peninggalan kerajaan majapahit – Kerajaan Majapahit dikenal sebagai kerajaan Hindu yang paling besar di Indonesia. Puncak kejayaannya terjadi pada abad ke-14, tepatnya di bawah kekuasaan Hayam Wuruk beserta mahapatih Gajah Mada.
Di balik kejayaannya itu semua, pernahkah Grameds mencari-cari bukti aktualnya? Meskipun sudah berlalu ratusan satu, masih ada beberapa peninggalan Kerajaan Majapahit yang bisa kamu lihat dan pelajari sampai sekarang!
Bukti ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu candi yang megah, prasasti penuh cerita, serta kitab-kita berbahasa Jawa Kuno yang sarat makna. Sudah cukup penasaran? Yuk, mari kita bahas satu per satu dalam artikel ini!
Daftar Isi
Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit
Candi merupakan salah satu peninggalan paling mencolok dari Kerajaan Majapahit. Selain indah dipandang, peninggalan ini dibangun dari batu dan ukiran-ukiran yang penuh cerita. Berikut adalah beberapa candi yang membuktikan kejayaan Majapahit di masa lalu!
1. Candi Bajang Ratu

Sumber: Kompas
Candi Bajang Ratu ini terletak di daerah Trowulan, Mojokerto–wilayah yang pernah menjadi pusat Kerajaan Majapahit. Bentuknya sekilas seperti gapura besar dan tinggi, namun dengan gaya arsitektur khas Majapahit.
Konon, candi ini dibangun untuk mengenang Raja Jayanegara yang wafat di usia muda. Kini, candi Bajang Ratu masih berdiri megah dan menjadi spot foto favorit para wisatawan!
2. Candi Brahu

Sumber: Kompas
Masih di kawasan Trowulan, Grameds juga bisa menemukan Candi Brahu. Menurut beberapa sumber sejarah, candi ini sempat digunakan untuk membakar jenazah raja-raja Majapahit.
Bentuknya sederhana tapi besar, menunjukkan fungsinya sebagai tempat suci. Saat mengunjunginya langsung, lingkungan Candi Brahu ini cenderung tenang–namun punya aura sejarah yang sangat kuat.
Sejarah Kerajaan-Kerajaan Hindu-Buddha Di Era Klasik
Zaman klasik adalah zaman di mana banyak kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindhu-Buddha bermunculan di Nusantara ini, mulai dari Kerajaan Kutai atau yang sebelumnya, hingga puncaknya pada masa Kerajaan Majapahit di sekitar tahun 1400 Masehi. Surya Majapahit pun berangsur redup seiring dengan pengaruh kerajaan-kerajaan Islam dari arah pesisir.
Kerajaan bercorak Islam pertama yang muncul di Nusantara bukanlah Kesultanan Samudera Pasai, melainkan Kerajaan Perlak. Melalui buku ini, Anda akan mengungkap sisi sejarah dari kerajaan-kerajaan di Nusantara, terutama perihal penyebab keruntuhan kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha dan munculnya kerajaan-kerajaan Islam.
Buku sejarah ini tidak hanya menyajikan faktor-faktor penyebab keruntuhan kerajaan Hindu-Buddha dan munculnya berbagai kerajaan Islam saja. Akan tetapi, buku ini juga dilengkapi dengan penyajian sejarah yang detail dan komprehensif; mulai dari sejarah masuknya Hindu-Buddha dan Islam ke Nusantara, sejarah lahir hingga kejayaan setiap kerajaan-kerajaan termasuk daftar raja-raja yang pernah memerintah, dan sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan tersebut.
3. Candi Penataran
:quality(80):watermark(https://cdn-content.kompas.id/umum/kompas_main_logo.png,-16p,-13p,0)/https://inr-production-content-bucket.s3.ap-southeast-1.amazonaws.com/INR_PRODUCTION/photo/pre/2022/06/14/d1a646d1-a1ff-4a0b-82cf-31906deb25e9_jpg.jpg)
Sumber: Kompas
Selanjutnya adalah Candi Penataran, sebuah kompleks candi Hindu terbesar di Jawa Timur! Candi yang terletak di daerah Blitar ini menampilkan cerita Ramayana dan Kresnayana yang dip ahat dengan sangat detail.
Dulu, candi ini dibangun sebagai tempat upacara pemujaan untuk menangkal bahaya Gunung Kelud. Kompleks candi yang luas ini menandakan Candi Penataran berperan penting dalam kehidupan spiritual masyarakat saat itu.
4. Candi Sukuh

Sumber: Kompas
Pernah melihat candi yang bentuknya lebih unik dari yang lain? Cobalah untuk mengunjungi Candi Sukuh!
Terletak di lereng Gunung Lawu, bentuk dari candi ini menyerupai piramida ala mesir atau punden berundak. Candi ini digunakan sebagai tempat pemujaan dan menghilangkan hal buruk yang akan mempengaruhi kehidupan seseorang.
5. Candi Tikus

Sumber: Kompas
Candi Tikus merupakan sebuah bangunan berbentuk kolam pemandian. Dahulu, tempat ini digunakan sebagai tempat pemandian–bahkan menjadi tempat penampungan dan penyaluran air untuk keperluan penduduk.
Kenapa candi ini dinamakan sebagai candi Tikus? Ternyata, penamaan ini diambil karena penemunya menemukan candi ini dalam keadaan penuh dengan tikus! Meskipun sedikit aneh, justru namanya ini menjadi salah satu daya tariknya sendiri!
Seri Pengayaan Pembelajaran Sejarah Indonesia: Masa Hindu-Buddha
Masuknya pengaruh Hindu Buddha ke Indonesia menegaskan posisi penting Indonesia dalam perdagangan dan pelayaran internasional. Posisi strategis Indonesia serta kekayaan alam yang melimpah telah menarik kedatangan pedagang-pedagang asing, terutama dari India dan Tiongkok.
Dalam perkembangannya, interaksi ekonomi ini kemudian mendorong persinggungan masyarakat Indonesia dengan kebudayaan India. Dengan tangan terbuka kebudayaan India diterima hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Persinggungan dengan kebudayaan India membawa konsekuensi terhadap perubahan sistem kepercayaan masyarakat Indonesia. Bila sebelumnya masyarakat Indonesia menganut sistem kepercayaan animisme dan dinanisme maka kebudayaan India telah mengenalkan agama Hindu Buddha sebagai sistem kepercayaan baru. Tidak sampai di situ saja, kebudayaan Hindu Buddha telah mengenalkan berbagai konsep baru dalam kehidupan politik, ekonomi, dan kebudayaan.
Buku ini secara khusus membahas tentang sejarah Indonesia pada masa Hindu Buddha. Pembahasan mengenai masyarakat Indonesia tidak hanya ditinjau dari aspek politik, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
Pada bab pertama, buku ini menjelaskan tentang masuknya pengaruh Hindu Buddha ke Indonesia. Bab kedua menguraikan tentang perkembangan kerajaan-kerajaan bercorak Hindu Buddha. Pada bab terakhir dibahas mengenai pengaruh Hindu Buddha dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia.
Hadirnya buku ini diharapkan akan membuka pintu cakrawala bagi pembaca yang menaruh minat pada sejarah Indonesia, khususnya masa Hindu Buddha. Selain menambah wawasan, buku ini dapat menjadi jembatan bagi pembaca yang ingin meneliti tentang masa Hindu Buddha.
Semoga pengetahuan mengenai sejarah Indonesia masa Hindu Buddha dapat menambah rasa bangga kita terhadap masa lalu bangsa Indonesia.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Majapahit
Selanjutnya adalah prasasti, catatan resmi yang biasanya berisikan kebijakan raja, peristiwa penting, hingga sistem pemerintahannya saat itu.
Kali ini, kita akan membahas tiga buah prasasti peninggalan Majapahit, seperti Prasasti Kudadu, Prapancasarapura, dan Waringin Pitu.
1. Prasasti Kudadu

Sumber: Kompas
Prasasti ini menceritakan kisah pelarian Raden Wijaya ke Desa Kudadu. Di sana, ia ditolong oleh kepala desa setempat.
Setelah berhasil menjadi raja, Raden Wijaya pun memberi penghargaan berupa tanah bebas pajak kepada para penduduk, sang termasuk kepala desa tersebut!
Cerita ini menunjukkan bahwa Kerajaan Majapahit menjunjung tinggi nilai balas budi dan penghargaan terhadap rakyat kecil.
2. Prasasti Prapancasarapura

Sumber: Kompas
Prasasti ini ditemukan oleh seorang arkeolog bernama N.J. Krom di wilayah Surabaya, Jawa Timur. Di dalamnya, kamu akan menemukan sekilas informasi terkait tiga tokoh penting Majapahit: Hayam Wuruk, Gajah Mada, dan Adityawarman.
Meskipun ditemukan tidak dalam keadaan yang utuh, diyakini bahwa Prasasti Prapancasarapura ini dibuat di zaman pemerintahan ratu Tribhuwanatunggadewi, yaitu sekitar 1328-1350 SM.
3. Prasasti Waringin Pitu
Prasasti Waringin Pitu membicarakan tentang aturan administrasi pemerintahan Majapahit beserta kerajaan yang ada di bawahnya. Dari 14 negara bagian tersebut, 9 diantaranya dipimpin oleh wanita.
Selain menunjukkan kesetaraan atau emansipasi wanita, prasasti ini juga menjadi bukti bahwa sistem pemerintahan mereka sudah sangat rapi dan terorganisir!
Survei Prasasti Zaman Hindu-Buddha di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2023
Peninggalan-peninggalan arkeologis berupa prasasti zaman Hindu-Buddha tersebar di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah. Dalam rangka kerja sama penelitian antara BRIN dan EFEO, pada tahun 2023 peninggalan prasasti dalam dua daerah tersebut dijelajahi, mencakup beberapa yang masih in situ maupun yang tersimpan di museum dan lembaga pelestarian kebudayaan.
Hasil dari survei tersebut hadir dalam laporan ini. Dua tujuan utama ialah pengumpulan data untuk Inventaris Daring Epigrafi Nusantara Kuno (idenk.net) serta pembuatan reproduksi visual dengan metode fotogrametri. Turut tersaji dalam laporan ini beberapa bacaan baru dari prasasti yang belum pernah dibaca oleh para ahli sebelumnya atau yang layak dibaca ulang, selalu dilengkapi terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.
Hasil penelitian tim BRIN-EFEO dapat memperkaya pengetahuan tentang beberapa aspek sejarah Jawa dari abad VIII sampai dengan awal abad X, terutama prasasti yang dikeluarkan pada zaman pemerintahan Raja Lokapala (rakai Kayu Wangi) dan Raja Balitung (rakai Watu Kura). Laporan ini masih jauh dari sempurna, tetapi diharap dapat memberi sumbangsih dan perspektif baru terhadap penelitian prasasti zaman Hindu-Buddha di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah.
Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit
Selain benda fisik, peninggalan Majapahit juga ada dalam bentuk karya tulis. Kitab-kitab ini ditulis oleh para pujangga istana dan isinya luar biasa mendalam. Hingga saat ini, karya-karya tersebut masih dikaji oleh para sejarawan dan pecinta sastra.
1. Kitab Negarakertagama

Sumber: Kompas
Kitab yang ditulis oleh Mpu Prapanca ini menceritakan perjalanan Raja Hayam Wuruk saat mengelilingi wilayah kekuasaannya. Bahkan, wilayah ini mencapai daerah ke luar Jawa juga, lho!
Luasnya wilayah kekuasaan ini menjadi penanda bahwa Majapahit memiliki pengaruh yang besar di Asia Tenggara saat itu.
2. Kitab Sutasoma

Sumber: Kompas
Dari banyaknya peninggalan kerajaan Majapahit, mungkin Grameds paling familiar dengan yang ini. Kitab ini memuat kalimat “Bhinneka Tunggal Ika, Tan Dharma Mangrwa” yang sekarang digunakan sebagai semboyan bangsa yang dicantumkan dalam Garuda Pancasila.
Semboyan ini artinya berbeda-beda tapi tetap satu. Kitab ini mengajarkan nilai-nilai toleransi dan persatuan yang kita junjung sebagai salah satu aspek dalam Pancasila yang penting!
Survei Prasasti Zaman Hindu-Buddha di Provinsi Jawa Timur Kota dan Kabupaten Pasuruan, Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, dan Nganjuk Tahun 2023
Potensialnya tinggalan arkeologis berupa prasasti dari Zaman Hindu-Buddha di wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan tantangan untuk menelusuri keberadaan prasasti di wilayah tersebut. Oleh karena itu, dalam rangka kerja sama penelitian antara BRIN dan EFEO, pada tahun 2023 tim peneliti dari kedua lembaga tersebut mengadakan survei prasasti yang ditemukan di Provinsi Jawa Timur, khususnya di Kabupaten dan/atau Kota Pasuruan, Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, dan Nganjuk. Survei ini mencakup prasasti-prasasti yang masih in situ dan prasasti-prasasti yang disimpan di museum maupun di lembaga pelestarian kebudayaan. Ada dua tujuan utama penelitian ini, yaitu pengumpulan data untuk Inventaris Daring Epigrafi Nusantara Kuno (idenk.net) dan pembuatan reproduksi visual dengan metode fotogrametri.
Selain deskripsi, dalam buku ini disajikan pula transkripsi dari prasasti yang belum pernah dibaca oleh para ahli epigrafi sebelumnya atau prasasti yang dirasakan perlu untuk dibaca ulang, dilengkapi dengan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian tim BRIN-EFEO dapat memperkaya pengetahuan tentang beberapa aspek sejarah Jawa dari abad VIII sampai dengan awal abad XIV, terutama prasasti abad IX yang dikeluarkan sebelum pemerintahan Balitung (awal abad X), pada zaman Raja Sindok (pertengahan abad X), atau pada zaman kerajaan Kadiri (abad XII–XIII). Diterbitkannya hasil penelitian epigrafi ini, diharapkan dapat memberi sumbangsih dan perspektif baru terhadap penelitian prasasti Zaman Hindu-Buddha di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Ayo, Kenali dan Cintai Warisan Leluhur Kita!
Itulah beberapa peninggalan Kerajaan Majapahit yang wajib kamu kenali. Barang-barang di atas berhasil menunjukkan kehadiran Majapahit secara nyata, bukan sekadar dongeng saja.
Dari candi-candi yang megah, prasasti yang penuh sejarah, sampai kitab yang sarat nilai moral—semuanya membuktikan betapa hebatnya peradaban bangsa kita di era itu.
Kalau Grameds ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang sejarah kerajaan Hindu-Buddha, yuk telusuri website Gramedia.com! Di sana, kamu akan menemukan banyak buku-buku sejarah yang menarik dan menambah pengetahuanmu di bidang sejarah–seperti yang sudah Gramin sertakan di atas.
Setelah check out buku, produk ini akan akan tiba dengan selamat tepat di depan rumahmu, hanya dalam hitungan beberapa hari. Yuk, kunjungi website Gramedia.com dan dapatkan buku yang kamu inginkan dengan harga terbaik!
- 6 Negara yang Pernah Menjajah Indonesia
- Biografi Moh Hatta
- Dewi Sartika
- Fatmawati
- Contoh Historiografi Kolonial
- Kehidupan Politik Kerajaan Demak
- Kelebihan dan Kekurangan Orde Lama
- Kelebihan Masa Orde Lama
- Kolonialisme dan Imperialisme: Dampaknya yang Masih Terasa Hingga Kini
- Kongres Pemuda Pertama
- Mengenal Kapak Perimbas
- Pahlawan dari Sumatera Barat
- Pahlawan dari Sumatera Utara
- Pendudukan Jepang di Indonesia
- Peninggalan Hindu Budha
- Peninggalan Kerajaan Majapahit
- Penyimpangan pada Masa Orde Lama
- Perbedaan BPUPKI dan PPKI
- Perbedaan Kolonialisme dan Imperialisme
- Sejarah Kepramukaan
- Sejarah Kerajaan Aceh
- Sejarah Pendudukan Jepang di Hindia Belanda 1942–1945