Hukum

Pengertian Hukum Mendel Hingga Contoh Persilangannya!

Pengertian Hukum Mendel
Written by Pandu

Pengertian hukum mendel – Orang tua yang memiliki rambut lurus umumnya mempunyai keturunan yg berambut lurus juga. Penyebabnya: penurunan sifat atau gen. Hukum tentang penurunan sifat biasa dianggap menggunakan Hukum Mendel. Hereditas atau pewarisan sifat adalah keliru satu cabang ilmu yg menilik mengenai genetika. Hukum Mendel pertama kali ditemukan sang seorang biarawan dari Austria, Gregor Johann Mendel.

Bersumber menurut Encyclopedia Britannica, Mendel pertama kali melakukan percobaan penyilangan dalam kacang kapri dalam tahun 1854-1856. Dia menentukan kacang menjadi media penelitiannya lantaran mempunyai vari. Pewarisan sifat adalah suatu proses pewarisan sifat menurut induk pada keturunannya. Kromosom & gen berperan menjadi penentu pada pewarisan sifat yg lalu dipelajari pada Hukum Mendel I & II.

Hukum Mendel ini baru mulai ditemukan dalam 1966 sang keliru seorang ilmuwan dari Austria menggunakan nama yg sama yakni, GJ. Mendel. Padahal, semenjak ribuan tahun lalu, insan sudah melakukan penurunan sifat menurut induk dalam keturunannya. Tetapi baru Mendel seseorang yg berhasil melakukan penelitian mengenai pewarisan sifat. Mendel lalu memulai penelitiannya melalui penyilangan dalam kacang ercis.

Nah, dari penjelasan singkat di atas mengenai hukum mendel maka sudah jelas pada pembahasan selanjutnya kami tetap akan memberikan informasi terkait mengenai pengertian hukum mendel dan bagaimana tata cara menerapkannya yang tepat.

Selanjutnya pembahasan mengenai hukum mendel dapat kalian simak di bawah ini!

Biografi Singkat G.J Mendel

Sebelum lebih jauh membahas mengenai pengertian hukum mendel ada baiknya kalian juga menyimak tentang riwayat hidup pencetus teori tersebut berikut ini:

Gregor Johann Mendel (bahasa Ceska: Řehoř Jan Mendel; 20 Juli 1822 – 6 Januari 1884) merupakan pakar nabati & biarawan berkebangsaan Austria yg menyusun konsep-konsep dasar genetika. Penyelidikan sifat pewarisan pada genetika dilakukan sang Mendel menggunakan memanfaatkan kacang ercis.

Mendel menemukan bahwa warisan biologis gen eksklusif darisifat pada tumbuhan kacang ercis mengikuti pola-pola eksklusif, kini diklaim menjadi Hukum Mendel. Makna mendalam menurut karya Mendel nir diakui hingga pergantian abad ke-20, waktu ditemukan pulang aturan-aturan Mendel memprakarsai ilmu genetika modern.

Gregor Mendel dilahirkan pada sebuah keluarga etnis Jerman pada Heinzendorf bei Odrau, Austria Silesia, Kekaisaran Austria (kini Hynčice, Republik Ceko). Dia merupakan anak menurut Anton & Rosine (Schwirtlich) Mendel, & mempunyai satu abang perempuan (Veronica) & satu adik (Theresia). Mereka tinggal & bekerja pada sebuah peternakan yg sudah dimiliki sang famili Mendel selama setidaknya 130 tahun.

Selama masa kecilnya, Mendel bekerja menjadi tukang kebun, belajar perlebahan, & menjadi seorang pemuda pernah mengikuti gymnasium pada Opava. Dari 1840-1843, dia belajar filsafat simpel & teoretis juga ekamatra pada Universitas Olomouc Fakultas Filsafat, merogoh libur satu tahun lantaran sakit.

Pengertian Hukum Mendel

Hukum pewarisan Mendel merupakan aturan tentang pewarisan sifat dalam organisme yg dijabarkan sang Gregor Johann Mendel pada karya Percobaannya tentang Persilangan Tumbuhan. Hukum ini terdiri berdasarkan 2 bagian:

  • Hukum pemisahan (segregation) berdasarkan Mendel, pula dikenal menjadi Hukum Pertama Mendel, &
  • Hukum berpasangan secara bebas (independent assortment) berdasarkan Mendel, pula dikenal menjadi Hukum Kedua Mendel.

Selanjutnya di bawah ini adalah penjelasan lebih detail mengenai hukum mendel:

Pengertian Hukum Mendel

Hukum Mendel I

Hukum Mendel I ini mempunyai nama lain yakni Hukum Segregasi. Dalam Hukum Segregasi ini menyatakan bahwa “Pada pembentukan gamet (sel kelamin) dalam ke 2 gen yang adalah pasangan, akan dipisahkan pada 2 sel anak’. Nah, Hukum Mendel I atau Hukum Segregasi ini berlaku buat persilangan monohibrid alias persilangan menggunakan satu sifat beda.

Secara garis besar, Hukum Mendel I akan berkaitan menggunakan adanya tiga pokok, yakni:

Gen mempunyai bentuk-bentuk cara lain yg mengatur variasi dalam karakter turunannya. Inilah yg menjadikannya konsep akan 2 macam alel, yakni a) alel resesif (nir selalu nampak berdasarkan luar, dinyatakan menggunakan alfabet kecil, contohnya w pada gambar); & b) alel lebih banyak didominasi (nampak berdasarkan luar, dinyatakan menggunakan alfabet besar, contohnya R)

Setiap individu membawa sepasang gen, satu berdasarkan tetua jantan (misal ww) & satu berdasarkan tetua betina (contohnya RR) apabila sepasang gen ini adalah 2 alel yg tidak selaras, alel lebih banyak didominasi akan selalu terekspresikan (tampak secara visual berdasarkan luar). Alel resesif yg nir selalu terekspresikan, permanen akan diwariskan dalam gamet (sel kelamin) yg dibuat dalam turunannya.

Perhatikan model penyilangan antara mawar merah yg bersifat lebih banyak didominasi menggunakan mawar putih yg bersifat resesif, ini dia

Nah, pada Hukum Mendel I ini pula menyatakan bahwa 2 alel (varian gen) yg mengatur sifat eksklusif akan terpisah dalam 2 gamet (sel kelamin) yg tidak selaras. Hukum Mendel I meliputi beberapa hal, yakni:

  • Alel (variasi gen) terhadap variasi sifat yg diwariskan. Contoh: rona 2 bunga bervariasi yg dinamakan menggunakan alel, akan menempati lokus yg sinkron menggunakan pasangan homolog.
  • Dua alel terhadap suatu karakter akan terpisah saat gamet (sel kelamin) dihasilkan. Contoh:
  • output persilangan yg mengandung satu alel rona bunga induknya (ungu atau putih)
  • Setiap karakter dalam setiap organisme, akan mewarisi 2 alel yg masing-masingnya asal berdasarkan induk. Contoh:
  • output persilangan yg kemungkinan akan membentuk 1 alel rona putih & 1 alel rona ungu.

Jika masih ada 2 alel tidak selaras, maka galat satunya bisa bersifat lebih banyak didominasi, ad interim yg lainnya akan bersifat resesif. Contoh:

masih ada perkawinan bunga berwarna ungu menggunakan bunga rona putih, maka akan membentuk keturunan rona ungu.

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:

Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu tampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (tampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).

Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).

Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (tampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.

Persilangannya terdiri dari 2 yaitu:

1. Persilangan dominan

Contoh:

Kelinci berbulu hitam (dominan) disilangkan kelinci berbulu putih (resesif). Jika fenotip pertama (F1) 100rbulu hitam maka tentukan perbandingan fenotip kedua (F2)!

P1:

HH (hitam) v hh (putih)

F1:

Hh (hitam)

P2:

Hh (hitam) v Hh (hitam)

F2:

HH (hitam), Hh (hitam), Hh (hitam), hh (putih)

Jadi perbandingan F2 adalah hitam:

putih = 3:1.

2. Persilangan intermediet (semidominan)

Contoh:

Kelinci berbulu hitam (dominan) disilangkan kelinci berbulu putih (resesif). Jika fenotip pertama (F1) 100rbulu cokelat maka tentukan perbandingan fenotip kedua (F2)!

P1: HH (hitam) v hh (putih)

F1: Hh (cokelat)

P2: Hh (cokelat) v Hh (cokelat)

F2: HH (hitam), Hh (cokelat), Hh (cokelat), hh (putih)

Hukum Mendel II

Pada Hukum Mendel II atau yg pula dikenal menjadi Hukum Independent Assortment atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas, menyatakan bahwa ‘jika 2 individu tidak selaras satu menggunakan yg lain pada 2 pasang sifat atau lebih, maka akan diturunkannya sifat yg sepasang itu nir bergantung dalam sifat pasangan lainnya’. Keberadaan Hukum Mendel II ini berlaku buat persilangan dihibrid (menggunakan 2 sifat yg tidak selaras).

Pada persilangan dihibrid, contohnya masih ada suatu individu menggunakan genotip AaBb, maka A & a dan B & b akan memisah yg lalu pasangan tadi akan bergabung secara bebas. Melalui hal tadi, maka kemungkinan gamet (sel kelamin) yg terbentuk akan mempunyai sifat AB, Ab, aB, & ab.

Singkatnya, melalui Hukum Mendel II ini menyatakan bahwa alel (variasi gen) menggunakan gen yg sifatnya tidak selaras itu nir saling mempengaruhi. Hal ini pula mengungkapkan bahwa gen yg memilih tinggi tanaman, rona tanaman, itu tidak akan saling berpengaruh.

Perbedaan Antara Hukum Mendel I & II

Perbedaan antara Hukum Mendel I & II paling jelas terlihat dalam sifat yg disilangkan. Pada Hukum Mendel I menyatakan bahwa pembentukan gamet (sel kelamin) dalam ke 2 gen induk yg berpasangan menggunakan alel, akan memisah alias segregasi. Hal itu mengakibatkan setiap gamet akan mendapat satu gen menurut induknya.

Sementara dalam Hukum Mendel II menyatakan bahwa bila masih ada individu yg tidak sama satu sama lain pada 2 pasang sifat atau lebih, maka akan menurunkan sifat yg sepasang & nir bergantung dalam sifat lainnya.

Kesimpulannya, dalam Hukum Mendel I akan mengalami proses segregasi atau pemisahan sel secara bebas. Sementara dalam Hukum Mendel II akan mengalami pengelompokan gen secara bebas.

Pengertian Hukum Mendel

Contoh Persilangan Dalam Hukum Mendel

Hukum Mendel I

1. Persilangan Monohibrid

Kala itu, Mendel menciptakan percobaan menggunakan menyilangkan 2 individu berdasarkan kacang kapri yg mempunyai sifat berbeda, yaitu antara kacang kapri berbatang tinggi menggunakan kacang kapri berbatang rendah. Sedangkan sifat ‘tinggi’ secara umum dikuasai terhadap sifat ‘rendah’, sebagai akibatnya akan membuat:

apabila melihat lagi teori dalam Hukum Mendel I yg menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin) itu pasangan alel akan memisah secara bebas. Nah, insiden pemisahan tadi akan terlihat waktu pembentukan gamet individu yg mempunyai genotif heterozigot, sebagai akibatnya setiap gamet (sel kelamin) akan mengandung galat satu alel tadi.

2. Backcross & Testcross

Backcross merupakan proses menyilangkan atau mengawinkan individu output hibrida (F1) menggunakan galat satu induknya. Tujuannya merupakan agar bisa mengetahui genotip berdasarkan induknya (parental). Perhatikan model berikut menggunakan mengandalkan sifat ‘tinggi’ dalam kacang kapri.

Sementara testcross merupakan proses menyilangkan individu F1 menggunakan galat satu induknya yang homozigot resesif. Tujuannya merupakan agar bisa mengetahui apakah individu F1 itu mempunyai homozigot atau heterozigot.

Hukum Mendel II

1. Persilangan Dihibrid

Melalui percobaan persilangan Dihibrid ini, Mendel mencoba melibatkan 2 sifat sekaligus & menyimpulkan bahwa pada proses pembentukan gamet (sel kelamin), maka setiap pasang alel pada satu lokus akan bersegregasi secara bebas menggunakan pasangan alel lokus lainnya, & akan berpadu secara bebas menggunakan alel berdasarkan lokus lainnya.

Singkatnya, monohibrid merupakan hibrid menggunakan 1 sifat berbeda, ad interim dihibrid merupakan hibrid menggunakan dua sifat berbeda.

Kala itu, Mendel memakai flora ercis menjadi objek pengamatannya, menggunakan alasan:

  • Memiliki pasangan sifat beda yg mencolok atau kontras.
  • Melakukan penyerbukan sendiri (autogami), sebagai akibatnya sifat turun-menurunnya cenderung tetap.
  • Praktis dilakukan penyerbukan silang.
  • Cepat buat membuat keturunan.
  • Dapat mempunyai keturunan pada jumlah banyak.

Berikut ini merupakan sifat yg dimiliki sang flora ercis, sebagai akibatnya dijadikan menjadi objek pengamatan buat penyilangan dihibrid ini.

Proses persilangan dihibrid mempunyai karakteristik spesial berupa:

  • Persilangan dilakukan menggunakan memperhatikan 2 sifat yg berbeda.
  • Jumlah gamet (sel kelamin) yg terbentuk dalam setiap individu merupakan 4 (2n)
  • Fenotip individu akan dipengaruhi sang dua macam sifat genetik.
  • Akan ditemui kurang lebih aporisma 16 variasi genotipe dalam F2.

Penyimpangan Semu Pada Hukum Mendel

Dalam Hukum Mendel baik I & II akan masih ada defleksi semu, yg adalah bentuk persilangan menggunakan membuat rasio fenotip yg tidak sinkron menggunakan dasar dihibrid. Meskipun tampak tidak sinkron, namun sebenarnya rasio fenotip tadi adalah bentuk modifikasi menurut penjumlahan rasio fenotip yg didasarkan dalam seluruh Hukum Mendel.

Misalnya dalam perkawinan antara dua individu menggunakan dua sifat beda, ternyata ratio fenotip F2 nir selalu 9 : 3 :3 :1. Namun, akan tak jarang dijumpai perbandingan-perbandingan yg tidak sinkron, namun adalah penggabungan nomor -nomor perbandingan Mendel yg ditulis 9: 3:3:1 yaitu :

9 : 7 = 9 : ( 3 + 3 + 1 )

12 : 3 : 1 = ( 9 + 3 ) : 3 : 1

15 : 1 = ( 9 + 3 + 3 ) : 1

9 : 3 : 4 = 9 : 3 : ( 3 + 1 )

Jika didasarkan dalam Hukum Mendel II, maka alel satu nir akan saling mensugesti segregasi pasangan alel lainnya pada penentuan sifat yg tidak sinkron. Gen-gen tadi akan secara bebas berpasangan & memunculkan sifat eksklusif dalam individu. Nah, itulah yg dinamakan menggunakan ‘Penyimpangan Semu Hukum Mendel’. Disebut “semu” lantaran prinsip segregasi bebas permanen berlaku, & ditimbulkan sang gen-gen yg membawa sifat pada penentuan karakteristik eksklusif tadi. Berikut ini karakteristik-karakteristik ‘Penyimpangan Semu Hukum Mendel’:

Ratio fenotip yg didapatkan tidak sinkron menggunakan Hukum Mendel.

Adanya sifat-sifat eksklusif dalam gen yg mengakibatkan disparitas output dalam filial dua adanya hubungan antar gen.

Kesimpulan

Sekian pembahasan singkat mengenai definisi dari hukum mendel. Pembahasan kali ini tidak hanya membahas definisi dari hukum mendel saja namun juga membahas lebih jauh mengenai biografi pencetus teorinya lalu menjelaskan secara rinci mengenai hukum mendel 1 dan 2 dan mengetahui contoh persimpangan semu dari hukum mendel.

Memahami pengertian dari hukum mendel memberikan kita pengetahuan tambahan mengenai berbagai proses kelahiran dan mengetahui mengenai sel-sel yang menyusun tubuh kita itu dipengaruhi oleh gen orang tua kita yang mempengaruhi tumbuh kembang diri kita sebagai anak

Demikian ulasan mengenai pengertian hukum mendel. Buat Grameds yang mau mempelajari semua hal tentang pengertian hukum mendel. Dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan biologi lainnya, kamu bisa mengunjungi Gramedia.com untuk mendapatkan buku-buku terkait.

Sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu memberikan produk terbaik, agar kamu memiliki informasi terbaik dan terbaru untuk kamu. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Pandu Akram

Artikel terkait:

Hukum Mendel: Pengertian, Perbedaan, Percobaan, dan Penyimpangan Semu Hukum Mendel

Pola Hereditas, Pengertian Hereditas & Hukum Mendel

Pengertian Bioteknologi Konvensional: Ciri, Manfaat, dan Contohnya

Apa Itu Pewarisan Sifat Genetika dan Faktor Penyebabnya

Mengetahui Fungsi Skrotum dan Resiko Gangguan Kesehatan!

 

About the author

Pandu