Haii, Grameds! Pernahkah kamu mendengar tentang hikayat atau mungkin sering membaca cerpen? Keduanya adalah bentuk karya sastra yang sering kita temui, tetapi memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Dalam dunia sastra Indonesia, hikayat dan cerpen hadir sebagai dua jenis cerita dengan keunikan dan karakteristik yang berbeda. Artikel ini akan membantu kamu memahami lebih dalam perbedaan antara hikayat dan cerpen, mulai dari sejarah, ciri-ciri, hingga fungsi keduanya. Dengan memahami perbedaan ini, kita tidak hanya akan lebih menghargai kekayaan sastra Indonesia, tetapi juga mendapatkan wawasan baru tentang bagaimana kisah-kisah ini mencerminkan budaya dan kehidupan masyarakat dari masa ke masa. Mari kita telusuri bersama!
Daftar Isi
Apa Itu Hikayat?
Grameds, hikayat adalah bentuk karya sastra lama yang berasal dari tradisi lisan Melayu. Kata “hikayat” sendiri memiliki arti “kisah” atau “cerita,” dan dalam perkembangannya, hikayat menjadi bagian penting dalam kebudayaan masyarakat Nusantara. Biasanya, hikayat mengisahkan tentang kepahlawanan tokoh-tokoh legendaris, cerita kerajaan, atau dongeng yang bercampur dengan unsur supernatural. Hikayat sering kali dibumbui dengan kejadian-kejadian luar biasa atau tokoh-tokoh dengan kekuatan magis, yang membuatnya menarik dan menginspirasi bagi pendengarnya. Cerita dalam hikayat memiliki pesan moral yang kuat, yang dimaksudkan untuk mendidik dan menghibur masyarakat, sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya setempat.
Apa Itu Cerpen?
Nah Grameds, berbeda dengan hikayat, cerpen atau cerita pendek adalah bentuk sastra modern yang bertujuan untuk menceritakan peristiwa atau pengalaman dalam bentuk yang ringkas dan padat. Dalam cerpen, penulis lebih fokus pada satu peristiwa utama atau konflik yang melibatkan tokoh-tokoh tertentu. Cerpen biasanya menggambarkan situasi yang realistis dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari pembaca, sehingga lebih mudah dipahami dan dekat dengan realitas sosial masyarakat. Meski pendek, cerpen tetap mengandung makna yang mendalam, baik berupa pesan moral, kritik sosial, atau refleksi tentang kehidupan. Dengan panjang yang lebih singkat dari novel, cerpen bisa dinikmati dalam sekali duduk, membuatnya populer di kalangan pembaca modern yang memiliki waktu terbatas.
Asal-usul Hikayat
Grameds, hikayat memiliki akar dalam tradisi lisan masyarakat Melayu dan telah ada jauh sebelum munculnya tulisan sebagai medium sastra. Pada zaman dahulu, hikayat disampaikan dari generasi ke generasi melalui penceritaan lisan, terutama oleh pendongeng atau penutur cerita yang dihormati dalam masyarakat. Hikayat berfungsi sebagai sarana hiburan sekaligus pendidikan, di mana para pendengar dapat mempelajari nilai-nilai moral dan ajaran hidup melalui kisah-kisah tokoh heroik atau kisah-kisah penuh keajaiban yang diceritakan. Banyak hikayat yang ditulis kembali pada masa kerajaan Melayu, khususnya di wilayah Sumatra, Jawa, dan Semenanjung Malaya. Contoh hikayat yang terkenal antara lain Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-Raja Pasai, dan Hikayat Abdullah. Peran hikayat tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga sebagai cara untuk memperkokoh identitas dan budaya masyarakat pada masa itu.
Asal-usul Cerpen
Cerpen, atau cerita pendek, baru muncul sebagai bentuk sastra yang dikenal secara luas pada awal abad ke-20, bersamaan dengan berkembangnya media cetak seperti surat kabar dan majalah di Indonesia. Di masa kolonial, surat kabar dan majalah yang terbit mulai memuat cerita pendek yang ditulis oleh penulis lokal maupun asing, dan hal ini mendorong lahirnya cerpen sebagai bentuk karya sastra yang terstruktur. Cerpen memberikan ruang bagi penulis untuk mengungkapkan pemikiran, perasaan, serta kritik sosial dengan cara yang lebih mudah diakses oleh masyarakat umum. Seiring waktu, cerpen menjadi salah satu bentuk karya sastra paling populer di Indonesia karena durasinya yang singkat dan temanya yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh sastra Indonesia seperti Pramoedya Ananta Toer, Mochtar Lubis, dan Seno Gumira Ajidarma turut mempopulerkan cerpen sebagai bentuk ekspresi budaya dan sosial yang kian diminati.
Ciri-ciri Hikayat dan Cerpen
Grameds, hikayat memiliki ciri khas yang membuatnya mudah dikenali dan membedakannya dari bentuk sastra lainnya:
1. Panjang dan Berbelit-belit
Cerita dalam hikayat biasanya panjang, dengan alur yang bercabang dan banyak tokoh, serta plot yang sering kali berbelit-belit. Ceritanya tidak fokus pada satu konflik utama, melainkan menceritakan perjalanan tokoh utama dalam berbagai situasi.
2. Tokoh yang Luar Biasa
Tokoh utama dalam hikayat sering digambarkan sebagai sosok yang memiliki kekuatan atau kemampuan luar biasa, baik secara fisik, moral, maupun magis. Contohnya adalah tokoh Hang Tuah dalam Hikayat Hang Tuah, yang dianggap memiliki kesaktian dan kecerdasan luar biasa.
3. Bahasa Arkais atau Klasik
Hikayat ditulis dengan bahasa Melayu Klasik atau bahasa lama yang mungkin terasa asing bagi pembaca masa kini. Penggunaan bahasa yang kuno ini mencerminkan latar budaya dan nilai yang ingin diturunkan dari generasi ke generasi.
4. Unsur Supernatural dan Fantastis
Hikayat sering kali menyisipkan unsur supernatural, seperti tokoh yang bisa terbang, benda-benda ajaib, atau makhluk mistis. Hal ini membuat cerita hikayat menarik dan mengandung unsur hiburan.
5. Nilai Moral dan Pelajaran Hidup
Setiap hikayat biasanya mengandung pesan moral atau nilai-nilai yang hendak disampaikan, seperti keberanian, kesetiaan, atau pengorbanan. Hikayat berfungsi sebagai media untuk mengajarkan nilai-nilai positif kepada pembacanya.
Sedangkan cerpen memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari hikayat dan jenis karya sastra lainnya:
1. Singkat dan Padat
Cerpen umumnya memiliki panjang yang terbatas, sekitar 1.000-10.000 kata, dan fokus pada satu kejadian utama. Alur cerita dalam cerpen tidak bertele-tele, sehingga pembaca bisa mendapatkan pesan atau inti cerita dalam waktu singkat.
2. Tokoh yang Relatable
Tokoh-tokoh dalam cerpen sering kali digambarkan sebagai orang biasa yang menghadapi masalah atau konflik yang realistik. Ini membuat cerpen lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari pembaca, sehingga tokohnya terasa “relatable” atau mudah dihubungkan dengan pengalaman hidup nyata.
3. Bahasa Sederhana dan Kontemporer
Bahasa yang digunakan dalam cerpen cenderung lebih sederhana, lugas, dan modern, sehingga mudah dipahami oleh pembaca masa kini. Penulis biasanya menggunakan bahasa yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari atau bahasa gaul sesuai konteks sosial.
4. Tema Realistis
Cerpen biasanya berfokus pada tema-tema yang realistis dan terkait dengan masalah sosial, emosional, atau konflik individu. Meskipun ada cerpen yang bersifat fiksi ilmiah atau fantasi, cerpen tetap menekankan pada hal-hal yang mendekati realitas.
5. Pesan atau Kritik Sosial
Cerpen sering kali mengandung pesan moral, refleksi, atau bahkan kritik sosial. Penulis cerpen kerap menyampaikan pandangannya terhadap isu-isu masyarakat dengan cara yang tersirat dalam cerita.
Dari ciri-ciri ini, dapat terlihat perbedaan signifikan antara hikayat dan cerpen. Hikayat lebih bersifat epik dan fantastis dengan tokoh-tokoh heroik yang luar biasa, sedangkan cerpen lebih sederhana, realistis, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Contoh Karya Hikayat dan Cerpen
Grameds, setelah mengetahui beberapa ciri-ciri dari hikayat dan cerpen, kita ketahui beberapa contoh dari hikayat dan cerpen yuk!
Contoh Hikayat
Hikayat adalah karya sastra yang berasal dari zaman kuno dan biasanya mencerminkan tradisi serta nilai-nilai budaya Melayu. Beberapa contoh hikayat terkenal antara lain:
1. Hikayat Hang Tuah
Menceritakan tentang Hang Tuah, seorang panglima Melayu yang terkenal dengan keberanian, kesetiaan, dan kehebatannya dalam melayani kerajaan Malaka. Hikayat ini penuh dengan kisah petualangan, pertarungan, dan unsur magis, yang menggambarkan Hang Tuah sebagai sosok heroik dengan kesaktian luar biasa.
2. Hikayat Raja-Raja Pasai
Kisah ini menceritakan sejarah kerajaan Pasai, salah satu kerajaan Islam tertua di Nusantara. Hikayat ini tidak hanya memuat sejarah, tetapi juga unsur-unsur keajaiban dan dongeng, seperti cerita tentang mimpi-mimpi yang dianggap sebagai petunjuk ilahi.
3. Hikayat Amir Hamzah
Mengisahkan petualangan Amir Hamzah, seorang pahlawan Islam yang gagah berani. Cerita ini sarat dengan peperangan, perjalanan epik, dan unsur-unsur keajaiban yang memperlihatkan Amir Hamzah sebagai sosok pahlawan legendaris.
Hikayat-hikayat ini biasanya mengandung nilai-nilai kepahlawanan, kesetiaan, dan keberanian, serta kental dengan unsur mistis dan magis yang menjadi ciri khas cerita rakyat Melayu.
Contoh Cerpen
Cerpen sebagai karya sastra modern menawarkan kisah yang lebih pendek, relevan dengan kehidupan masa kini, dan biasanya menggambarkan situasi yang realistis. Beberapa contoh cerpen dari penulis terkenal di Indonesia antara lain:
1. “Robohnya Surau Kami” karya A.A. Navis
Cerpen ini mengangkat tema kritik sosial dengan menggambarkan kemerosotan moral dan keagamaan di tengah masyarakat. Cerita ini menyajikan refleksi mendalam tentang kondisi sosial dan keagamaan, serta mengajak pembaca untuk berpikir kritis.
2. “Cerita dari Blora” karya Pramoedya Ananta Toer
Cerpen ini menceritakan kisah kehidupan sehari-hari di Blora, Jawa Tengah, dan menggambarkan realitas sosial masyarakat pedesaan. Cerita ini memberikan gambaran tentang kehidupan rakyat jelata dan menghadirkan pesan tentang kehidupan yang apa adanya.
3. “Pelajaran Mengarang” karya Seno Gumira Ajidarma
Cerpen ini bercerita tentang seorang anak yang menulis esai untuk tugas sekolah, tetapi dalam prosesnya, ia menyuarakan pandangan-pandangan kritis tentang kehidupan di sekitar. Cerita ini menyindir dunia pendidikan sekaligus menjadi cerminan bagaimana masyarakat menekan kebebasan berpikir anak-anak.
Melalui cerpen-cerpen ini, para penulis menyampaikan pesan moral, kritik sosial, atau refleksi kehidupan dengan cara yang lebih langsung dan mudah dipahami oleh pembaca. Cerpen mencerminkan realitas dan perasaan masyarakat modern, dan menawarkan wawasan yang relevan dengan kondisi sosial kontemporer.
Penutup
Demikianlah, Grameds, penjelasan mengenai perbedaan antara hikayat dan cerpen. Kedua jenis karya sastra ini memiliki keunikan dan daya tarik masing-masing yang tidak hanya memperkaya khazanah sastra Indonesia, tetapi juga memberikan kita perspektif berbeda tentang budaya, nilai-nilai, dan kehidupan. Hikayat membawa kita ke dunia penuh keajaiban dan kisah heroik dari masa lalu, sedangkan cerpen menyuguhkan realitas kehidupan sehari-hari yang penuh makna dan relevan dengan kondisi masa kini. Semoga artikel ini membantu kamu memahami lebih dalam kedua jenis sastra ini dan menambah semangat untuk mengeksplorasi lebih banyak karya sastra Indonesia. Selamat membaca dan menjelajahi dunia sastra!
Penulis: Hafizh
Rekomendasi Buku Terkait
Hikayat Kedai Kopi: Cerita-Cerita Rakyat Turki
Selama sejumlah kunjungan ke Istanbul, Cyrus Adler sering mengisi waktu luangnya untuk singgah di kedai kopi. Kedai kopi Turki memiliki keintiman yang mendorong masyarakatnya untuk saling berbagi cerita. Biasanya terdiri dari bilik-bilik, dengan dinding yang terbuat dari panel kecil kaca, dan berisi perabotan yang terdiri dari tripod untuk memegang ketel, serta perapian untuk menjaga kopi tetap mendidih. Sambil menikmati secangkir kopi, para pengunjung biasanya saling menceritakan sebuah kisah untuk menghangatkan suasana. Beberapa cerita diadaptasi dari kisah-kisah terkenal dalam sastra Arab dan Persia, tetapi pikiran Turki memberi warna dan filosofi baru, berciri khas kebiasaan, adat istiadat, dan pemikiran masyarakat Kekaisaran Utsmani tersebut. Tertarik pada kisah-kisah yang diceritakan, Cyrus mulai mencatat dan mengumpulkan cerita-cerita tersebut yang kemudian diterbitkan pertama kali pada tahun 1898. Menghibur dan dijamin akan memunculkan senyum, atau bahkan tawa, kisah-kisah tersebut memiliki gravitasi yang kuat dan memberikan kebijaksanaan yang hanya ditemukan di tanah Timur.
Antologi Lengkap Cerpen A.A. Navis
NAMA besar A.A. Navis dalam jagat kepenulisan prosa Indonesia tak perlu lagi diragukan. Namanya sudah melegenda. ”Robohnya Surau Kami” adalah satu dari sejumlah cerpennya yang sangat dikenal luas. Tak berlebihan bila dalam jagat kepenulisan sastra Indonesia A.A. Navis disebut-sebut sebagai salah satu tonggak yang menjulang, menempatkan dirinya sebagai satu di antara sedikit sastrawan besar Indonesia yang disegani oleh berbagai kalangan. Antologi Lengkap Cerpen A.A. Navis ini sengaja diter-bitkan, antara lain sebagai bentuk penghargaan terhadap salah satu tokoh di dunia sastra Indonesia yang punya nama besar itu. Antologi ini bisa menjadi bahan kajian menarik bagi para peminat, pegiat, dan peneliti sastra Indonesia. Selain memuat cerpen-cerpennya yang mendapat banyak pujian, dalam antologi ini, pembaca juga bisa menyimak cerpen ”Man Rabbuka” yang sempat mendapat reaksi keras dari khalayak pembaca. Sebuah karya besar dari pengarang besar dalam rentang waktu yang panjang (1955-2002).
Antologi Cerpen: Pesta
Di mana ada pesta, di sana ada kejutan. Lewat 20 kisah yang menghidupkan beragam suasana pesta, antologi cerpen ini menyuguhkan keindahan dan kompleksitas emosi yang tak terduga. “Pesta” tak sekadar tentang perayaan. Ini adalah panggung tempat berbagai perasaan tampil apa adanya. Dalam pesta yang ramai, ada mereka yang terasing. Di tengah riuh tawa, ada hati yang tak terjangkau. Ketika pesta berakhir, siapa yang benar-benar merasa bahagia? Siapa yang justru berusaha melupakan segalanya? Antologi ini menyajikan bagaimana pesta dimulai, berlangsung, hingga berakhir dengan cara yang berbeda di setiap kisahnya, membawa pembaca pada kejutan yang membekas.