Politik Ekonomi

Kebijakan VOC dalam Bidang Ekonomi

Written by M. Aris Yusuf

Kebijakan VOC Dalam Bidang Ekonomi – Grameds tentunya sudah tidak asing lagi ketika mendengar kata VOC. Sebuah lembaga kongsi dagang asal Belanda yang memiliki monopoli sangat luas di wilayah Asia. VOC sendiri memiliki kepanjangan Vereenigde Oostindische Compagnie dalam bahasa Belanda.

Meskipun hanya lembaga kongsi dagang, VOC memiliki hak istimewa serta difasilitasi oleh negara. Hal ini menjadi wajar ketika VOC mampu bersaing dengan serikat dagang asal Portugis maupun Inggris. Selain itu, beberapa kebijakan-kebijakan VOC membantu perkembangan kongsi dagang ini dengan sangat pesat. Banyak kebijakan yang dibuat dalam berbagai bidang, namun kebijakan utamanya berfokus pada bidang ekonomi.

Nah, untuk lebih jelasnya, kita simak ya pembahasannya di bawah ini!

https://www.pexels.com/

Pembentukan VOC 

Pembentuk VOC bermula setelah Belanda berhasil menyelenggarakan ekspedisi pertamanya di Asia pada tahun 1595-1597 oleh Compagnie van Verre. Hal ini membuktikan bahwa bangsa Belanda mampu melakukan pelayaran di Asia sekaligus menguasai beberapa armada yang ada. Dari sinilah awal terbentuknya VOC yang merupakan gabungan dari enam perusahaan kecil.

VOC terbentuk pada tahun 1602. Adanya VOC merupakan bagian dari misi ekspedisi, sebab kongsi dagang inilah yang menanggung segala pengeluaran dari sebuah pelayaran. VOC kemudian berkembang pesat hingga terbentuk badan lembaga perdagangan mirip VOC di Amsterdam, Rotterdam, dan New Zealand.

Kongsi dagang VOC akan melakukan transaksi berupa penanaman modal dan saham setiap kali ada kapal-kapal yang berlayar menuju Asia. Oleh sebab itu, dalam waktu yang singkat VOC dapat melakukan banyak kerjasama dengan para pedagang lokal. Hingga wilayah kekuasaannya semakin meluas.

Setelah perkembangan VOC yang begitu pesat, maka pihak Belanda membentuk suatu lembaga pusat yang bernama Geunieerde Amsterdam Oost Indische Compagnie. Selanjutnya berbagai negara selain di Asia melakukan kerja sama dengan VOC. Hingga tahun 1600 kekuasaan VOC semakin meningkat.

Namun perluasan daerah kekuasaan membuat VOC harus menghadapi masalah baru yang kontroversial dengan negara Spanyol dan Portugal. Dari permasalahan inilah akhirnya Staten General mengeluarkan oktroi yang membahas beberapa poin batasan serta regulasi baru dari pemerintah Belanda. Selain itu, di dalam oktroi juga dibahas mengenai tata cara pengaturan kongsi, kedudukan direktur dan anggota serta cara pengumpulan modal.

Dibalik kesuksesan VOC tersebut, ada banyak rakyat di Asia yang mengalami monopoli perdagangan yang kejam. Namun, kekuasaan VOC terus berlanjut hingga mengalami perpanjangan. Hal ini dikarenakan Pemerintah Belanda mendukung sepenuhnya serta mempertahankan keberadaan kongsi dagang semacam VOC tersebut.

Beli Buku di Gramedia

VOC Sebagai Perusahaan Terkaya Sepanjang Masa

Banyak sumber yang menyebutkan bahwa VOC merupakan perusahaan terkaya di dunia pada zamannya. Bahkan, yang lebih mengejutkan adalah jumlah kekayaan VOC besar kemungkinan menjadikannya sebagai perusahaan terkaya sepanjang masa. Ya, sepanjang masa. Katanya.

Bagaimana tidak? Kekayaan VOC pada masa kejayaannya, yakni sekitar awal 1600, mencapai 78 juta gulden. Perlu diketahui mata uang gulden kini tidak berlaku lagi karena telah digantikan oleh Euro sejak tahun 2002. Menurut informasi tersebut, jika dikonversikan dengan nilai saat ini, nominal 78 juta gulden setara dengan $7,9 triliun atau 113.627.280.000.000.000 rupiah. Untuk memudahkan pembacaannya, kekayaan VOC setara dengan 1,1 kuadriliun.

Angka tersebut tentu sangat fantastis. Konon, untuk mencapai nilai tersebut diperlukan gabungan dari dua puluh perusahaan-perusahaan terbesar saat ini. Sebut saja Apple, Microsoft, Alphabet, Amazon, facebook (meta), Alibaba, Exxon Mobil, Berkshire Hathaway, Wells Fargo, Samsung, dan lain sebagainya.

Namun demikian, ada koreksi yang perlu dilakukan untuk memastikan kebenaran data ini. Sebuah kajian dari Aria W. Yudhistira di Kata Data menyatakan 78 juta gulden setara dengan $1,1 miliar pada tahun 2020. Nilai ini setara dengan 15,2 triliun rupiah.

Nilai ini tentu memiliki selisih yang sangat jauh dari banyak artikel perihal masalah ini. Apabila dibandingkan dengan nilai kapitalisasi Apple yang mencapai 33.600 triliun rupiah (Oktober 2021), tentu sangat jauh. Bahkan kapitalisasi VOC bukanlah angka yang sangat fantastis di jaman ini.

Beli Buku di Gramedia

Asal Kekayaan VOC

Pertanyaan yang banyak muncul adalah dari mana VOC mendapatkan nilai kekayaan yang fantastis tersebut? Sayangnya hingga saat ini belum adanya kajian otoritatif yang menyebutkan bagaimana VOC memiliki nilai kapitalisasi sebesar itu. Sejauh ini masih dugaan yang sifatnya spekulatif.

Adapun argumentasi dalam artikel yang dimuat oleh Motley Fool menyatakan, VOC mengalami lonjakan kapitalisasi saat terjadi gelembung di pasar saham Eropa, yakni pada tahun 1632. Konon, pada waktu itu valuasi perusahaan VOC meroket hingga 1200% dalam peristiwa yang dikenal dengan “Tulip Mania”. Peristiwa tersebut mengingatkan pada spekulasi harga umbi bunga tulip dan hal tersebut memunculkan skandal di pasar keuangan Belanda.

Namun demikian, pendapat tersebut disanggah oleh Jan De Vries dan Ad Van der Woude. Dalam kajian ilmiahnya, mereka menyatakan bahwa harga saham VOC justru sedang turun pada era 1630-an. Informasi ini seolah memberikan sinyal bahwa lonjakan 1200% bisa saja mengalami kekeliruan.

Beli Buku di Gramedia

Kebijakan VOC di Bidang Ekonomi

Meskipun ada kajian yang menunjukkan kontra dengan kebanyakan referensi, tidak bisa dipungkiri bahwa VOC merupakan perusahaan besar di jamannya. Bahkan, karena terlalu superiornya, VOC memiliki angkatan bersenjata sendiri untuk mengamankan aktivitas bisnisnya. Oleh karena itu, penting bagi kalian mengetahui kebijakan VOC di bidang ekonomi.

Berikut ini merupakan kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh VOC di bidang ekonomi:

1. Hak Ekstirpasi

Dalam ilmu sosial, hak ekstirpasi merupakan hak untuk membabat tumbuhan hingga habis, dan menebang hutan. Dalam hal ini VOC mempunyai hak untuk menebas dan membabat tanaman rempah-rempah pada saat hasil panen berlebih. VOC membuat aturan sekaligus perjanjian dengan raja dan pemimpin negeri untuk memusnahkan rempah-rempah yang berlebih, terutama pala dan cengkeh.

VOC melakukan hal tersebut bukan tanpa maksud. Tujuan utama hak ekstirpasi adalah untuk mencegah merosotnya harga rempah di pasar internasional saat hasil panen melimpah. Langkah ini merugikan rakyat yang menanam rempah-rempah karena tidak ada sistem pembayaran ganti rugi dan tentunya hanya menguntungkan VOC.

2. Contingenten

Contingenten bisa diartikan sebagai pemberlakuan kewajiban kepada rakyat untuk membayar pajak sesuai dengan nominal yang ditentukan oleh VOC. Pajak ini dibayarkan berupa hasil bumi. Sayangnya tidak diberlakukan sistem ganti rugi.

Tujuan VOC memberlakukan kebijakan ini jelas, yakni agar kas keuangan mereka tetap terjamin. Besaran pajak yang harus dibayarkan oleh rakyat disesuaikan dengan nominal yang ditetapkan VOC. Kebijakan ini tentunya merugikan rakyat.

3. Verplichte Leverantie

Kebijakan berikutnya yang tidak kalah merugikan rakyat adalah Verplichte Leverantie. Kebijakan ini mewajibkan rakyat untuk menyerahkan hasil buminya hanya kepada VOC. Penjualan rempah kepada selain VOC tidak diperbolehkan.

Tidak cukup sampai di situ, dalam kebijakan ini, harga jual rempah-rempah telah ditentukan oleh VOC. Hasil bumi yang dijual oleh rakyat meliputi lada, kayu, nila, kapas, gula, pala, cengkeh, tembakau, kopi, dan sebagainya.

Beli Buku di Gramedia

4. Hak Oktroi

Hak Oktroi merupakan hak istimewa yang dimiliki oleh VOC sebagai kongsi dagang. Hak ini bertujuan untuk semakin memperkuat kedudukan VOC. Hak Octroi menjadikan VOC bagaikan negara dalam negara.

Hak Oktroi yang ditetapkan oleh VOC adalah sebagai berikut:

  • Membentuk angkatan bersenjata oleh mereka sendiri.
  • Melakukan monopoli perdagangan di seluruh wilayah kekuasaannya, termasuk dari Tanjung Harapan hingga Selat Magelhaens. Kepulauan Nusantara termasuk salah satu wilayah yang dikuasai oleh VOC.
  • Membuat perjanjian dengan raja-raja atau pemimpin negeri setempat. Tentunya perjanjian ini menguntungkan VOC.
  • Melakukan peperangan dengan pihak lain yang berseberangan dengan kebijakan VOC.
  •  Mengeluarkan dan mencetak mata uang VOC sendiri.
  • Mengangkat dan menetapkan pegawai mereka sendiri.
  • Memegang pemerintahan di negeri jajahan.

5. Pelayaran Hongi

Agar monopoli perdagangan yang telah dipraktekkan oleh VOC dapat berjalan mulus, VOC melakukan pelayaran Hongi. Kebijakan yang juga disebut dengan Hongi Tochten ini dilakukan dengan melakukan ekspedisi pelayaran, terutama di Indonesia bagian Timur seperti Ambon, Maluku, Pulau Seram, dan Ternate-Tidore. Oleh karena Indonesia bagian Timur terdiri dari banyak pulau-pulau kecil, ekspedisi ini yang dilaksanakan dengan kapal kora-kora ini hanya bisa dilakukan melalui jalur laut.

Kebijakan ini bertujuan untuk mengontrol produksi rempah-rempah sekaligus mengawasi jalannya monopoli perdagangan. Dengan pelayaran Hongi, VOC dapat mengontrol dan membuat regulasi siapa saja yang dapat menanam dan menjual hasil rempah. VOC melaksanakan kebijakan ini disertai unsur penyitaan, perampokan, perbudakan, bahkan pembunuhan.

Pedagang yang berasal dari Inggris, Spanyol, dan Portugis juga beroperasi di daerah ini. Sehingga untuk memastikan operasi tersebut berjalan dengan aman, kapal kora-kora tersebut dilengkapi dengan anggota militer dengan persenjataannya dan meriam yang lengkap. Kapal kora-kora disediakan oleh penguasa-penguasa di daerah Maluku dan Ambon yang telah menjalin kerja sama dengan pihak penjajah Belanda.

Beli Buku di Gramedia

6. Preangerstelsel

Kebijakan ini dikeluarkan oleh Belanda dan VOC untuk mengeruk keuntungan yang besar di daerah jajahannya. Kebijakan ini fokus pada daerah Parahyangan atau Priangan untuk membudidayakan komoditas kopi. Nama preanger diambil dari Priangan yang memang terkenal sebagai daerah yang dapat menghasilkan kopri dengan kualitas unggul.

Kebijakan ini mewajibkan masyarakat Priangan untuk menanam kopi dan menyerahkannya kepada bangsawan-bangsawan daerah yang kemudian kopi tersebut diperdagangkan ke Eropa oleh Belanda. Para bangsawan yang terlibat dalam praktek kebijakan ini mendapatkan keuntungan yang berupa komisi yang cukup besar. Hal ini berkebalikan dengan penderitaan yang dirasakan oleh rakyat.

Setelah kebijakan ini berjalan selama enam tahun, VOC menjadi pemain penting dalam komoditas kopi. Dikabarkan bahwa mereka dapat menguasai setengah hingga tiga perempat perdagangan kopi di dunia. Preangerstelsel menjadi cikal bakal dari kebijakan tanam paksa atau cultuurstelsel yang diterapkan oleh Belanda dan VOC di kemudian hari.

7. Memanfaatkan Pribumi Sebagai Perpanjangan Tangan

Dalam melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut, Belanda dan VOC seringkali tidak turun tangan secara langsung. Mereka lebih sering menjalin kerja sama dengan raja-raja daerah atau pejabat-pejabat yang kalap akan kekuasaan dan harta. Melalui mereka, Belanda dan VOC mengeruk keuntungan untuk kepentingannya.

Belanda dan VOC memperalat mereka dengan iming-iming komisi yang besar. Tidak cukup sampai disitu, mereka diberikan jaminan bahwa kekuasaan mereka akan dikawal dari musuh-musuh politik atau siapapun yang berseberangan. Tentu tawaran yang sulit ditolak bagi orang-orang yang sudah silau dengan harta dan tahta.

Kebijakan yang diterapkan oleh Belanda dan VOC menjelaskan kepada rakyat Indonesia bahwa mereka hanya dimanfaatkan oleh pejabat dan penjajah. Hasil bumi yang mereka produksi dibeli dengan harga yang murah. Keringat yang mengucur karena kerja keras dibayar dengan upah yang minimalis.

Di sisi lain, perdagangan yang dilakukan oleh Belanda dan VOC menuai sukses besar. Pasar Eropa menikmati produk berupa komoditas dari bumi Indonesia. Ekspor dari tanah air ke Eropa mengalami lonjakan yang pesat di jaman itu, meskipun atas nama Belanda dan VOC.

Sementara biaya produksi yang terdiri dari harga bahan baku dan jasa tenaga kerja yang rendah menjadikan Belanda dan VOC meraup pundi-pundi uang yang semakin banyak. Maka tidak heran jika VOC mampu menarik minat 1.800 investor yang tersebar di Belanda. Dan tidak heran juga apabila VOC menjadi perusahaan paling kaya di jamannya.

Beli Buku di Gramedia

Akhir Kedudukan VOC

Kekuasaan VOC begitu lama dirasakan oleh berbagai negara terutama kawasan Asia atau Hindia Timur. Namun, pada tahun 1780 tepatnya bulan desember, VOC mengalami kekacauan akibat pecahnya peperangan antara Belanda dengan Inggris. Hal ini mengakibatkan kompeni mengalami krisis keuangan, sehingga kongsi dagang seperti VOC tidak sanggup lagi menanggung biaya yang diajukan.

Peminjaman uang dari luar juga dilakukan sehingga kredibilitas VOC mulai dipertanyakan. Selain itu, pihak pemerintah juga bersikukuh mempertahankan VOC dengan mengirim beberapa bantuan yang ada. Sayangnya, hal tersebut membuat VOC menjadi ketergantungan terhadap bantuan-bantuan serta pinjaman yang ada.

VOC tetap berdiri dengan adanya beberapa pinjaman dari luar. Namun, untuk beberapa direksi banyak diberhentikan, pegawai-pegawai dikurangi, kantor-kantor dibongkar dan meminimalisir kegiatan-kegiatan perdagangan yang membutuhkan dana besar. Kemudian oktroi sebagai dasar aturan VOC tidak lagi dapat memberikan pedoman dan mengontrol VOC yang sudah lepas kendali.

Selain perubahan di wilayah luar Asia, VOC juga mengalami keterpurukan di Indonesia. Banyak pimpinan VOC yang kemudian diganti. Selain itu pengiriman dua utusan asal Belanda untuk menghentikan kemerosotan perusahaan di Indonesia juga tidak membawa perubahan yang berarti.

Dua tahun dari masa kelam tersebut, Belanda terserat ke dalam perang besar antara Inggris dan Perancis. Akibatnya banyak kantor-kantor VOC diduduki oleh Pemerintah Inggris. Dari hasil kekacauan ini membuat pelayaran-pelayaran mengalami gangguan, sehingga perdagangan tidak berjalan efektif.

Selain itu, Belanda juga harus menghadapi perlawanan-perlawanan yang dilakukan oleh rakyat Indonesia. Hal ini menambah beban biaya serta tanggungan VOC  yang tidak dapat lagi ditanggung. Hingga terjadi reorganisasi besar-besaran yang dilakukan Jenderal H.W Daendels sebagai tanda akhir dari masa kekuasaan VOC di Indonesia tepatnya Jawa.

Beli Buku di Gramedia

Kesimpulan

Grameds, setelah membahas beberapa poin terkait VOC di atas, pastinya membuat kita semakin paham terutama kebijakannya dalam bidang ekonomi. Dulunya VOC menjadi kongsi dagang yang berjaya bahkan kekayaannya dapat menyaingi kongsi dagang Inggris dan Portugal. Hal inilah yang membuat VOC mampu bertahan dalam bidang ekonomi cukup lama.

Beberapa kebijakan yang dibuat VOC pun membuatnya semakin tak terkalahkan. Namun, seiring berjalannya waktu, kongsi dagang besar ini mengalami kemerosotan. Kekacauan timbul dari arah yang tak diduga sehingga VOC dikabarkan mengalami kebangkrutan.

Nah, seperti itulah Grameds, penjelasan terkait VOC. Semoga dari penjelasan ini dapat menambah wawasan Grameds semua ya tentang materi sejarah. Untuk kalian yang ingin lebih tahu lebih dalam terkait materi-materi serupa atau lainnya, dapat kalian dapatkan dengan membaca buku di Gramedia. Sebab Gramedia hadir menjadi #SahabatTanpaBatas buat kalian semua.

Penulis: Mutiani Eka Astutik

Baca Juga!

  1. Memahami Tujuan Pembentukan VOC
  2. Apa Itu Politik Etis?
  3. Kisah Kapitan Pattimura dan Maluku
  4. Memahami Apa Itu Kolonialisme
  5. Sejarah dan Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
  6. Mengenal Sejarah Kerajaan Islam di Nusantara
  7. Apa Hubungan Rempah-Rempah dengan Penjajahan di Indonesia?

About the author

M. Aris Yusuf

Politik dan ekonomi merupakan dua hal yang berbeda, tetapi saling berkaitan satu sama lain.