Agama Islam

Strategi Dakwah Rasulullah yang Penuh Makna di Makkah!

Strategi Dakwah Rasulullah
Written by Yufi Cantika

Strategi Dakwah Rasulullah – Agama Islam pada masa itu disebarkan oleh Rasulullah SAW melalui dakwah. Rasulullah SAW juga melakukan berbagai macam strategi dakwah, sehingga agama Islam pun tersebar luas.

Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang strategi dakwah Rasulullah SAW. Namun, sebelum membahas akan hal itu, ada baiknya kita membahas tentang pengertian dakwah terlebih dahulu.

Pengertian Dakwah

Dakwah merupakan hal yang wajib bagi setiap muslim dan muslimah. Dakwah bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Bagi mereka yang konsentrasi penuh dalam dakwah, bisa melakukannya secara langsung, sementara lainnya bisa dakwah secara tidak langsung.

Dakwah secara bahasa (etimologis) berarti jeritan, seruan atau permohonan. Ketika seseorang mengatakan, da‟autu fulanan, itu berarti berteriak atau memanggilnya. Kadang-kadang bisa muta‟addy dengan tambahan jar yang berupa ila yang berarti anjuran untuk berbuat sesuatu.

Adapun pengertian dakwah menurut istilah adalah ada beberapa definisi. Di antaranya, menurut Ibnu Taimiyah, dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa oleh para Rasul-Nya dengan cara membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan (Majmu‟ Fatawa Ibnu Taimiyah 15/157).

Muhammad Ash-Shawwaf mengatakan, dakwah adalah risalah langit yang diturunkan ke bumi berupa hidayah Sang Khalik kepada makhluk, yakni dien dan jalan-Nya yang lurus yang sengaja dipilih-Nya dan dijadikan sebagai jalan satu-satunya untuk biar selamat kembali kepada-Nya. Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah Al-Islam.” (Ali Imran:19) Allah memilihkan dan mewajibkan agama ini bagi hamba hamba-Nya.

Strategi Dakwah Rasulullah

Dia tidak ridha kalau ada ideologi lain yang menggantikan kedudukan-Nya. “Barangsiapa yang mencari selain Islam sebagai agama, maka tidak akan diterima darinya dan di akhirat nanti akan tergolong orang-orang yang merugi.” (Ali Imran: 85)( Ash-Shawwaf, 22).

Dr. Muhammad Al-Wakil mendefinisikan, dakwah adalah mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf dan nahi munkar. Jadilah di antara kamu sebaik-baik umat yang mengajak kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104) (Muhammad Al-Wakil,9).

Sementara itu, Fathi Yakan mengatakan, dakwah adalah penghancuran dan pembinaan. Penghancuran jahiliyah dengan segala macam dan bentuknya, baik jahiliyah pola pikir, moral, maupun jahiliyah perundang-undangan dan hukum. Setelah itu, pembinaan masyarakat Islam dengan landasan pijak keislaman, baik dalam wujud dan kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam perundang undangan dan cara hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap alam, manusia dan kehidupan (Fathi Yakan, 39).

Dr.Taufiq Al-Wa‟ menjelaskan, makna yang terkandung dalam dakwah Islamiyah yaitu mengumpulkan manusia dalam kebaikan, menunjukkan mereka jalan yang benar dengan cara merealisasikan manhaj Allah di bumi dalam ucapan dan amalan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, membimbing mereka kepada shiratal mustaqim dan bersabar menghadapi ujian yang menghadang di perjalanan (Taufiq Al-Wa‟iy, 8).

Dari beberapa definisi dakwah tersebut, kesemuanya bertemu pada satu titik temu, yaitu bahwa dakwah bukan hanya terbatas pada penjelasan dan penyampaian semata namun juga menyentuh pada pembinaan dan pembentukan pribadi, keluarga dan masyarakat Islam.

Cara dan media dakwah sangat luas dan mencakup semua aspek kehidupan. Seorang guru, pedagang, pengusaha dan profesi yang lainnya dapat pula dijadikan sebagai wasilah untuk berdakwah dan menjadikan profesi tersebut sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Dakwah fardiyah memiliki beberapa karakteristik diantaranya berupa kesinambungan dengan menjauhi hal-hal yang menyulitkan. Keberhasilan dalam dakwah fardiyah sangat bertumpu kepada uswah dan qudwah, hikmah serta tidak lupa beristi‟anah memohon pertolongan kepada Allah sebelum dan sesudahnya.

Perjalanan umat Islam saat ini masih jauh tertinggal dibelakang. Di antara sebab terpenting adalah ditinggalkannya kewajiban dakwah, amar ma‟ruf nahi munkar dan jihad fi sabilillah.

Semua ini berangkat dari persepsi umat dalam memandang kewajiban ini. Masih banyak yang memahami bahwa dakwah adalah kewajiban ulama saja, terbatas dalam bentuk ceramah, khotbah dan mauidzah saja.

Sementara itu, sebagian dari mereka ada yang telah memahami bahwa dakwah ini merupakan kewajiban yang berlaku atas setiap individu muslim, tetapi mereka melakukan tanpa disertai pemahaman yang baik terhadap manhaj dakwah yang benar.

Orang-orang yang memiliki persepsi salah akan lebih merusak daripada memperbaiki. Bersamaan dengan itu para penyeru kesesatan mempropagandakan ide-ide mereka dengan segenap daya, cara dan sarana.

Anehnya, hal ini justru mereka lakukan dengan penuh kesungguhan dan kehati hatian. Nampaknya umat Islam sudah mulai menyadari akan hal ini sehingga mereka kemudian mulai menghidupkan kembali kewajiban dakwah dan jihad ke dalam jiwa kaum muslimin serta berusaha meluruskan persepsi sempit bahwa dakwah hanya kewajiban ulama saja kepada satu persepsi yang utuh, bahwa dakwah adalah kewajiban sekalian kaum muslimin sehingga menjadi umum dan meluas. Salah satunya adalah dengan pendekatan personal dalam dakwah yaitu dakwah fardiyah.

Dalil Syara tentang dakwah-dakwah lillah sebagaimana yang telah dijelaskan merupakan amalan yang disyariatkan dan termasuk kategori fardhu. Tidak boleh diabaikan atau diacuhkan. Hal ini disebabkan banyaknya dalil yang menjelaskan tentang hal itu. Di antaranya adalah Firman Allah yang berbunyi: “Hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (Ali Imran: 104).

Begitu pula sabda Rasulullah SAW: “Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang ghaib (tidak hadir). Karena mungkin yang hadir tadi bisa menyampaikan kepada orang yang lebih paham daripada dirinya.” (HR. Bukhari) “Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat.” (HR. Bukhari).

Bentuk-Bentuk Dakwah

Adapun bentuk atau macam dari dakwah fardiyah ini bisa dibagi menjadi dua bagian yaitu:

  1. Dakwah fardiyah yang muncul dari individu yang sudah bergabung dengan jamaah. Maksudnya, setiap individu yang ada dalam suatu jamaah dalam kapasitasnya sebagai da’i, melaksanakan kewajiban berupa interaksi yang intens dengan tendensi tertentu dengan orang-orang baru, dalam upaya menarik mereka kepada fikrah Islamiyah dan selanjutnya menarik mereka untuk bergerak bersama jamaah dalam aktivitas amal Islami (Fathi Yakan, 16).
  2. Dakwah fardiyah yang muncul dari individu yang belum tergabung kepada suatu jamaah. Seorang muslim dengan kapasitasnya sebagai bagian dari ummah, melaksanakan kewajiban.

Strategi Dakwah Rasulullah

Strategi Rasulullah SAW Berdakwah Secara Umum

Strategi Dakwah Rasulullah

kompasiana.com

“Jika seseorang tidak mempelajari sosok Rasulullah Muhammad SAW, maka akan banyak nilai-nilai kebaikan yang luput dari perhatian manusia, akan banyak samudera ilmu yang hilang dari dunia ini” Begitulah ungkapan Raghib as-Sirjani dalam karyanya yang berjudul Arrahmah fi Hayati Rasulullah (welas asih dalam kehidupan Rasulullah).

Rasulullah SAW merupakan sosok yang paling ideal yang menjadi contoh dan panutan dalam segala hal. Ia adalah seorang sahabat yang baik hati; seorang pemimpin yang bijak; seorang suami yang sayang keluarga; serta seorang da’i yang santun dan lembut.

Banyak predikat yang telah disandang oleh Rasulullah yang menjadi suri tauladan bagi umatnya ini. Ketika mendakwahkan Islam, banyak sekali perubahan-perubahan yang dilakukan Rasulullah ketika berhadapan dengan masyarakat jahiliyah yang memiliki sifat-sifat buruk seperti suka perang, membunuh anak, perbudakan, penindasan perempuan dan orang-orang lemah.

Semuanya bisa dihapuskan secara perlahan dan pasti dengan jalan dakwah Rasulullah yang sangat humanis.

Dalam menyebarkan ajaran Islam, Rasulullah memiliki beberapa karakteristik atau strategi yang patut dicontoh oleh segenap kaum muslim yang ingin melanjutkan cita-cita mulia Rasulullah Muhammad SAW sebagai da’i (orang yang senantiasa mengajak kepada kebaikan).

Di antara karakteristik atau strategi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Solutif

Dalam menghadapi banyaknya persoalan, Rasulullah SAW menjadi problem solver yang bijak, misalnya saat sampai di Madinah, saat Rasulullah menghadapi masyarakat yang heterogen yang sering berselisih, Rasulullah mempersaudarakan kalangan muhajirin (yang ikut hijrah dengan Rasulullah) dengan kalangan Anshar (penduduk asli Madinah).

Setelah itu, baru Rasulullah Membangun struktur politik dengan Yahudi dan penduduk Madinah lainnya yang dikenal dengan Piagam Madinah (Shahifah al-Madinah).

2. Memudahkan

Rasulullah dalam banyak hal memberikan kemudahan kepada para sahabat dalam beragama. Dalam salah salah satu sabdanya, “sungguh beragama itu mudah, jangan memberat-beratkan.” Rasulullah pernah memarahi seorang imam shalat yang memperpanjang bacaan shalat karena memberatkan makmumnya.

Dalam hadis tentang keutamaan siwak, Rasulullah bersabda, “Andaikan tidak memberatkan umatku, niscaya aku perintah mereka di setiap mau berwudhu.” Ungkapan ‘andai tidak memberatkan’ adalah bentuk kasih sayang Rasulullah agar umatnya tidak mengalami kesulitan dalam beragama.

3. Tegas

Rasulullah juga sosok yang tegas dalam memutuskan sesuatu. Saat kaum Yahudi mengkhianati perjanjian piagam Madinah dan ketahuan berencana untuk membunuh Rasulullah, kemudian Rasulullah didukung para sahabat yang lain secara tegas menindak dan mengusir kaum Yahudi yang melanggar tersebut.

4. Bertahap

Dakwah Rasulullah dilakukan secara berproses dan bertahap atau lebih tepatnya tidak secara tiba-tiba. Sebelum berdakwah, Rasulullah telah mengukir catatan pribadi yang baik dalam masyarakat, hingga ia dijuluki Al-Amin (terpercaya). Lalu, barulah Rasulullah berdakwah.

Tradisi mabuk-mabukan yang sangat mengakar di kalangan para sahabat, oleh Rasulullah diubah secara pelan-pelan dan perlahan hingga pada akhirnya diharamkan secara total.

5. Welas Asih atau dengan Menyayangi

Sikap ini menjadi salah satu karakter utama dalam misi dakwah Rasulullah. Banyak pesan Rasulullah tentang welas asih terhadap sesama makhluk. Salah satunya tercermin dari sikap Rasulullah saat ada orang badui kencing di pojok masjid yang kemudian mau dipukuli oleh para sahabat.

Rasulullah melarangnya dan membiarkan badui tersebut menyelesaikan kencingnya hingga selesai, baru kemudian dinasehati dengan nasehat yang lemah-lembut. Dalam riwayat lain, Rasulullah pernah minta mendoakan orang-orang musyrik agar mendapatkan azab dari Allah, namun Rasulullah menolaknya seraya berkata, “Saya tidak diutus sebagai orang yang suka melaknat tetapi saya diutus dengan membawa rahmat (welas asih).”

6. Memaafkan

Keluhuran budi Rasulullah dalam berdakwah adalah memaafkan yang pernah salah. Ketika perjalanan menuju fathu Mekkah, para sahabat merasa geram dan ingin segera membalas dendam atas penindasan yang dilakukan oleh masyarakat Mekkah.

Namun, sesampai di Mekkah saat semuanya tidak bisa berkutik, Rasulullah dengan santai, “Ini adalah hari kasih sayang, kalian bebas!” Rasulullah memaafkan orang-orang yang pernah dzalim kepada Rasulullah dan sahabatnya.

7. Mengedepankan Harmoni

Rasulullah tidak memaksa masyarakat menjadi masyarakat yang homogen dan yang ditekankan Rasulullah adalah harmoni. Meskipun masyarakat berbeda-beda semuanya bisa berdampingan dan harus saling menghormati dan melindungi sebagaimana tercermin dari piagam Madinah, yang salah satu pasalnya adalah, mereka (penduduk Madinah) adalah bangsa yang satu (ummah wahidah).

Ciri-Ciri Umum Dakwah Rasulullah di Makkah

Strategi Dakwah Rasulullah

kompas.com

Terdapat ciri-ciri secara umum yang bisa diidentifikasikan dalam dakwah Rasulullah pada periode saat di Kota Mekkah. Ciri-ciri tersebut antara lain :

  1. Perhatian dakwah berfokus pada upaya untuk menyampaikan dakwah dan menyebarkannya dengan cara sirriyah (sembunyi) maupun jahriyyah (terang-terangan).
  2. Memperhatikan aspek tarbiyah (pengkaderan terpadu) bagi orang yang menerima dakwah dengan berupaya untuk men- ‘tazkiyah’ ( mensucikan) hati orang yang dididik dan menumbuhkan mereka selalu dalam suasana hidayah. Urutan tarbiyah mereka adalah:
    • Mengajarkan agama kepada mereka.
    • Menerapkan islam secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.
    • Menanamkan semangat ukhuwah diantara sesama mereka.
    • Saling menasehati dalam menegakkan al-haq (kebenaran) dan saling menasihati agar tetap dalam kesabaran.
  3. Berusaha untuk tidak terjadi kontak fisik dengan musuh dan mencukupkan diri dengan melakukan jihad dakwah meskipun gangguan dari pihak musuh cukup menyakitkan dari pihak kaum muslim.
  4. Selalu aktif melakukan manuver dalam dakwah dan tidak terpaku hanya ditempat mulai tumbuhnya Rasulullah SAW.
  5. Melakukan kegiatan dan menentukan strategi yang berkesinambungan untuk dakwah ke depan.

Ciri-Ciri Dakwah Rasulullah SAW Periode Madinah

Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah karena ia merasa keadaan kota Mekkah pada kala itu sudah tidak aman lagi untuk berdakwah. Setelah hijrah ke Madinah, Beliau disambut dengan ramah oleh penduduk Madinah.

Strategi dakwah pertama di Madinah, Beliau membuat sebuah masjid yang sekarang lebih dikenal dengan masjid Nabawi dan Beliau juga mempersaudarakan kaum Anshar dan Muhajirin. Kaum Ansar adalah penduduk asli Madinah, sedangkan kaum Muhajirin penduduk kota Mekkah yang hijrah.

Berikut beberapa ciri umum dari dakwah Nabi Muhammad SAW selama berada di Madinah yang dapat diidentifikasi yaitu:

  1. Menjaga kesinambungan tarbiyah dan tazkiyah bagi sahabat yang telah memeluk agama Islam. Di antara program yang dilakukan adalah membacakan ayat-ayat Alquran untuk semua masyarakat, menyucikan jiwa dan mengajarkan kepada mereka Al Quran dan sunnah, membangun masjid serta mempersaudarakan orang-orang muhajirin dan anshar.
  2. Mendirikan daulat islamiah. Daulat adalah sarana dakwah yang paling besar dan merupakan lembaga terpenting yang secara resmi menyatakan nilai-nilai dakwah. Berikut beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam pembentukan daulat yaitu:
    • Adanya basis massa kaum muslimin yang solid.
    • Adanya negeri yang layak dan memenuhi syarat.
    • Tersedianya perangkat sistem yang jelas.
  3. Adanya keseriusan untuk menerapkan hukum syariat untuk seluruh lapisan masyarakat, baik skala personal maupun jamaah. Seperti melaksanakan syair-syair Islam, menerapkan hudud dan memutuskan perkara di antara orang yang berselisih.
  4. Hidup berdampingan dengan musuh Islam yang menyatakan hidup damai dan bermuamalah dengan mereka dan aturan yang jelas. Toleransi ini di satu sisi bertujuan untuk mempertontonkan secara langsung kepada mereka indahnya model masyarakat Islam dan di sisi lain menciptakan kestabilan hidup bernegara.
  5. Menghadapi secara tegas pihak yang memilih perang serta mempersiapkan kekuatan berkesinambungan untuk menghadapi beberapa kemungkinan-kemungkinan tersebut.
  6. Merealisasikan universalitas dakwah Islam dengan merambah ke seluruh kawasan dunia.
  7. Melalui surat, duta, mengirim rombongan, menerima utusan yang datang, dan seterusnya.

Strategi Dakwah Rasulullah

Demikian pembahasan tentang strategi dakwah Rasulullah. Semoga semua pembahasan di atas bermanfaat untuk kamu. Jika ingin mencari buku tentang Rasulullah SAW, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com.

Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

BACA JUGA:

  1. Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
  2. Pengertian Dakwah: Ketentuan, Tujuan, dan Jenis-Jenisnya 
  3. Strategi Dakawah Sunan Kalijaga: Menggunakan Budaya dan Kesenian sebagai Wahana Islamisasi di Jawa
  4. Strategi Dakwah Sunan Ampel di Tanah Jawa 
  5. Strategi Dakwah Wali Songo di Nusantara 

About the author

Yufi Cantika

Saya Yufi Cantika Sukma Ilahiah dan biasa dipanggil dengan nama Yufi. Saya senang menulis karena dengan menulis wawasan saya bertambah. Saya suka dengan tema agama Islam dan juga quotes.

Kontak media sosial Linkedin Yufi Cantika