bagan berdasarkan warna tradisional (merah, kuning, biru). Selanjutnya, ia membuat lingkaran warna yang pusatnya tidak di tengah. Karena, baginya warna panas lebih dominan daripada warna sejuk.

Teknik Meracik Warna Dan Koreksi Pixel+Cd

Pengetian dan Fungsi Warna

Menurut Prawira, warna adalah salah satu unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur-unsur visual lainnya. Adapun, Sanyoto merumuskan warna secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancarkan atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indera penglihatan.

Nugraha mendefinisikan warna sebagai kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan oleh benda-benda yang dikenalnya. Adapun, Laksono merumuskan warna sebagai bagian dari cahaya yang diteruskan atau dipantulkan.

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa ada tiga unsur penting dari pengertian warna, yakni benda, unsur cahaya, dan mata. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan mengenai definisi warna sebagai benda yang memantulkan unsur-unsur cahaya dan diinterpretasikan oleh mata berdasarkan cahaya yang mengenai benda tersebut.

Menurut Santoyo, warna dikelompokkan menjadi dua golongan, yakni warna additive dan subtractive. Warna additive sendiri merupakan warna yang asalnya dari cahaya, biasanya disebut dengan spektrum. Adapun warna subtractive merupakan warna yang asalnya dari bahan, biasanya disebut dengan pigmen.

Nugraha menjelaskan lebih lanjut mengenai warna yang dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yakni dari kaidah ilmu fisika dan kaidah ilmu bahan. Pendapat tersebut diperkuat dengan temuan Newton yang mengungkapkan bahwa warna merupakan suatu fenomena alam beru[a cahaya yang mengandung warna spektrum atau pelangi dan pigmen.

Pada 1831, Brewster mengelompokkan warna yang ada di alam. Menurutnya, warna dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yakni warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Warna-warna ini disusun dalam lingkaran warna “Brewster”.

Warna memiliki banyak fungsi dalam setiap lini kehidupan terutama menyangkut arsitektual. Dalam bidang tersebut, komposisi warna lebih diperhatikan. Berikut beberapa fungsi warna dalam kehidupan sehari-hari.

  1. Fungsi alamiah memiliki tujuan sebagai penjelas mengenai kondisi atau keadaan.
  2. Fungsi identitas, yang dapat memperkenalkan sesuatu berdasarkan ciri khas tertentu.
  3. Fungsi psikologis, yakni sebagai penafsir kesan dan makna.
  4. Fungsi keindahan sebagai penambah nilai kualitas suatu objek.
  5. Fungsi isyarat sebagai pemberi tanda ataupun sifat tertentu untuk menjelaskan suatu keadaan.
  6. Fungsi komunikasi sebagai pemberi informasi kepada pengamat objek tertentu.

Pengelompokkan Warna Berdasarkan Teori Brewster

Seorang ahli warna, Brewster merumuskan setidaknya ada empat penggolongan warna, yakni warna primer, sekunder, tersier, dan netral. Berikut penjelasan keempat penggolongan tersebut.

1. Warna Primer

Warna primer merupakan warna dasar yang tidak bercampur dengan warna-warna lainnya. warna-warna lain dibentuk dari kombinasi atau campuran dari warna-warna primer. Warna primer terdiri dari warna merah (seperti darah), kuning (seperti kuning telur), dan biru (seperti langit atau laut).

2. Warna Sekunder

Warna sekunder adalah hasil percampuran warna-warna primer dengan perbandingan satu banding satu. Misalnya warna ungu merupakan percampuran dari warna merah dan biru. Lebih lanjut Blon merumusskan bahwa warna-warna kedua atau sekunder dihasilkan dari campuran warna-warna utama.

Oleh sebab itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa warna sekunder dihasilkan dari campuran dua warna primer.

3. Warna Tersier

Warna tersier didapatkan dari percampuran tiga warna primer. Warna tersier juga merujuk pada warna-warna netral. Dalam sistem warna cahaya aditif akan menghasilkan warna putih atau kelabu. Sedangkan, dalam sistem warna subtraktif akan menghasilkan warna hitam, kelabu, atau coklat.

4. Warna Netral

Warna netrak merupakan campuran tiga warna dasar dengan perbandingan 1:1:1. Warna-warna yang dihasilkan menjadi penyeimbang warna-warna kontras di alam. Umumnya, ketepatam hasil campuran dapat dilihat dari warnanya yang menuju hitam. Hal ini sesuai dengan teori Brewster yang mengungkapkan warna netral sebagai berikut.

“Tiga warna utama sebagai dasar dan disebut warna primer, yaitu merah (M), kuning (K), dan biru (B). Apabila dua warna primer masing-masing di campur, maka akan menghasilkan warna kedua atau warna sekunder. Bila warna primer dicampur dengan warna sekunder akan menghasilkan warna ketiga atau warna tersier. Bila antara warna tersier dicampur lagi dengan warna primer dan sekunder akan dihasilkan warna netral.”

Pengertian dan Macam-macam Warna Tersier

Warna tersier terbentuk dari perpaduan dari satu warna primer dengan satu warna sekunder. Warna tersier juga disebut dengan warna ketiga. Misalnya warna ungu dan biru akan menghasilkan warna lembayung; warna kuning dan jingga akan menghasilkan warna kuning lulur.

Untuk warna-warna tersier lainnya, Grameds dapat menyimak tabel campuran warna berikut ini.

Warna Sekunder Warna Primer Warna Tersier
Jingga Kuning Kuning lulur
Hijau Biru Hijau laut
Hijau Kuning Pucuk pisang
Jingga Merah Merah merona
Ungu Biru Lembayung
Ungu Merah Patma

 

Pada mulanya, istilah “warna tersier” digunakan untuk merujuk warna-warna netral, yang diciptakan dari hasil mencampurkan tiga warna primer. Hasilnya berupa warna putih atau kelabu dalam sistem warna aditif. Sedangkan, dalam sistem warna subtraktif menghasilkan warna coklat, hitam, atau kelabu jika menggunakan pigmen atau cat.

Pengertian semacam itu masih umum dan rawan menimbulkan kerancuan. Oleh sebab itu, para ahli lebih memilih menggunakan istilah “warna intermediate”.

Skema Warna

Skema warna dikelompokkan menjadi beberapa kategori sebagai berikut.

1. Monokrom

Secara umum, skema monokromatik menggunakan variasi rona yang sama. Seka ini sangat sederhana dan mampu menghasilkan tampilan yang sangat elegan. Warna monokrom merupakan degradasi tone suatu warna dasar yang tidak bercampur dengan warna dasar lainnya.

Oleh sebab itu, warna monokrom tidak hanya warna hitam dan putih. Warna-warna lainnya juga terdiri dari satu tone warna monokrom.

2. Analog

Analog merupakan perbaduan antara warna primer dan sekunder. Skema warna ini sangat menenangkan dan nyaman untuk digunakan. Bisanya menggunakan warna-warna yang bersebelahan pada roda warna. Skema warna ini, banyak ditemukan di alam. Cirinya mereka harmonis dan enak dipandang.

Warna-warna yang termasuk dalam kelompok analog, yaitu hijau, hijau kekuningan, dan kuning; merah keunguan, ungu, dan indigo; dan oranye, oranye kemerahan, dan oranye.

Dalam dunia bisnis, skema analog tidak hanya enak dipandang, tetapi juga mampu menggaet konsumen untuk membeli produk atau menggunakan jasa layanan.

3. Complementary

Complementary warna merupakan warna yang berlawanan satu sama lain pada roda warna. Skema warna komplementer ini memiliki kontras warna yang sangat kuat. Warna-warna ini cocok digunakan untuk warna latar belakang dan teks. Misalnya warna ungu dan kuning, biru dan oranye, merah dah hijau, dan lain sebagainya.

4. Triadic

Skema warna triadic menggunakan tiga warna dari tiga spasi warna dari warna yang digunakan. tiga warna ini disebar secara merata di seluruh roda warna. Warna-warna yang digunakan cenderung tidak cerah, tetapi skema ini dapat mempertahankan kontras yang tinggi.

Skema ini populer di kalangan seniman dan designer karena memberikan warna dengan kontras visual yang kuat. Namun, tetap harmonis jika dipadupadankan.

Trik Mempadupadankan Busana Berdasarkan Warna

Melansir dari artikel jurnal berjudul “Teori Warna: Penerapan Lingkaran Warna dalam Berbusana” yang disusun oleh Meilani. Berikut trik mempadupadankan busana berdasarkan warna.

1. Warna Aksen dalam Busana

Penambahan satu warna yang berbeda dari panduan-panduan warna, tetapi tidak merusak kesatuan warna disebut dengan aksen. Warna aksen ditentukan dengan melihat warna domain yang digunakan. Tidak ada aturan khusus mengenai formula yang digunakan untuk menggunakan warna aksen dalam busana.

Sebagai contoh jika warna domain yang digunakan adalah warna netral maka warna aksen dapat memilih warna apa saja. Karena warna aksen yang digunakan tidak akan merusak komposisi warna yang dipadupadankan dengan warna netral.

2. Warna Monokromatik dalam Busana

Skema warna monokromatik merupakan gradasi warna dari warna gelap ataupun warna terang dari warna yang dipilih. Penggunaan warna monokromatik dapat menghindari kesalahan pemilihan warna dan memberi kemudahan dalam memilih komposisi warna.

Satu warna yang sama, tetapi dengan warna turunan yang berbeda seperti tones, tints, dan shades. Kombinasi warna ini sesuai dengan persepsi warna dasar yang akan digunakan.

3. Warna Netral dalam Busana

Warna putih, abu-abu, perak, cokelat, emas, dan hitam termasuk dalam warna netral. Warna-warna tersebut tidak dapat dianggap sebagai warna utama dalam rumus kombinasi busana. Hal tersebut dikarenakan, warna netral tidak akan pernah salah jika dipadupadankan dengan warna apapun dalam color wheel.

Warna netral dapat berdiri sendiri. Ia tetap sedap dipandang dan harmonis meskipun tidak dipadupadankan dengan warna lainnya.

Cara Mengkombinasikan Warna Pakaian Berdasarkan Rona Kulit Asli (Undertone)

Kulit manusia memiliki warna yang berbeda-beda sebagian putih susu, beberapa kuning langsat, dan warna-warna kulit lainnya. Agar berpakaian menjadi lebih hidup dan harmonis maka perlu memilih warna yang sesuai dengan rona kulit. Secara umum, rona kulit manusia (undertone) dibagi menjadi tiga golongan, yakni netral, warm/yellow, dan cool/pink.

Berikut cara menentukan undertone pada diri kita.

1. Membandingkan dengan Perhiasan

Grameds dapat menentukan undertone dengan pembuluh darah. Jika pembuluh daran berwarna biru maka undertone yang dimiliki adalah cool. Undertone warm dapat dilihat dari pembuluh darah yang berwarna hijau. Adapun undertone netral terlihat dari tidak adanya kecenderungan warna pembuluh darah dalam tubuh.  

2. Pembuluh Darah

Grameds dapat melihat undertone yang dimiliki dengan mengenakan perhiasan. Ketika Grameds cocok menggunakan perhiasan berwarna perak maka undertone yang dimiliki adalah cool. Jika warna emas cocok di kulit Grameds maka rona kulit yang dimiliki adalah warm. Undertone netral akan terlihat dari kecocokan kulit memakai warna emas dan perak.

Buku Aktivitas Aku Suka Baca : Ayo Mengenal Warna

About the author

A Andrew

Bicara soal dunia menulis memang tak ada habisnya dan akan selalu berkembang mengikuti zaman. Sama halnya dengan dunia desain yang akan selalu berkembang mengikuti zaman. Maka dari itu, saya sangat senang bisa memadukan karya tulis bertemakan desain.

Kontak media sosial Linkedin saya Andrew