Kapak perimbas – Jika Grameds pernah mendapat pelajaran sejarah Indonesia, pasti kamu tidak asing lagi dengan sejarah peradaban manusia. Zaman dulu, manusia purba mencari makanan dengan cara berburu. Nah, salah satu alat yang mereka gunakan di zaman batu tua (Paleolitikum) adalah kapak perimbas.
Meskipun terlihat sederhana, alat ini ternyata berperan vital dalam kehidupan sehari-hari manusia purba. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai kapak perimbas, mulai dari pengertian, fungsi, ciri-ciri, hingga tempat-tempat di mana alat ini ditemukan!
Daftar Isi
Pengertian Kapak Perimbas
Kapak perimbas adalah salah satu jenis alat batu yang digunakan manusia purba pada masa Paleolitikum atau zaman batu tua. Istilah “perimbas” muncul karena kapak ini digunakan dengan cara diayunkan atau dipukulkan untuk merimbas (memotong atau membelah) benda–seperti kayu, daging, atau tulang.
Biasanya, kapak perimbas dibuat dari batu yang dibelah kasar di satu atau dua sisinya hingga memunculkan bagian yang tajam. Meski tampak sederhana dibanding alat modern, kapak ini merupakan bentuk adaptasi dan inovasi awal manusia dalam menciptakan alat bantu dari lingkungan sekitar.
Lebih menariknya lagi, kapak ini termasuk dalam kategori kapak genggam (hand axe)–artinya penggunaannya langsung digenggam tanpa menggunakan tangkai seperti kapak masa kini.
Fungsi Kapak Perimbas
Grameds, jangan remehkan alat sederhana ini—kapak perimbas adalah alat serbaguna yang punya peran vital dalam kehidupan sehari-hari manusia purba. Nah, berikut ini adalah beberapa fungsinya:
Alat Pemotong dan Pembelah
Seperti yang disebut sebelumnya, kapak perimbas digunakan untuk memotong dahan, cabang pohon, dan membelah kayu. Nah, bahan-bahan ini akan mereka gunakan untuk membuat tempat berlindung maupun alat lain.
Mengolah Hewan Buruan
Alat ini sangat berguna untuk menguliti, memotong daging, serta memecah tulang hewan hasil buruan. Dengan begitu, mereka dapat memanfaatkan semua produk hewani seoptimal mungkin.
Membuat dan Memperbaiki Alat Lain
Menariknya, kapak perimbas dapat digunakan untuk membentuk alat-alat dari batu atau tulang lainnya. Ini menjadikannya alat bantu untuk memproduksi alat-alat baru.
Perlindungan Diri
Dalam situasi tertentu, kapak ini dapat digunakan sebagai senjata untuk mempertahankan diri dari ancaman hewan buas atau kelompok lain.
Lokasi Penemuan Kapak Perimbas
Penemuan kapak perimbas tidak hanya menunjukkan keberadaan manusia purba, tapi juga menggambarkan kita bagaimana mereka hidup dan berkembang. Di Indonesia, ada beberapa situs penting yang menjadi tempat penemuan kapak perimbas. Yuk, simak lokasinya di bawah ini!
1. Sangiran (Jawa Tengah)
Sebagai salah satu situs arkeologi terkenal, Sangiran menyimpan berbagai artefak zaman Paleolitikum–salah satunya termasuk kapak perimbas dan fosil manusia purba Homo erectus.
2. Pacitan (Jawa Timur)
Kapak perimbas yang ditemukan di sini menjadi dasar istilah “Pacitanian”. Istilah ini dimunculkan karena kapak ini begitu khas dan jumlahnya banyak. Daerah Pacitan dianggap sebagai pusat budaya batu awal di Nusantara.
3. Trinil dan Ngandong (Jawa Timur)
Selain fosil manusia purba, di kedua tempat ini ditemukan juga berbagai jenis alat batu kasar–termasuk kapak perimbas dan serpih tajam.
Menariknya, penemuan kapak perimbas tidak hanya terbatas di Indonesia, lho. Di negara seperti India, Tiongkok, Vietnam dan Thailand, ditemukan juga artefak yang mirip kapak perimbas.
Berdasarkan penemuan ini, terbukti bahwa kapak perimbas merupakan alat penting dalam kehidupan manusia purba di berbagai belahan dunia, khususnya Asia.
Ciri-ciri Kapak Perimbas
Bagaimana cara kita membedakan kapak perimbas dengan jenis lainnya? Ada beberapa ciri khas yang mereka miliki, yaitu sebagai berikut:
1. Berbahan Dasar Batu Keras
Biasanya, kapak perimbas dibuat dari batu sungai atau batu kali yang kuat dan tahan lama. Pemilihan bahan ini penting karena memastikan kapak berfungsi secara optimal untuk kegiatan berat seperti memotong kayu, membelah tulang, atau mengolah makanan.
2. Bentuk Asimetris
Berbeda dengan kapak modern yang simetris dan seimbang, kapak perimbas umumnya hanya diserpih tajam pada salah satu sisi. Sisi lain sengaja dibiarkan tumpul atau kasar sehingga dapat dijadikan tempat menggenggam.
Bentuknya yang asimetris ini mencerminkan keterbatasan teknologi manusia purba. Meskipun begitu, kapak tersebut tetap fungsional untuk kebutuhan sehari-harinya.
3. Ukuran Relatif Kecil
Umumnya, kapak perimbas berukuran kecil sampai sedang untuk memudahkan manusia purba dalam menggenggam dan menggunakannya. Selain itu, kapak ini juga dirancang agar praktis dan portabel sehingga mudah dibawa saat berburu atau berpindah tempat tinggal.
4. Permukaan Kasar
Karena belum melalui proses pemolesan seperti alat-alat dari zaman Neolitikum, permukaan kapak perimbasnya cenderung kasar dan tidak rata. Ini menandakan bahwa kapak perimbas dibuat dengan teknik sederhana seperti pemukulan dan penyerpihan langsung.
5. Tanpa Tangkai (Hand Axe)
Terakhir, kapak perimbas tidak memiliki pegangan kayu seperti kapak modern. Penggunaannya langsung dengan tangan menunjukan alat ini termasuk jenis kapak genggam yang menjadi penemuan paling awal dari teknologi alat batu manusia purba.
Rekomendasi Buku Terkait Peradaban Kuno
Selain membahas alat-alat yang digunakan manusia di zaman itu, ada baiknya jika kamu pelajari juga sejarah manusia dan peradaban kuno secara umum. Untungnya, ada beberapa buku Gramedia yang memuat topik serupa.
Yuk, simak masing-masing sinopsis singkatnya!
1. Homo Deus – Yuval Noah Harari
“ Homo Deus” is a book written by Yuval Noah Harari about future. Human today is facing an unprecedented revolution in which all old stories collapse and no new stories emerge to replace them. As the question posed by Harari, “How can we prepare ourselves and our children for a world that is constantly transformed and offers radical uncertainty?” For example, for babies born today, then they will be thirty years old by 2050. If the world is fine, the baby will live around the year 2100, and may even become an active citizen in the 22nd century. The problem is what we need to teach the baby so he can survive in 2050 or 2100? And what skills need to be prepared so that they get jobs and understand the situation around them?
The pessimistic view of Harari is understandable because as expressed by observers, the combined impact of globalization, information technology, and biotechnology, including Artificial Intelligent (AI) has led to phenomenal changes in the post modern society, which have challenged every aspect of our modern lifestyle. Modern society recognizes that investment in education will have a long-term positive impact, contribute to the common good, increase national prosperity and support stable family, environmental and community conditions.
To face challenges and survive, young people must equip themselves with a variety of information, knowledge, and adequate skills. In this regard, Harari’s claims are worthy of discussion. The future of humans, according to Harari, is capable of making humans from homo sapiens to homo deus capable of engineering many things. In fact, humans will be able to live up to 500 years.
2. SAPIENS GRAFIS: Kelahiran Umat Manusia – Yuval Noah Harari
Adaptasi grafis salah satu buku sejarah populer paling berpengaruh di dunia, Sapiens. Bagaimana cara Homo sapiens berkembang menjadi penguasa planet Bumi, mampu melakukan berbagai hal luar biasa seperti membelah atom, terbang ke Bulan, dan merekayasa genetika kehidupan?
Untuk mengetahuinya, kita harus melihat gambaran besar: keseluruhan sejarah spesies manusia. Ahli sejarah Yuval Noah Harari bercerita mengenai kelahiran dan evolusi umat manusia, menjelajahi bagaimana biologi dan sejarah membentuk kita dan mempertinggi pemahaman kita mengenai apa artinya menjadi “manusia”. Adaptasi grafis ini menyajikan kembali dan memperluas isi edisi asli Sapiens, dalam format komik yang menarik, kocak, dan enak disimak.
Melalui buku ini pembaca akan diajak melihat awal zaman sejak prasejarah hingga masa yang akan datang. Buku ini mengupas tuntas segala bentuk evolusi manusia mulai dari zaman batu hingga memasuki abad ke 21. Peristiwa bersejarah apa saja yang telah terjadi? Dan, mengapa bisa terjadi perang dimana-mana? Semua jawaban atas pertanyaan tersebut akan di bahasa dan kupas tuntas pada buku ini.
3. Sapiens Grafis vol. 2: Pilar-pilar Peradaban – Yuval Noah Harari
Sapiens Grafis Volume 1 membahas kemunculan Homo sapiens di Bumi dan bagaimana Sapiens berubah dari spesies biasa saja menjadi makhluk hidup dominan di dunia. Volume 2 ini membicarakan bagaimana cara pertanian, sebagai upaya Homo sapiens menopang populasinya yang semakin membesar, malah memunculkan imperium, hak milik, kesenjangan, serta berbagai penderitaan akibat perang dan penyakit. Juga peran tulisan, angka, dan fiksi dalam mendukung peradaban yang makin lama makin besar dan rumit.
Ahli sejarah Yuval Noah Harari bercerita mengenai kelahiran dan evolusi umat manusia, menjelajahi bagaimana biologi dan sejarah membentuk kita serta mempertinggi pemahaman kita mengenai apa artinya menjadi “manusia”. Adaptasi grafis ini menyajikan kembali dan memperluas isi edisi asli Sapiens, dalam format komik yang menarik, kocak, dan enak disimak.
4. Sapiens – Yuval Noah Harari
Yuval Harari menceritakan kisah penciptaan dan evolusi umat manusia, menjelajahi cara-cara biologi dan sejarah telah mendefinisikan kita dan meningkatkan pemahaman kita tentang apa artinya menjadi “manusia.” Dari peran seorang manusia yang berevolusi dalam ekosistem global, hingga memetakan kebangkitan kerajaan.
Sapiens menantang kita untuk mempertimbangkan kembali kepercayaan yang diterima, menghubungkan perkembangan masa lalu dengan masalah kontemporer, dan melihat peristiwa tertentu dalam konteks gagasan yang lebih besar.
Sapiens membahas sisi yang tak banyak diungkit buku sejarah atau evolusi manusia lain: bagaimana manusia berangkat dari sekadar satu spesies hewan menjadi makhluk berperadaban, melalui tiga revolusi—Kognitif, Pertanian, dan Sains. Telusuri peran bahasa, pertanian, sampai gosip dan fiksi dalam kesuksesan manusia, juga arti kebahagiaan manusia dan ujung riwayat spesies kita.
Kenapa Kapak Perimbas Penting untuk Kita Pelajari?
Mungkin kamu bertanya-tanya: kenapa sih alat sederhana seperti kapak perimbas perlu dipelajari di zaman modern seperti sekarang?
Jawabannya, karena kapak perimbas bukan cuma alat biasa. Ia menjadi simbol evolusi kecerdasan manusia, bukti bahwa bahkan ribuan tahun lalu mereka sudah punya kemampuan berpikir, berinovasi, dan menciptakan solusi untuk bertahan hidup.
Belajar tentang kapak perimbas bukan cuma soal sejarah, tapi juga tentang bagaimana manusia pertama kali membangun fondasi peradaban. Jadi, kita perlu menghargai dan memahami artefak ini sebagai salah satu penghargaan terhadap perjalanan panjang manusia sebagai makhluk cerdas.
Mari terus gali pengetahuan tentang kehidupan manusia purba dan sejarah awal peradaban dengan membaca buku-buku terbaik tentang peradaban manusia kuno yang tersedia di Gramedia.com! Memahami masa lalu bukan hanya soal mengenang, tapi juga belajar dari proses panjang evolusi budaya dan teknologi manusia.
Tunggu apalagi? Yuk, temukan buku-buku seputar sejarah manusia purba, arkeologi, dan peradaban awal hanya di Gramedia.com, dan jadilah bagian dari generasi yang menghargai akar sejarahnya untuk melangkah lebih jauh ke masa depan!
- 6 Negara yang Pernah Menjajah Indonesia
- Dewi Sartika
- Fatmawati
- Contoh Historiografi Kolonial
- Kelebihan dan Kekurangan Orde Lama
- Kelebihan Masa Orde Lama
- Kolonialisme dan Imperialisme: Dampaknya yang Masih Terasa Hingga Kini
- Kongres Pemuda Pertama
- Mengenal Kapak Perimbas
- Pahlawan dari Sumatera Barat
- Pahlawan dari Sumatera Utara
- Peninggalan Hindu Budha
- Penyimpangan pada Masa Orde Lama
- Perbedaan BPUPKI dan PPKI
- Perbedaan Kolonialisme dan Imperialisme
- Sejarah Pendudukan Jepang di Hindia Belanda 1942–1945