Sejarah

Kelebihan Masa Orde Lama: Peninggalan Penting dalam Sejarah Indonesia

Written by Laila

Masa Orde Lama, yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, merupakan salah satu periode penting dalam sejarah Indonesia. Meski sering diingat dengan tantangan politik dan ekonomi yang dihadapinya, Orde Lama juga meninggalkan berbagai warisan yang tak dapat diabaikan. Era ini menandai perjuangan Indonesia untuk membangun identitas nasional yang kuat pasca-kemerdekaan, dengan kebijakan-kebijakan revolusioner yang mengutamakan persatuan, kemandirian, dan posisi Indonesia di panggung dunia. Dalam artikel ini, kita akan mengulas beberapa kelebihan masa Orde Lama, serta tantangan terhadap perkembangan Indonesia hingga saat ini.

 

Pengertian Orde Lama 

Orde Lama merujuk pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, yang berlangsung dari kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 hingga berakhirnya kekuasaan Soekarno pada tahun 1966. Secara umum, istilah “Orde Lama” digunakan untuk menggambarkan era sebelum dimulainya pemerintahan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Pada masa ini, Indonesia baru saja merdeka dan tengah berjuang untuk meneguhkan identitas nasionalnya serta mencari bentuk pemerintahan yang paling sesuai dengan kondisi negara yang baru terbentuk.

Era Orde Lama ditandai oleh berbagai peristiwa penting, seperti perjuangan mempertahankan kemerdekaan, pembentukan ideologi Pancasila, serta percobaan membangun sistem politik yang dinamis. Presiden Soekarno, sebagai tokoh sentral pada masa ini, memperkenalkan berbagai konsep seperti Demokrasi Terpimpin dan Nasakom (nasionalisme, agama, dan komunisme) sebagai cara untuk menyatukan masyarakat Indonesia yang beragam. Kebijakan-kebijakan tersebut bertujuan untuk memperkokoh persatuan bangsa di tengah perpecahan politik dan sosial yang muncul setelah masa kolonial.

Orde Lama juga dikenal dengan kebijakan luar negeri yang berani, di mana Indonesia menjadi salah satu pendiri Gerakan Non-Blok, sebuah gerakan yang menolak berpihak pada Blok Barat atau Blok Timur di tengah ketegangan Perang Dingin. Melalui langkah ini, Indonesia berusaha untuk memainkan peran penting di panggung internasional dan memperjuangkan kemerdekaan negara-negara yang masih terjajah.

Meskipun Orde Lama memiliki pencapaian yang signifikan, masa ini juga diwarnai oleh berbagai tantangan, termasuk ketidakstabilan politik dan ekonomi, konflik ideologis, serta ketegangan antara kelompok-kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Orde Lama berakhir dengan peristiwa G30S/PKI pada tahun 1965, yang mengakibatkan jatuhnya kekuasaan Soekarno dan transisi menuju pemerintahan Orde Baru.

 

Kelebihan Masa Orde Lama

Masa Orde Lama, yang dipimpin oleh Presiden Soekarno, memiliki sejumlah kelebihan yang berdampak signifikan terhadap perkembangan Indonesia, baik dalam hal politik, sosial, maupun budaya. Meskipun era ini tidak lepas dari berbagai tantangan, ada beberapa aspek penting yang menjadi keunggulan dan warisan dari masa tersebut. Berikut adalah kelebihan masa orde lama:

1. Penguatan Identitas Nasional

Salah satu pencapaian terbesar Orde Lama adalah upaya untuk memperkuat identitas nasional di tengah keberagaman Indonesia. Setelah merdeka, negara ini masih menghadapi ancaman disintegrasi akibat perbedaan suku, agama, dan budaya. Soekarno berhasil menanamkan semangat persatuan melalui ideologi Pancasila, yang menjadi landasan pemersatu bangsa. Dengan pidato-pidatonya yang inspiratif dan gagasan “Nasakom” (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme), Soekarno mencoba merangkul semua golongan demi membangun solidaritas nasional.

2. Kebijakan Luar Negeri yang Bebas dan Aktif

Dalam bidang internasional, Orde Lama dikenal dengan kebijakan luar negerinya yang bebas dan aktif. Soekarno berusaha memposisikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dan tidak berpihak pada salah satu blok selama Perang Dingin. Melalui gerakan non-blok dan Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung, Indonesia memainkan peran penting di panggung internasional, khususnya dalam menggalang solidaritas negara-negara berkembang. Hal ini memberikan Indonesia pengakuan global dan memperkuat citra bangsa di mata dunia.

Sumber foto: kompasiana.com

3. Kemajuan dalam Seni dan Budaya

Di masa Orde Lama, seni dan budaya Indonesia mengalami kemajuan pesat. Soekarno mendukung seniman dan budayawan untuk mengekspresikan karya-karya mereka sebagai bagian dari pembangunan identitas nasional. Seni rupa, sastra, teater, dan film berkembang dengan pesat selama periode ini. Banyak karya seni yang muncul di era Orde Lama mengekspresikan kritik sosial dan semangat nasionalisme. Dukungan terhadap kebudayaan tradisional sekaligus modern menciptakan kekayaan artistik yang memperkaya warisan budaya bangsa.

4. Pembangunan Infrastruktur dan Industri

Meskipun keterbatasan ekonomi menjadi salah satu tantangan utama, Orde Lama berusaha mendorong pembangunan infrastruktur dan industri sebagai bagian dari cita-cita mewujudkan kemandirian nasional. Pembangunan beberapa proyek besar seperti Stadion Utama Gelora Bung Karno dan Monumen Nasional (Monas) menunjukkan keseriusan pemerintah dalam membangun fasilitas publik dan simbol kebanggaan nasional. Selain itu, program industrialisasi mulai diperkenalkan meskipun pada skala yang masih terbatas.

5. Upaya untuk Mewujudkan Demokrasi Terpimpin

Sistem Demokrasi Terpimpin yang diterapkan Soekarno pada akhir Orde Lama bertujuan untuk mengatasi konflik politik yang terjadi di Indonesia pasca-kemerdekaan. Dengan berbagai pihak yang saling bertentangan, Soekarno merasa perlu memperkuat otoritas negara melalui sistem yang lebih terpusat. Meskipun Demokrasi Terpimpin kontroversial, gagasan ini mencerminkan upaya Soekarno untuk menjaga stabilitas nasional di tengah krisis politik dan ideologis.

Secara keseluruhan, masa Orde Lama memberikan kontribusi yang tak bisa diabaikan dalam sejarah Indonesia. Penguatan identitas nasional, peran penting di dunia internasional, serta kemajuan di bidang seni dan budaya menjadi beberapa aspek yang menonjol dari periode ini. Meski tidak sempurna, kelebihan-kelebihan ini menjadi bagian dari warisan yang dapat dipelajari dan diambil hikmahnya untuk perjalanan bangsa ke depan.

Ideologi Soekarno

Bagaimana peristiwa dari kelahiran Pancasila? Bagaimana Soekarno memandang kapitalisme? Bagaimana asal-usul dari Marhaenisme? Bagaimana gerakan wanita di mata Soekarno? Apa relevansi ketahanan pangan di zaman Soekarno dengan masa sekarang? Semua akan dibahas dalam buku ini secara padat.

Di dalam buku ini, pembaca diajak menelusuri poin-poin penting Pancasila, bahaya kapitalisme dalam pemikiran Soekarno, mempelajari ideologi marhaenisme, pentingnya pendidikan untuk bangsa Indonesia, dan mempelajari amanat atau mandat Soekarno mengenai pembangunan ekonomi. Selain itu, uraian dilengkapi dengan studi kasus yang dihadapi bangsa Indonesia.

 

Konflik dan Tantangan Masa Orde Lama

Sumber foto: kompas.com

Masa Orde Lama, yang berlangsung di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno dari tahun 1945 hingga 1966, menghadapi berbagai konflik dan tantangan yang signifikan. Pada masa ini, Indonesia mengalami berbagai permasalahan baik di dalam negeri maupun di kancah internasional, yang memengaruhi kestabilan politik, ekonomi, dan sosial masyarakat. Berikut adalah konflik serta tantangan masa orde lama:

1. Ketegangan Politik dalam Negeri

Salah satu tantangan terbesar Orde Lama adalah ketegangan politik antara berbagai ideologi yang berkembang di Indonesia, yaitu nasionalisme, komunisme, dan Islam. Presiden Soekarno mencoba untuk menyeimbangkan ketiga kekuatan tersebut melalui konsep Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme). Namun, ketegangan antara kelompok-kelompok ini terus memuncak, terutama antara Partai Komunis Indonesia (PKI) dan kelompok-kelompok Islam serta militer. Konflik ideologi ini menimbulkan instabilitas politik yang berkepanjangan, yang pada akhirnya mencapai puncaknya pada peristiwa G30S/PKI tahun 1965.

2. Masalah Ekonomi

Secara ekonomi, Orde Lama menghadapi tantangan besar dalam membangun negara yang baru merdeka. Setelah revolusi kemerdekaan, Indonesia harus menghadapi masalah inflasi tinggi, utang yang menumpuk, serta minimnya infrastruktur yang memadai. Selain itu, kebijakan ekonomi yang tidak konsisten, seperti nasionalisasi perusahaan asing tanpa dukungan yang cukup, memperburuk kondisi ekonomi negara. Pada akhir masa Orde Lama, kondisi ekonomi semakin terpuruk dengan inflasi yang mencapai lebih dari 600% dan standar hidup masyarakat yang menurun drastis.

3. Peristiwa G30S/PKI

Salah satu konflik paling mencolok yang menandai akhir dari Orde Lama adalah peristiwa Gerakan 30 September 1965, yang dikenal sebagai G30S/PKI. Peristiwa ini merupakan upaya kudeta yang diduga dilakukan oleh PKI, yang mengakibatkan terbunuhnya enam jenderal TNI. Peristiwa ini memicu ketegangan sosial dan politik yang hebat di Indonesia, serta menyebabkan terjadinya pembersihan terhadap anggota dan simpatisan PKI di seluruh Indonesia. Konflik ini menciptakan luka mendalam dalam sejarah bangsa dan memengaruhi transisi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru.

4. Hubungan Luar Negeri yang Agresif

Dalam bidang diplomasi, kebijakan luar negeri Orde Lama dikenal dengan politik “Berdikari” (berdiri di atas kaki sendiri), di mana Indonesia berupaya mengambil posisi netral dalam Perang Dingin namun tetap melakukan konfrontasi dengan negara-negara Barat. Contohnya adalah Konfrontasi Indonesia-Malaysia pada tahun 1963-1966, di mana Indonesia menolak pembentukan Federasi Malaysia yang didukung oleh Inggris. Selain itu, hubungan dengan Amerika Serikat juga memburuk akibat kedekatan Indonesia dengan blok komunis, khususnya Uni Soviet dan Tiongkok. Kebijakan luar negeri yang agresif ini menambah tekanan pada pemerintahan Soekarno di tengah kondisi dalam negeri yang sudah rapuh.

5. Ketidakstabilan Sosial

Kondisi ekonomi yang buruk, inflasi tinggi, dan ketidakpastian politik menyebabkan ketidakstabilan sosial yang meluas. Demonstrasi besar-besaran terjadi, terutama dari kalangan mahasiswa yang menuntut perbaikan kondisi ekonomi dan politik. Gerakan mahasiswa yang dikenal sebagai “Angkatan 66” memainkan peran penting dalam mendesak perubahan kepemimpinan nasional, yang akhirnya berhasil menurunkan Soekarno dari kursi presiden.

Masa Orde Lama diwarnai oleh berbagai konflik dan tantangan yang memengaruhi perjalanan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Ketegangan politik, permasalahan ekonomi, krisis sosial, hingga peristiwa G30S/PKI menjadi bukti bahwa masa ini penuh dengan dinamika yang tidak mudah. Namun, tantangan-tantangan tersebut juga menjadi pembelajaran berharga bagi pembangunan Indonesia di era selanjutnya.

The Hidden Tales Of Soekarno : Perjalanan Politik Sang Bapak Bangsa

Buku The Hidden Tales of Soekarno: Perjalanan Politik Sang Bapak Bangsa mengisahkan tentang kehidupan Soekarno secara runtut dan lengkap, dari masa kecil hingga akhir hayatnya. Buku ini juga menguraikan dinamika kehidupan Soekarno di tengah pengaruh-pengaruh hebat semasa hidupnya, dari kisah-kisah yang sudah banyak diketahui hingga yang belum banyak diketahui orang-orang. Salah satu tokoh bangsa yang turut memengaruhi pemikiran Soekarno adalah H.O.S. Tjokroaminoto.

 

Kesimpulan

Sebagai periode yang penuh dengan dinamika politik, sosial, dan budaya, Orde Lama memiliki kelebihan yang memberikan kontribusi besar terhadap fondasi bangsa Indonesia. Melalui semangat nasionalisme yang kuat, kebijakan luar negeri yang berani, serta upaya merangkul berbagai elemen masyarakat, era ini berhasil meninggalkan warisan penting bagi pembangunan Indonesia di masa selanjutnya. Meskipun diwarnai dengan tantangan dan keterbatasan, pencapaian Orde Lama tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah Indonesia. Penting bagi kita untuk mempelajari dan menghargai peninggalan ini sebagai cermin bagi perjalanan bangsa di masa mendatang. Grameds, kamu bisa mempelajari kelebihan masa Orde Lama melalui kumpulan buku sejarah yang tersedia di Gramedia.com.

Buku #1 dari Trilogi Tonggak-Tonggak Orde Baru: The Untold Story

Mulai dari masa peralihan Orde Lama ke Orde Baru, strategi pembangunan, program, dan gangguan Kabinet, Pembangunan hingga Revolusi Perpajakan, Tonggak-Tonggak Orde Baru: Jatuh Bangun Strategi Pembangunan mengangkat hal-hal yang perlu kita cermati dan reflek – sikan bersama dalam memperkuat simpul jalin keindo-nesiaan guna menghadapi masa depan.

“Pembelahan berdasarkan kelompok identitas yang bernuansa SARA harus bisa segera dihentikan dan jangan dibiarkan berlarut-larut, karena akibatnya bisa jauh lebih besar dibandingkan pembelahan tahun 1965.” Prof. Dr. H. Salim Haji Said, M.A., M.A.I.A. – Guru Besar Universitas Pertahanan.

“Setelah Orde Baru berakhir, Reformasi menggelora, hampir tanpa koordinasi. Tiba-tiba kita menyadari terbang tinggi bagai layang-layang yang terlepas. Meski dalam suasana hati seperti ini, saya yakin bahwa penulis tetap berpedoman ‘sine ira et studio’ (tanpa amarah dan keberpihakan), karena sebagai wartawan, hal itu sudah menjadi pedoman kerjanya selama bertahun-tahun.” Richard Haryosaputro – Wartawan Senior.

About the author

Laila