Sejarah

Kehidupan Politik Kerajaan Demak dan Perannya dalam Penyebaran Islam di Jawa  

Written by Shaza Zahra

kehidupan politik kerajaan demak – Kerajaan Demak adalah salah satu kerajaan Islam pertama di Jawa yang berperan penting dalam perpolitikan Nusantara. Sejak abad ke-15, Demak tidak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan– tetapi juga menjadi kekuatan utama dalam penyebaran Islam di pulau Jawa.

Sebagai kerajaan yang lahir di tengah transisi dari Hindu-Buddha ke Islam, Kerajaan Demak menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan politiknya—mulai dari perebutan kekuasaan, ekspansi wilayah, hingga konflik dengan kekuatan lain seperti Portugis dan sisa-sisa Majapahit.

Namun, di balik konflik politik ini, Demak tetap meninggalkan jejak yang mendalam dalam perkembangan Islam di Nusantara. Sebelum memasuki sejarah kehidupan politik mereka, mari kita simak dahulu latar belakang berdirinya Kerajaan Demak!

Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Demak

Kerajaan Demak lahir dalam situasi politik yang penuh gejolak. Saat itu, Majapahit yang dulu menjadi kerajaan dominan di Jawa mengalami kemunduran. Di tengah kekacauan tersebut, muncul kekuatan baru dari Kesultanan Demak yang berbasis Islam. Selain menggantikan kekuasaan Majapahit, Kesultanan Demak juga menjadi pemimpin baru dalam dunia politik Jawa.

Kerajaan Demak berdiri dengan fondasi keagamaan dan perdagangan. Letak kerajaan yang strategis–tepatnya di pesisir utama Jawa–menjadikannya sebagai pelabuhan dagang yang terpenting. Tempat ini juga menjadi lokasi pertemuan antar budaya dan agama, termasuk agama Islam.

1. Peralihan dari Majapahit ke Demak

Sejak keruntuhan Kerajaan Majapahit pada akhir abad ke-15, terdapat kekosongan kekuasaan sementara di ranah politik. Ini menjadi momen yang tepat bagi para ulama untuk memperluas ajaran agama Islam di pulau Jawa.

Dari sini, seorang bangsawan Majapahit bernama Raden Patah memanfaatkan momen ini untuk mendirikan Kerajaan Demak. Aksinya ini mendapat dukungan besar dari para wali serta pedagang Muslim dari wilayah pesisir.

Dengan bermodalkan kekuatan spiritual dan ekonomi, Raden Patah berhasil mengkonsolidasikan wilayah dan mendeklarasikan berdirinya Kerajaan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa.

2. Pengaruh Islam dalam Pemerintahan

Sistem pemerintahan Kerajaan Demak tentu memiliki pondasi berupa nilai-nilai Islam yang kuat. Ini membuat mereka menerapkan kebijakan-kebijakan yang berbasis syariat, terutama dalam aspek hukum, moral, dan etika kepemimpinan.

Selain itu, terdapat para ulama–termasuk Wali Songo–yang turut mengawal roda pemerintahan Demak. Mereka berperan sebagai penyebar Islam di tanah Jawa sekaligus penasihat spiritual dan politik. Berkat mereka, sistem pengadilan kerajaan mulai mengadopsi ilmu fiqih sebagai hal yang perlu diprioritaskan bersama kearifan lokal.

Penerapan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat dilakukan dengan cara membangun beberapa masjid, pesantren, dan pusat pendidikan Islam. Hal ini menjadi strategi yang dilakukan Kerajaan Demak di bidang politik sekaligus keagamaan.

Tokoh-tokoh Penting dalam Politik Kerajaan Demak

Ketika membicarakan tentang sejarah Kesultanan Demak, kita tidak dapat menghindari beberapa tokoh-tokoh besar berikut ini. Mulai dari ulama hingga para sultan, semuanya turut berpartisipasi dalam membentuk sejarah Kerajaan Demak.

1. Peran Wali Songo dalam Politik

Wali Songo adalah sembilan tokoh ulama besar yang menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Selain itu, mereka juga memberikan pengaruh politik yang kuat–terutama Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, dan Sunan Giri.

Tak hanya berperan sebagai penasehat spiritual sultan, mereka juga membantu menentukan arah kebijakan kerajaan. Misalnya, Sunan Kalijaga membantu mengembangkan pendekatan dakwah kultural sehingga nilai-nilai Islam mudah diterima masyarakat Jawa. Pendekatan inilah yang turut memperkuat kehidupan politik Kerajaan Demak.

2. Raden Patah: Pendiri dan Strategi Politiknya

Raden Patah merupakan orang dengan peran yang paling krusial dalam sejarah berdirinya Kerajaan Demak. Ia dikenal sebagai pemimpin visioner yang mampu melihat peluang di tengah kemunduran Majapahit.

Strategi politik Raden Patah juga sangat cermat. Ia tidak langsung menyerang sisa kekuasaan Majapahit, tetapi memperkuat legitimasi kekuasaannya terlebih dahulu melalui jalur keagamaan dan diplomasi.

3. Sultan Trenggana dan Ekspansi Wilayah

Selanjutnya adalah Sultan Trenggana, seorang ulama yang membawa Kerajaan Demak mencapai masa kejayaan. Selain gaya kepemimpinannya yang bijaksana, ia juga memperluas wilayah kekuasaan secara progresif.

Di zaman kekuasaannya, Kerajaan Demak berhasil menaklukkan wilayah-wilayah strategis di Jawa Tengah dan Timur–termasuk sisa-sisa kekuasaan Majapahit yang masih bertahan di wilayah pedalaman. Tak hanya itu, Ia juga pernah memimpin ekspedisi militer ke wilayah Pasuruan dan Panarukan.

Sultan Trenggana juga memperkuat dakwah Islam dengan mengirimkan beberapa ulama ke wilayah yang ditaklukkan. Dapat kita simpulkan bahwa ia menggunakan kekuasaan politiknya sebagai pendukung penyebaran agama Islam.

Konflik Internal dan Perebutan Kekuasaan

Sayangnya, terdapat konflik internal yang menyebabkan perpecahan dan melemahnya stabilitas politik Kesultanan Demak. Salah satu faktor utamanya adalah perebutan tahta di kalangan keluarga.

Kudeta dan Pertarungan Antar Penerus Kerajaan

Salah satu konflik utama adalah pertarungan kekuasaan antara keturunan Sultan Trenggana dan tokoh lainnya seperti Arya Penangsang. Salah satu peristiwa yang cukup besar adalah tewasnya Pangeran Hadiri yang dibunuh oleh pasukan Arya Penangsang.

Konflik ini membuat stabilitas kerajaan terguncang. Di tengah kekacauan, hadirlah tokoh bernama Jaka Tingkir (Hadiwijaya) yang menjadi kekuatan baru dan mengambil alih pusat kekuasaan.

Lahirnya Pajang: Awal dari Akhir Demak

Dengan dukungan militer dan legitimasi dari para ulama, Jaka Tingkir berhasil mengalahkan Arya Penangsang dan mendirikan Kesultanan Pajang. Walaupun kehidupan politik Kerajaan Demak berakhir, pengaruh spiritual dan kulturalnya tetap bertahan di era ini.

Hubungan Diplomatik dengan Kerajaan Lain

Sebagai kerajaan besar, Demak tidak hanya berurusan dengan politik internal saja. Mereka juga menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan lain–baik sebagai sekutu maupun lawan.

Aliansi dengan Kerajaan Islam Lainnya

Demak bekerja sama dengan Cirebon dan Banten dalam menghadapi berbagai ancaman eksternal, termasuk bangsa Eropa yang mulai masuk ke Nusantara. Aliansi antar ketiga kerajaan ini juga menjadi jalur penting dalam memperluas penyebaran Islam. Hal ini disebabkan karena adanya pertukaran ulama dan pelajar antar kerajaan.

Sumber: Kompas

Persaingan dengan Portugis dan Majapahit

Selain membentuk aliansi, Demak juga harus menghadapi musuh bersama, yaitu Portugis yang mulai menancapkan pengaruhnya di Malaka dan mencoba masuk ke Nusantara. Kerajaan Demak sempat mengirim pasukannya ke wilayah tersebut, bahkan berencana menyerang basis Portugis.

Sementara itu, sisa kekuatan Majapahit yang belum sepenuhnya tunduk juga menjadi tantangan tersendiri. Namun, di bawah Sultan Trenggana, Demak berhasil melemahkan kekuatan tersebut hingga Kerajaan Majapahit benar-benar runtuh.

Warisan Politik dan Pengaruhnya terhadap Nusantara

Walaupun Kerajaan Demak mengalami kemunduran, mereka meninggalkan beberapa warisan yang masih dapat kita rasakan. Salah satunya adalah sistem pemerintahan berbasis Islam yang dijadikan contoh bagi banyak kerajaan Islam lainnya di Nusantara.

Melihat sejarahnya di atas, tidak bisa dipungkiri lagi bahwa Demak menjadi salah satu kerajaan yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa. Berkat kekuatan politik dan spiritualnya, mereka berhasil menyebarkan ajaran Islam dari pesisir hingga ke pedalaman.

Adanya beberapa pesantren, masjid agung, dan pengiriman ulama ke wilayah baru menjadi bukti bahwa penyebaran Islam merupakan bagian dari kebijakan negara. Ini menjadikan Demak bukan sekadar kerajaan, tapi pusat dakwah Islam yang strategis.

Rekomendasi Buku Terkait Kehidupan Politik Kerajaan Nusantara

Ingin mengetahui lebih banyak tentang sejarah kerajaan Nusantara? Kamu bisa mengoleksi beberapa buku berikut yang masih relevan!

1. Sejarah Kerajaan-Kerajaan Jawa Kuno : Dari Abad 4-15 Masehi – Ria Ristiningsih

Sejarah Kerajaan-Kerajaan Jawa Kuno : Dari Abad 4-15 Masehi

Kerajaan-kerajaan yang berkembang di wilayah Nusantara tidak muncul dalam waktu yang singkat. Peperangan, pemberontakan, balas dendam, dan intrik politik di tubuh kerajaan pun tak pelak menjadi alat untuk menggulingkan raja yang bertakhta. Seperti halnya kerajaan terbesar di Jawa, Majapahit, berdiri setelah meninggalnya Kěrtanāgara dalam pemberontakan yang dilakukan Pasukan Jayakatwang dan runtuhnya Kerajaan Singhasari.

Lalu bagaimana intrik kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa kuno dahulu? Apakah Airlangga selamat dari serangan Haji Wurawari yang menyerang Kerajaan Mataram? Bagaimana Patih Gajah Mada merealisasikan Sumpah Palapanya? Apa saja peninggalan-peninggalan dari kerajaan-kerajaan kuno di Jawa? Buku ini mengupas dinamika kerajaan-kerajaan kuno di Pulau Jawa secara fakta historis.

2. Tahta Kerajaan-Kerajaan Jawa : Kemelut Kekuasaan Raja-Raja Jawa – Dwi Lestari

Tahta Kerajaan-Kerajaan Jawa : Kemelut Kekuasaan Raja-Raja Jawa

Sekitar abad 7 M Jawa telah mengenal kehidupan bernegara. Tercatat sekitar 196 tahun kehidupan bernegara berada di Jawa bagian Tengah. Sekitar abad 9 M, kehidupan bernegara mulai pindah ke wilayah Jawa bagian Timur. Di Jawa Timur kehidupan bernegara terjadi selama 500 tahun.¹ Selama waktu yang panjang, raja juga telah mengalami pergantian., baik diganti secara mewariskan atau diganti dengan cara kudeta. Semua itu menjadi halal untuk dilakukan dalam mendapatkan takhta kerajaan.

Memperebutkan kursi kekuasaan raja seringkali membuat seorang gelap mata. Tidak bisa membedakan antara hubungan kekeluargaan atau permusuhan. Semua menjadi sama. Dia yang ikut serta dalam rebutan kursi kekuasaan raja akan dianggap sebagai musuh. Begitu pun dengan dia yang mengganggu dalam rebutan kursi kekuasaan raja juga dianggap sebagai musuh. Sedangkan, dia yang membantu dalam rebutan kursi kekuasaan raja, maka ia adalah teman.

Kursi kekuasaan raja menjadi penting untuk diperhatikan karena menjadi raja adalah prestise tertinggi dalam kehidupan bermasyarakat. Seorang yang jadi raja akan dihormati dan dipuja oleh banyak orang. Selain itu, ada anggapan bahwa raja adalah wakil Tuhan. Menjadi raja maka menjadi pembesar yang memiliki kedudukan penuh dalam semua hal.

Buku ini seperti sebuah catatan kecil tentang runtuhnya kerajaan-kerajaan di Jawa. Mulai dari Kerajaan Medang hingga Mataram Islam yang pecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta. Kisah rebutan, dan perilaku barbar seolah-oleh menjadi tabiat raja-raja Jawa pada masa itu. Banyak dari mereka yang mengawini banyak wanita, dan berebut takhta kerajaan. Bagaimanakah para raja-raja Jawa bertahta dan memerintah? Semuanya dijelaskan dengan runtut di dalam buku ini.

3. Pasang Surut Kerajaan-Kerajaan Di Pulau Jawa Zaman Klasik – The Syaeful Cahyadi

Pasang Surut Kerajaan-Kerajaan Di Pulau Jawa Zaman Klasik

Banyak peristiwa sejarah yang tetap menjadi misteri dan dapat disembunyikan atau dihindari oleh para sejarawan. Beberapa sumber menceritakan kisah heroik yang saat ini menjadi dasar kepercayaan publik pada orang-orang yang hidup di masa lalu, tetapi mendengar karakter yang sama menceritakan kisah “hitam” yang menakjubkan membuat kita curiga.

Buku ini mengisahkan sejarah raja-raja yang pernah memerintah Jawa kuno, bagaimana kekuasaan mereka muncul, intrik apa yang mereka bawa, dan bagaimana kekuasaan mereka akhirnya runtuh. Anda akan menemukan sepenuhnya dan dalam urutan kronologis. Namun lebih dari itu, buku ini juga menunjukkan bahwa raja tidak selalu bijaksana dan sempurna seperti yang disajikan dalam dongeng. Dalam buku ini, pembaca akan belajar tentang sisi baik dan buruk raja-raja Jawa yang memerintah di masa lalu.

4. Hitam Putih Kesultanan Demak – Fery Taufiq

Hitam Putih Kesultanan Demak

Buku ini mencoba menelisik sejarah kerajaan Islam terbesar pertama di Tanah Jawa mulai dari awal berdirinya, kejayaannya, hingga keruntuhannya. Penelisikan dimulai dari mulai awal masuknya agama Islam di Nusantara sampai keruntuhan kerajaan Islam pertama di Jawa tersebut. Dengan menelusuri fakta-fakta sejarah yang otentik, buku ini layak dijadikan referensi untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Selamat membaca!

Politik Demak dan Jejaknya dalam Sejarah

Nah itulah sedikit sejarah kehidupan politik Kerajaan Demak yang perlu diketahui. Meskipun hanya berkuasa selama beberapa dekade, pengaruhnya dalam membentuk struktur politik, sosial, dan keagamaan di Jawa sangat besar. Nilai-nilai yang ditanamkan oleh Demak tetap hidup dan menjadi bagian dari warisan sejarah bangsa Indonesia.

Kalau Grameds tertarik untuk memahami lebih jauh tentang kerajaan Nusantara, mari perbanyak buku-buku bacaanmu! Di Gramedia.com, ada koleksi buku sejarah Nusantara yang tidak kalah menarik untuk dibaca.

Yuk kunjungi Gramedia.com sekarang dan temukan buku-buku incaran favoritmu!

About the author

Shaza Zahra

Gramedia Literasi