Pendidikan

Perkembangan Kognitif: Pengertian, Teori dan Tahapannya

Perkembangan Kognitif
Written by Gilang P

Perkembangan Kognitif – Perkembangan kognitif dapat dipahami sebagai proses yang terjadi secara internal pada pusat susunan saraf ketika manusia tengah berpikir. Seorang psikolog Jean Piaget pertama kali mengemukakan teori perkembangan kognitif yang bersifat konstruktivisme, namun teori perkembangan kognitif ini ada dua yaitu konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial.

Dalam teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Piaget, ia menjelaskan mengenai skema-skema atau mengenai bagaimana seseorang memberikan serta menjelaskan persepsi tentang lingkungannya dalam beberapa tahapan perkembangan. Selain Piaget, Lev Vygotsku pun mencetuskan teorki perkembangan kognitif versi dirinya. Lebih lanjut, simak artikel perkembangan kognitif hingga akhir ya!

Pengertian Perkembangan Kognitif

Sebelum membahas mengenai teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky ada baiknya jika Grameds mengetahui pengertian dari perkembangan kognitif terlebih dahulu. Secara bahasa, kata ‘cognitive; berasal dari kata cognition yang artinya ialah pengertian atau mengerti.

Sedangkan kognitif dapat dimaknai sebagai sebuah proses yang terjadi secara internal dalam pusat susunan sarag ketika manusia sedang berpikir. Secara luas, menurut Neisser kognisi atau cognition ialah perolehan, penggunaan pengetahuan serta penataan. Menurut para ahli, kognisi memengaruhi aliran kognitifis atau tingkah laku dari seorang anak yang didasarkan pada kognisi yaitu merupakan suatu tindakan mengenal serta memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi.

Sederhananya, kognitif ialah seluruh aktivitas mental yang membuat seorang individu untuk mampu menghubungan, mempertimbangkan dan menilai suatu peristiwa. Sehingga, individu tersebut akan mendapatkan pengetahuan setelahnya.

Pengertian Kognitif dan Menurut Para Ahli

Kognitif adalah segala kegiatan seseorang yang berkaitan dengan proses belajar mengajar dalam memahami sebuah peristiwa dan kemudian menjadi paham karenanya.Disinilah praktek kecerdasan kognitif bekerja dalam memproses sebuah pengetahuan.

Secara umum kognitif berbicara tentang gagasan, ide dan pemecahan masalah berakar pada kemampuan kognitif seseorang. Tanpa adanya kecerdasan kognitif mustahil sebuah ilmu pengetahuan dapat dipahami. Sederhananya begini sobat Grameds, kognitif itu wajib berperan dalam dunia belajar mengajar.

Adapun pengertiannya menurut para ahli adalah sebagai berikut.

1. Menurut Williams dan Susanto

Pengertian Kognitif menurut Williams dan Susanto adalah bagaimana seseorang dalam memecahkan sebuah masalah dilihat dari cara seseorang itu bertingkah laku, bertindak dan cepat atau lambatnya.

2. Menurut Neisser

Menurut Neisser kognitif itu hanya bicara tentang tiga konsep yaitu perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Jadi kognitif adalah bagaimana perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.

3. Menurut Gagne

Menurut Gagne kognitif merupakan proses internalisasi ilmu pengetahuan yang terjadi pada susunan saraf pusat ketika seseorang berfikir memahami sesuatu.

4. Menurut Drever

Menurut Drever berpendapat bahwa kognitif istilah umum yang dipakai untuk memahami sebuah metode pembelajaran. Metode pemahaman, yakni persepsi, penilaian, penalaran, imajinasi, dan penangkapan makna adalah sepaket dengan kognitif.

5. Menurut Piaget

Menurut Piaget adalah kegiatan seorang anak bagaimana ia beradaptasi dan menginterpretasikan obyek serta kejadian-kejadian yang terjadi di sekitar dirinya.

Kognitif

Kognitif selalu erat kaitannya dengan tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang. Contoh dari kognitif dapat ditunjukan oleh seorang individu ketia sedang belajar, memecahkan masalah hingga membangun suatu ide.

Dari pengertian mengenai kognitif, dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif dapat dimaknai sebagai tingkat kemampuan seorang individu dalam berpikir yang meliputi proses pemecahan masalah, mengingat, serta mengambil keputusan.

Perkembangan Kognitif

Teori Belajar Kognitif

Pemahaman tentang teori belajar kognitif berarti memahami bahwa teori belajar yang hanya memprioritaskan kepada proses belajar ketimbang pada hasil yang dicapai. Dalam teori belajar kognitif ini tidak hanya berbicara tentang stimulus dan respon saja, melainkan juga bagaimana perilaku seseorang dalam mencapai tujuan belajarnya.

Prinsip teori belajar kognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut.

1. Proses belajar lebih penting daripada hasil.

Sudah merupakan kewajiban mindset berpikir yang harus dibangun adalah proses lebih penting daripada hasil. Mindset berpikir seperti itu akan lebih menghargai proses yang dilalui seseorang. Ini penting dalam pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran yaitu tekun dan rajin. Pertama kali bangunlah mindset berpikir yang benar terlebih dahulu agar tidak salah kedepannya.

2. Persepsi dan pemahaman

Kemampuan menjaga persepsi dan pemahaman tentang proses adalah hal utama. Pencapaian tujuan belajar menunjukkan tingkah laku seorang individu. Hal itu dilihat dari proses seseorang belajar apakah menggunakan cara yang baik atau tidak. Jadi, persepsi dan pemahaman disitulah yang penting dalam pembelajaran.

3. Belajar Bertahap

Namanya pembelajaran itu belajar secara bertahap. Materi belajar dipisahkan menjadi komponen kecil, lalu dipelajari secara terpisah. Belajar dari yang mudah terlebih dahulu hingga yang paling susah. Tahap-tahap pembelajaran harus dilalui secara serius oleh sang pembelajar atau murid.

4. Pembelajar harus aktif

Keaktifan peserta didik saat pembelajaran merupakan suatu keharusan. Syarat wajib ini menentukan keberhasilan seseorang dalam mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. Keaktifan murid turut mempercepat pemahaman pembelajaran suatu bidang ilmu.

5. Berfikir kompleks

Pada kegiatan belajar, dibutuhkan proses berpikir yang kompleks. Berpikir kompleks berguna untuk memahami informasi secara lengkap dan tepat. Sehingga pemahaman pun tidak setengah-setengah akan suatu informasi. Bahkan jika pemahaman kita tidak komprehensif terhadap suatu informasi bisa berdampak buruk buat diri kita sendiri. Apalagi soal pemahaman suatu ilmu pengetahuan. Betul tidak sobat Grameds?

Teori- teori Perkembangan Kognitif Menurut Para Ahli

Teori perkembangan kognitif pertama kali dicetuskan oleh seorang Psikolog asal Swiss yaitu Jean Piaget. Dalam teori perkembangan kognitif yang Piaget cetuskan, ia berpendapat bahwa manusia mampu membangun kemampuan kognitif melalui tindakannnya yang termotivasi dari lingkungan.

Selain teori kognitif yang dicetuskan oleh Jean Piaget, Lev Vygotsky pun turut mengemukakan teori kognitif yang sifatnya adalah konstruktivis sosial. Meski sama-sama dikemukakan oleh dua ahli psikologis, namun dua teori kognitif ini berbeda. Berikut penjelasannya.

 

1. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget

Teori perkembangan kognitif versi Jean Piaget merupakan teori konstruktivis kognitif yang menjelaskan, bahwa anak akan terus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Hasil dari interaksi anak tersebut, akan menghasilkan suatu hal yang bernama skema atau skemata atau disebut pula sebagai schemal.

Skemata atau skema berarti, jenis-jenis pengetahuan memiliki fungsi untuk membantu seorang individu melakukan interperasi serta memhami lingkungan sekitarnya. Sifat utama dari skema ialah bahwa skema akan terus bermodifikasi, bergerak, dinamis, berkelanjutan atau tidak dapat berhenti di satu titik saja.

Agar skema mampu terus bergerak sesuai dengan sifat yang dimiliki, maka skema pun dibantu dengan dua proses penting bernama asimilasi serta akomodasi. Asimilasi ialah aktivitas untuk mendapatkan sebuah informasi baru agar nantinya informasi tersebut, dimasukan ke dalam skema yang ada. Sedangkan, akomodasi ialah proses yang terjadi ketika pengetahuan baru masuk ke dalam skema lalu diubah menjadi skema dalam bentuk yang baru.

Dalam teori perkembangan kognitif anak versi Jean Piaget, anak usia dini akan terpengaruh oleh aktivitas yang berkelanjutan dengan skema, asimilasi serta akomodasi secara terus menerus, hingga akhirnya terbentukalah keseimbangan yang baru atau equilibrium berkali-kali.

Teori perkembangan kognitif Jean Piaget menjelaskan bahwa kemampuan dari kognitif anak dapat berkembang secara bertahap pada rentang waktu yang berbeda-beda, termasuk perkembangan dalam mengamati ilmu pengetahuan.

Apabila seorang anak dipaksa untuk memiliki kemampuan yang tidak tepat dan tidak sesuai dengan waktu perkembangannya, maka akan menyebabkan gangguan pada periode emas anak.

Teori dari Jean Piaget ini disebut pula dengan teori genetic epistemology, karena teorinya menjelaskan mengenai perkembangan kemampuan intelektual anak dalam masa pertumbuhan. Ada empat tahapan dalam teori Piaget mengenai tahapan perkembangan kognitif, berikut penjelasannya.

a. Tahapan Sensorimotor (Terjadi pada anak usia 0 – 2 tahun)

Menurut Piaget, manusia lahir dengan beberapa refleks bawaan untuk mendorong eksplorasinya. Skema, mulanya dibentuk dengan melalui proses diferensiasi refleks bawaan. Tahapan sensorimotor merupakan tahap pertama yang menandai perkembangan kemampuan serta pemahaman spatial. Ada enam sub tahapan dari tahapan sensorimotor, berikut penjelasannya.

  1. Sub tahapan skema refleks, sub tahapan skema ini muncul ketika lahir hingga usia enam minggu serta memiliki hubungan utama dengan refleks.
  2. Sub tahapan fase reaksi sirkular primer, skema ini dimulai sejak usia enam minggu hingga empat bulan dan memiliki hubungan utama dengan munculnya kebiasaan.
  3. Sub tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul ketika manusia telah berada di antara usia empat hingga sembilan bulan dan memiliki hubungan utama dengan koordinasi antara pemaknaan serta penglihatan.
  4. Sub tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul sejak usia sembilan hingga 12 bulan ketika berkembangnya kemampuan untuk melihat suatu objek sebagai hal yang permanen meski terlihat berbeda apabila dilihat dari sudut yang berbeda, disebut sebagai permanensi objek.
  5. Sub tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul sejak usia 12 hingga 18 bulan serta memiliki hubungan utama dengan penemuan cara baru demi mencapai tujuan.
  6. Sub tahapan awal representasi simbolik, memiliki hubungan utama dengan tahapan awal dari kreativitas.

b. Tahapan Pra Operasional (Terjadi pada usia 2 -7 tahun)

Dalam tahapan kedua perkembangan kognitif, terjadi pada seorang anak dengan rentang usia antara dua hingga tujuh tahun. Piaget berpendapat bahwa dalam tahapan perkembangan kognitif yang kedua ini, muncul fungsi psikologis.

Anak yang masuk pada tahapan pra operasional akan memiliki kemampuan untuk berpikir secara simbolis yang lebih berkembang, memiliki kemampuan berpikir non logis, sifat intuitif, egosentris, animismer, kemampuan berbahas yang lebih matang, kemampuan imajinasi yang kuat serta memiliki kemampuan memori yang lebih kuat pula.

Ada dua ciri yang kuat ketika seorang anak berada dalam tahapan pra operasional, yaitu ciri animisme dan egosentris. Animisme maksudnya, anak memiliki kepercayaan bahwa benda tidak bernyawa itu hidup serta bisa bergerak. Sedangkan ciri egosentris maksudnya, anak tidak mampu membedakan perspektif dirinya dengan perspektif yang dimiliki orang lain.

c. Tahapan Operasional Konkrit (Terjadi pada usia 7 – 11 tahun)

Tahapan ketiga dalam perkembangan kognitif muncul pada rentang usia 7 hingga 11 tahun. Ada ciri pada tahapan ketiga ini, yaitu penggunaan logika yang memadai. Kemudian pada tahapan ketiga pula, ada beberapa sub tahapan penting lainnya. Berikut penjelasannya.

  1. Pengurutan, sub tahapan ini ialah kemampuan untuk mampu mengurutkan objek sesuai dengan bentuk, ukuran serta ciri lainnya.
  2. Klasifikasi, ialah kemampuan anak untuk memberikan nama serta mengidentifikasi serangkaian benda sesuai dengan ukuran, tampilan serta karakteristik lain. Termasuk dalam gagasan bahwa serangkaian benda dapat menyertakan benda lain dalam rangkaian identifikasi tersebut. Pada sub tahapan ini, anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika animisme.
  3. Decentering, pada sub tahapan ini, anak mulai mempertimbangkan aspek-aspek dari permasalahan hingga mampu memecahkannya.
  4. Reversibility, merupakan sub tahapan di mana anak akan mulai paham bahwa jumlah atau benda dapat diubah, lalu dikembalikan lagi pada keadaan awalnya.
  5. Konservasi, ialah sub tahapan di mana anak mulai memahami bahwa panjang, kuantitas serta jumlah benda tidak berhubungan dengan tampilan maupun pengaturan dari suatu objek atau benda tertentu.
  6. Penghilangan sifat egosentris, anak akan mampu melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain dan tidak lagi memiliki sifat egosentris.

d. Tahapan Operasional Formal (Terjadi pada usia 11 tahun hingga anak dewasa)

Tahapan terakhir perkembangan kognitif ialah tahapan operasional formal yang dialami oleh oleh anak usia 11 tahun hingga ia dewasa. Ciri khasa dari tahapan keempat ini ialah anak mampu berpikir secara abstrak serta mampu menalar lebih logis. Anak juga memiliki kemampuan untuk menrik kesimpulan dari informasi yang ia dapatkan.

Dalam tahapan yang terakhir ini, anak mampu memahami beragam hal seperti bukti logis, cinta serta nilai. Anak tidak akan melihat segala sesuatunya hanya dalam bentuk putih atau hitam, tetapi ada warna-warna lain dari informasi yang telah ia dapatkan.

Apabila dilihat dari faktor biologisnya, tahapan terakhir ini akan muncul ketika pubertas dan menandai masuknya seseorang ke dunia dewasa baik secara penalaran moral, kognitif, fisiologis, perkembangan psikoseksual serta perkembangan sosial.

Perkembangan Kognitif

2. Teori Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky

Vygotsky ialah seorang ahli psikologi dalam perkembangan kognitif anak asal Rusia. Teori Lev Vygotsky mengenai perkembangan kognitif pun telah menjadi pegangan teori perkembangan kognitif hingga sekarang.

Dalam teorinya, Lev Vygotsky menekankan pentingnya peranan dari interaksi sosial dalam berbagai tahapan perkembangan kognitif pada anak. Meskipun begitu, anak juga memiliki kemampuan untuk menyusun beragam pengetahuan maupun informasi yang ia dapatkan secara mandiri serta aktif.

Ketika seseorang ingin lebih memahami jalan pikiran atau kondisi kognitif anak, Vygotsky lebih memilih untuk melakukan penelusuran mengenai cara interaksi sosial yang dialami oleh anak. Tindakan penelusuran tersebut menurut Vygotsky didasarkan pada keyakinan bahwa perkembangan fungsi mental anak diperoleh melalui interkasi sosial dan bukan berasal dari individu itu sendiri.

Ada tiga konsep yang dikemukakan oleh Vygotsky dalam teori perkembangan kognitif. Berikut penjelasannya.

a. Konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD)

ZPD adalah serangkaian tugas yang sulit untuk dikerjana sendiri oleh anak. Namun, rangkaian tugas tersebut dapat dikerjakan dengan bantuan dari orang dewasa atau anak lain yang mampu.

Pada umumnya ZPD berupa suatu aktivitas mengajar di mana ada pengajar baik orang dewasa maupun anak kecil yang lebih mampu serta ada peserta didik yaitu anak yang tidak mampu mengerjakan serangkaian tugas tersebut.

Melalui konsep ZPD ini, Vygotsky ingin menunjukan betapa pentingnya interaksi sosial. Terutama interaksi sosial berupa korelari antara pengajaran atau intruksi terhadapa psikologi dari perkembangan kognitif anak. ZPD juga merupakan konsep yang menampilkan sejauh mana kemampuan anak untuk belajar secara mandiri maupun peningkatan keilmuan melalui belajar bersama orang lain.

b. Konsep Scafolding

Konsep kedua dari teori perkembangan kognitif yang dicetuskan oleh Vyrgotsky ialah mengenai perubahan lecel dukungan terhadap anak selama proses belajar ZPD. Pengajar dalam konsep ZPD perlu menyesuaikan sejumlah hal berkaitan dengan bimbingan dari performa peserta didiknya ketika belajar.

Agar mampu mengetahui sejauh mana tahap dari perkembangan kognitif anak, maka pengajar perlu melakukan dialog. Hasil dari dialog antara pengajar dan peserta didiklah yang menjadi alat pertimbangan untuk menyesuaikan proses bimbingan.

c. Bahasa dan Pemikiran

Konsep ketiga dari teori perkembangan kognitif menurut Lev Vygotsky ialah bahasa dan pemikiran. Maksudnya, fungsi bahasa bukan hanya sebagai alat komunikasi sosial. Bahasa dalam perkembangan kognitif juga memiliki fungsi sebagai alat untuk memantau, merencanakan maupun mengontrol aktivitas dari anak.

Bagi ilmu psikologi, peran bahasa dalam perkembangan kognitif terbagi menjadi dua. Pertama adalah peram private speech yaitu, tindakan dari anak ketika berbicara keras dengan dirinya sendiri. Umumnya, private speech terjadi pada anak usia 3 tahun hingga 5 tahun. Setelah menyampai usia lima tahun, umumnya fase private speech pada anak akan menghilang.

Sementara peran kedua dari bahasa ialah inner speech, yaitu ketika anak memakai kemampuan nya da;am berbicara pada dirinya sendiri, yang digunakan sebagai alat kontrol dari perilakunya. Berbeda dengan fase private speech, fase inner speech akan terus terbawa oleh anak hingga dewasa.

Fungsi Kognitif

Kecerdasan kognitif juga ada fungsinya lho sobat Grameds. Fungsi kecerdasan kognitif yang mampu menjadikan seseorang mudah dalam bergaul. Apa saja sih fungsi-fungsinya seseorang itu dapat dikatakan memiliki kecerdasan kognitif? Hayukk atuh langsung saja bahas!

1. Merasakan dan Mengenali

Pertama dengan adanya kecerdasan kognitif tentunya seseorang dapat melakukan identifikasi terhadap obyek baik di dalam maupun di luar dirinya. Satu contoh misalnya dapat membedakan antara yang manis dan pahit, putih dan hitam, besar dan kecil, jeruk dan melon masih banyak lagi lainnya.

Secara lebih mendalam ke dalam diri, kecerdasan kognitif bekerja secara efektif mengenali perasaan seseorang. Tentu kecerdasan kognitif yang mengenali diri seperti ini tidak didapatkan secara serta Merta seperti contoh di atas. Karena butuh pemahaman lebih terhadap suatu hal yang terjadi. Mengolah menilai, dan membagikannya kepada orang lain.

2. Kemampuan Mengolah Bahasa

Ketika merasakan dan Mengenali sudah dilakukan tahap selanjutnya adalah bagaimana mengolah bahasa. Nah kecerdasan kognitif ini memberikan kemampuan secara otomatis terhadap apa yang dibicarakan. Tentu saja menyesuaikan konteks pembicaraan dan orang yang diajak berbicara.

Kemampuan mengolah bahasa yang didapatkan dari pengenalan lebih jauh dapat menghindarkan dari keburukan. Berupa ucapan baik dan tidak merugikan orang lain (dalam arti menyinggung). Inilah fungsi secara sosial menghormati dan menghargai orang lain.

3. Fungsi Eksekutif

Selanjutnya kecerdasan kognitif dapat membantu seseorang merencanakan sesuatu dan melaksanakannya. Kecerdasan kognitif berfungsi merancang ide dan gagasan yang akan dilakukan.

Kemampuan merancang, merencanakan dan melakukan perencanaan biasanya dilakukan oleh guru. Guru merancang ide-ide dan gagasan ilmu pengetahuan yang akan ditransfer kepada muridnya. Kerja kecerdasan kognitif berfungsi secara eksekutor handal dalam perencanaan dan pelaksanaan.

4. Memori dan Daya Ingat

Adanya kecerdasan kognitif dalam proses belajar mengajar berfungsi untuk mengikat ilmu pengetahuan. Kecerdasan kognitif yang baik akan membuat daya ingat atau memori menjadi lebih mudah memahami ilmu pengetahuan.

Selanjutnya ilmu pengetahuan itu disimpan dalam otak agar sewaktu-waktu dibutuhkan dapat digunakan secara baik. Sebab suatu informasi atau ilmu pengetahuan dapat digunakan secara bermanfaat oleh yang mempunyai.

5. Perhatian

Ketika otak seseorang sudah terisi memori atau daya ingat akan membuat seseorang perhatian pada suatu ilmu pengetahuan. Perhatian kecil terhadap suatu bidang ilmu merupakan kerja kecerdasan kognitif. Memori informasi atau ilmu pengetahuan dapat mengarahkan seseorang pada hal-hal tertentu.

Misalnya saja para lulusan sarjana baik S1, S2 ataupun S3 yang secara otomatis memiliki sensitivitas terhadap bidang ilmu yang dipelajarinya. Mereka akan sensitif terhadap hal-hal di bidang ilmu pengetahuan yang sesuai dengan minat dan perhatiannya.

Kognitif

 

Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif merupakan suatu istilah yang menyatakan bahwa melalui tingkah lakulah seorang individu akan mengalami proses mental yang nantinya bisa meningkatkan kemampuan menilai, membandingkan, atau menanggapi stimulus sebelum terjadinya reaksi.

Pendekatan ini memberikan penekanan terhadap isi pikiran manusia agar manusia tersebut mendapatkan pengalaman, pemahaman, standar moral, dan sebagainya. Semakin seseorang bertambah usia maka akan lebih banyak lagi pengalaman dan pemahaman akan kehidupan.

Sobat Grameds pendekatan Kognitif intinya melihat perkembangan tingkah laku seseorang. Semakin cerdas dalam menilai, menganalisis dan juga menyimpulkan maka kemampuannya makin berkembang. Bagaimana kalau perkembangan kognitif yang dilalui seseorang? Tenang akan dibahas setelah ini sobat Grameds.

Tahap Perkembangan Kognitif

Seseorang siapa saja baik sobat Grameds, pasti mengalami perkembangan kognitif. Dari anak-anak, remaja hingga menuju dewasa. Tentu saja setiap individu berbeda-beda tahap perkembangannya.

Namun yang perlu digaris bawahi menurut teori Piaget mengelompokkannya ke dalam 4 tahap perkembangan kognitif. Apa saja 4 tahapan tersebut, akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Sensorimotor (18-24 bulan)

Pada tahap ini, bayi mulai mampu mengembangkan akalnya untuk memahami dunia luar melalui indra sensorik dan kegiatan motoriknya. Adapun ciri-ciri yang bisa kita lihat tingkah lakunya:

  • Melihat dirinya sendiri sebagai mahkluk yang berbeda dengan obyek di sekitarnya.
  • Mencari rangsangan melalui sinar lampu dan suara.
  • Suka memperhatikan sesuatu lebih lama.
  • Mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya
  • Memperhatikan obyek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.

2. Tahap Pra-operasional (2-7 tahun)

Pada tahap ini, anak belum bisa mengoptimalkan kemampuan kognitif tersebut. Artinya, anak belum bisa melogika sesuatu. Adapun ciri-ciri yang bisa dilihat dari tingkah lakunya:

  • Selfcounter-nya sangat menonjol.
  • Dapat mengklasifikasikan obyek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.
  • Tidak mampu memusatkan perhatian pada obyek-obyek yang berbeda.
  • Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria, termasuk kriteria yang benar.
  • Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tetapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.

3. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada tahap ini, anak mulai bisa berpikir secara rasional dan terorganisir. Artinya, anak sudah mulai berpikir secara logis saat mengalami atau melihat sesuatu di sekitarnya. Adapun ciri-ciri yang bisa dilihat dari tingkah lakunya:

  • Anak sudah mulai menggunakan aturan-aturan yang jelas dan logis.
  • Memiliki kecakapan berpikir logis,
  • Anak sudah tidak memusatkan diri pada karakteristik perseptual pasif
  • Anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan”
  • Dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah

4. Tahap Operasional Formal (12 tahun ke atas)

Tahap keempat ini menandakan seorang anak sudah bisa berpikir secara lebih luas, menalar dan menganalisis sesuatu, memanipulasi ide di pikirannya, dan tidak tergantung dengan manipulasi konkret.

  • Bekerja secara efektif dan sistematis.
  • Menganalisis secara kombinasi. Dengan demikian telah di berikan dua kemungkinan penyebabnya, misalnya C1 dan C2 menghasilkan R, anak dapat merumuskan beberapa kemungkinan.
  • Berpikir secara proporsional, yakni menentukan macam-macam proporsional tentang C1, C2, dan R misalnya.
  • Menarik generalisasi secara mendasar pada satu macam isi
  • Level kecerdasan Kognitif

Kognitif

Tiga Level Perkembangan Kognitif

Pembahasan selanjutnya adalah bagaimana level kognitif yang dilalui oleh seseorang. Dari mulai bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa. Mengetahui level Kecerdasan Kognitif sangat penting untuk menyesuaikan ilmu dan pengetahuan sesuai dengan kemampuan kognitif seseorang.

Misalnya saja ketika level Sensorimotor tidak mungkin diperlakukan setara dengan level operasional konkret. Pengetahuan tentang beberapa level yang dialami individu membantu kegiatan proses pembelajaran menjadi efektif.

Kegiatan pembelajaran di sekolah dasar juga harus mempertimbangkan lagi level kognitif anak didiknya. Guru di sekolah ketika membuat soal pun harus sesuai dengan level perkembangan kognitif.

Secara garis besar perkembangan kecerdasan kognitif dibagi menjadi tiga level, yaitu sebagai berikut;

1. Level Mengingat dan Memahami

Level ini menunjukkan tingkat kemampuan yang paling rendah karena hanya menuntut pengetahuan dan pemahaman peserta didik. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 1 ini mencakup soal C1 (mengingat) dan C2 (memahami).

2. Level Mengaplikasikan

Pada level ini, tingkat kemampuannya tentu lebih tinggi daripada level 1 karena menuntut peserta didik untuk mampu menerapkan. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 2 mencakup soal C3 (mengaplikasikan).

3. Level Menganalisis, Mengevaluasi dan Mencipta

Tingkat kemampuan soal pada level 3 ini paling tinggi di antara dua level sebelumnya karena menuntut peserta didik untuk bisa menganalisis, menyintesis, dan mengevaluasi. Jika mengacu pada taksonomi Bloom, soal level 3 ini mencakup soal C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), dan C6 (mencipta).

Kognitif

Ranah dan Aspek Kognitif

Masih ada lagi sobat Grameds Pembahasan tentang kognitif. Kali terakhir ini akan membahas mengenai ranah dan Aspek perkembangan Kognitif. Pembelajaran perkembangan kognitif menentukan kecerdasan seseorang.

Pada pembahasan sebelumnya sudah dibahas tentang taksonomi bloom. Nah, sekarang menurut Benjamin Bloom, soal-soal di ranah kognitif memiliki enam aspek sebagai berikut.

1. Pengetahuan (C1)

Aspek pertama pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah pengetahuan awal. Artinya seseorang hanya mengetahui suatu hal saja seperti yang terjadi pada bayi dan anak balita.

2. Pemahaman (C2)

Aspek kedua pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah pemahaman. Artinya seseorang tidak hanya tahu sesuatu namun juga memahami tentang sesuatu. Ini terjadi pada anak-anak usia 7-11 tahun.

3. Aplikasi (C3)

Aspek ketiga pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah pengaplikasian. Artinya seseorang sudah mengetahui, memahami dan mengaplikasikan pengetahuan tersebut. Terjadi pada usia 12 – keatas.

4. Analisis (C4)

Aspek keempat pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah mulai menganalisis. Artinya menganalisis apa yang sudah diketahui, dipahami dan dilakukan (pengaplikasian)

5. Evaluasi (C5)

Aspek kelima pada perkembangan kecerdasan kognitif adalah evaluasi. Artinya setelah mengenalisis semuanya (yang diketahui, dipahami dan diaplikasikan) terjadilah proses evaluasi.

6. Mencipta (C6)

Aspek terakhir dalam perkembangan kecerdasan kognitif adalah mencipta. Kecerdasan kognitif sampai pada penciptaan ini adalah puncak dari perkembangan kecerdasan kognitif manusia.

Jadi begitulah Sobat Grameds pembahasan tentang kognitif. Perkembangan kecerdasan kognitif ditentukan oleh tingkah laku dan tahapan pemahaman.

Contoh Perkembangan Kognitif

Agar Grameds lebih memahami materi mengenai perkembangan kognitif, berikut contoh-contoh perkembangan kognitif.

  1. Aspek Auditory, aspek auditory dalam perkembangan kognitif berkaitan dengan bunyi atau suara. Contohnya adalah mendengar nyanyi, bunyi, alat musik.
  2. Aspek Visual, aspek ini terkait visual, contohnya perhatian, penglihatan dan pengamatan seperti menyusun puzzle.
  3. Aspek Taktil, berkaitan dengan indra peraba untuk mengenali tekstur. Contohnya aktivitas untuk membedakan tekstur tebal tipis, panas dingin.
  4. Aspek Kinestetik, berkaitan dengan kemampuan anak dalam kelancaran gerak motorik halus. Contohnya melukis, berjalan, melompat, menggunting.
  5. Aspek Artimatika, berkaitan dengan kemampuan berhitung serta kemampuan dasar matematika anak. Contohnya adalah aktivitas menghitung benda, mengumpulkan benda sesuai jumlah dari angka, menjalakan prosedur-prosedur dasar seperti tambah, kurang, bagi, kali.
  6. Aspek Geometri, berkaitan dengan konsep bentuk objek maupun ukuran. Contohnya seperti aktivitas untuk mengukur benda atau aktivitas memilih-milih benda sesuai dengan warna, ukuran maupun bentuk seperti membandingkan dua benda berdasarkan ukuran dan bentuk.
  7. Aspek Sains Permulaan, berkaitan dengan eksplorasi, demontrasi, percobaan maupun pendekatan sains maupun logika. Contohnya seperti aktivitas ketika menjalankan percobaan fisika yang sederhana, eksplorasi dari berbagai benda yang ada di lingkungan serta diskusi mengenai objek maupun fenomena tertentu.

Itulah penjelasan mengenai perkembangan kognitif beserta dengan pengertian, teori-teori ahli serta tahapan dari setiap perkembangan kognitif anak menurut ahli.

Perkembangan Kognitif

Grameds dapat mempelajari lebih dalam mengenai perkembangan kognitif dengan membaca buku yang tersedia di Gramedia. Karena sebagai #SahabatTanpaBatas, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas untuk Grameds. Tunggu apa lagi? Segera beli dan baca bukunya sekarang juga!

BACA JUGA:

  1. Teori Belajar Kognitif dan Tokoh yang Mengembangkannya 
  2. 4 Teori Belajar (Behavioristik, Kognitif, Konstuktivisme, & Humanistik) 
  3. Teori Perkembangan Manusia & Teori Perkembangan Anak 
  4. Pengertian Mind Mapping: Manfaat, Jenis, Teori, dan Langkah Membuatnya 
  5. Teori Pembelajaran Skinner 

About the author

Gilang P

Saya menulis sekian banyak tulisan untuk menuangkan apa yang ada di pikiran–tentunya setelah diolah dan diracik sedemikian rupa agar menjadi menarik. Saya pikir, setiap orang bisa menulis tentang apa saja, selama mau belajar memahami.