Teori Pembelajaran Skinner – Adanya berbagai macam teori pembelajaran yang sudah diciptakan dan dikembangkan oleh banyak ahli membantu para pendidik atau guru dalam menjalankan tugasnya. Para guru yang mengajar menggunakan teori pembelajaran bisa membuat para siswa mudah untuk memahami materi-materi pembelajaran yang telah disampaikan. Alangkah baiknya, para guru ketika mengajar dan mendidik menggunakan teori pembelajaran.
Dengan kata lain, memudahkan pembelajaran merupakan untuk para siswa merupakan tugas utama dari seorang guru. Semakin banyak mengetahui teori pembelajaran, maka semakin banyak pilihannya untuk menemukan teori pembelajaran seperti apa yang cocok untuk diterapkan.
Teori pembelajaran bukan hanya bisa memudahkan para guru untuk menyampaikan informasi dan ilmu pengetahuan agar dapat diterima dengan baik oleh para siswa, tetapi bisa menciptakan suasana kelas menjadi senang dan nyaman. Semakin nyaman suasana pembelajaran akan membuat para siswa betah berlama-lama di kelas. Selain itu, suasana kelas yang nyaman dan senang menandakan bahwa metode pembelajaran yang diterapkan oleh seorang guru itu berhasil.
Oleh sebab itu, sudah seharusnya bagi para guru ketika melakukan kegiatan belajar mengajar perlu untuk memerhatikan karakteristik dari seluruh siswa. Dengan mengetahui setiap karakter dari semua murid, maka seorang guru bisa menentukan teori pembelajaran yang bisa diterapkan dengan yakin. Selain itu, perkembangan karakter dari setiap murid dapat tumbuh dengan maksimal, sehingga menghasilkan murid-murid yang memiliki kompetensi yang baik.
Pada dasarnya, ada banyak sekali teori pembelajaran, sehingga para guru memiliki banyak pilihan untuk menentukan teori yang ingin digunakan. Namun, di sisi lainnya, banyaknya teori pembelajaran terkadang membuat sebagian guru bingung untuk menentukan teori pembelajaran yang akan diterapkan. Salah satu teori pembelajaran yang mudah untuk diterapkan dan sudah banyak digunakan adalah teori pembelajaran dari Skinner.
Siapa itu Skinner? Dan teori pembelajaran apa yang dikembangkan oleh Skinner? Jadi, segera temukan jawabannya di dalam artikel ini, selamat membaca.
Daftar Isi
Biografi Skinner
Nama lengkap dari Skinner adalah Burrhus Frederic Skinner. Beliau lahir di Pennsylvania, Amerika Serikat pada tanggal 20 Maret 1904. Ayahnya yang bernama William dan ibunya yang bernama Grace dari Burrhus Frederic Skinner mempunyai profesi yang berbeda. Ayahnya bekerja sebagai seorang pengacara dan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Meskipun hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga, tetapi kecerdasan dari ibunya Skinner tak perlu diragukan lagi.
Sejak kecil, Skinner merupakan seseorang yang cukup aktif, sehingga lebih senang untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Tidak hanya itu, Skinner sangat senang mengikuti berbagai macam kegiatan yang dilakukan di sekolah. Sebelum masuk ke dunia psikologi, Skinner sangat suka dengan dunia sastra. Bahkan, beliau sempat bercita-cita menjadi seorang penulis, sehingga sudah melatih dirinya untuk bisa menulis puisi dan cerpen yang kemudian dikirim ke media cetak.
Karena kecintaannya pada dunia sastra, kemudian Skinner melanjutkan studinya di Hamilton College, New York dan mengambil jurusan Sastra Inggris. Semasa kuliah, ia mengikuti kelompok Lambda Chi Alpha Fraternity. Di tahun, 1926, Skinner telah menyelesaikan studinya dan mendapatkan gelar B.A. Namun, kecintaannya terhadap dunia sastra bisa dikatakan tak berjalan mulus, sehingga Skinner harus meninggalkan dunia sastra walaupun sudah membuat novel. Meskipun sudah membuat novel, tetapi novel yang dibuatnya tidak selesai walaupun sudah diberikan dukungan oleh penyair terkenal, John Watson.
Setelah lulus dari Hamilton College, New York, Skinner melanjutkan studinya di Harvard University dan di sana ia bertemu dengan Fred Keller. Fred Keller percaya bahwa Skinner bisa melakukan sebuah penelitian tentang behaviorisme, sehingga Fred Keller mendukung Skinner untuk membuat prototipe skinner box. Hingga pada akhirnya mereka berdua melakukan penelitian terhadap alat-alat psikologi yang ingin dikembangkan.
Skinner yang sudah meninggalkan dunia sastra, kemudian meyakinkan dirinya untuk terjun ke dunia psikologi dan mengembangkan penelitian tentang behaviorisme terbaru. Di tahun 1931, Skinner mendapatkan gelar Ph.D dari Harvard University. Lalu, ia menjadi pengajar di Universitas Minnesota, Minneapolis dan pada tahun 1946 hingga 1947 menjadi ketua departemen psikologi di Indiana University. Di tahun 1948, beliau kembali ke Harvard University dan diangkat menjadi profesor tetap.
Skinner yang sudah cukup sukses dibidangnya, kemudian menikah dengan perempuan bernama Yvonne Blue. Ia dan kekasihnya menikah pada tahun 1936 dan dikaruniai dua anak perempuan.
Pada tanggal 18 Agustus 1990, Burrhus Frederic Skinner menghembuskan napas terakhirnya karena menderita leukemia. Beliau dimakamkan di Mount Auburn Cemetery, Cambridge, Massachisetts. Jasa-jasa beliau terhadap dunia psikologi, sehingga beberapa hari sebelum Skinner meninggal dunia, ia diberikan prestasi seumur hidup oleh American Psychology Association.
Awal Mula Kemunculan Teori Skinner
Pada dasarnya teori pengkondisian operan (operant conditioning) yang dikembangkan oleh Burrhus Frederic Skinner bermula dari pemikiran E.L. Thorndike di tahun 1911. E.L. Thorndike memunculkan teori ini setelah kemunculan teori classical conditioning yang disampaikan oleh Pavlov. Kemudian, Thorndike untuk menyakinkan teori temuannya, maka ia melakukan penelitian atau percobaan pada binatang. Binatang yang dijadikan bahan uji coba diletakkan di sebuah “kotak teka-teki”, setelah beberapa kali percobaan ternyata binatang bisa keluar dari “kotak teka-teki” dengan cepat. Dari beberapa kali percobaan itulah, Thorndike mengungkapkan sebuah hipotesis “ apabila suatu respon berakibat menyenangkan, kemungkinan besar menciptakan respon lain yang sama” hipotesis ini sudah dikenal dengan istilah hukum akibat atau law of effect.
Setelah Thorndike sukses dengan penemuan teorinya, maka Skinner mulai mengembangkan teori yang telah diungkapkan oleh Thorndike. Skinner mengembangkan teori pengkondisian operan (operant conditioning) dengan memberikan penguatan ke dalam hukum akibat. Unsur penguatan yang dilakukan oleh Skinner berupa tingkah laku yang bisa menguatkan kemungkinan besar akan muncul kembali. Sementara itu, tingkah laku yang tidak bisa menguatkan kemungkinan besar akan terhapus atau menghilang.
Dengan demikian, teori pengkondisian operan (operant conditioning) ini sangat berkaitan dengan psikologi belajar. Dengan teori ini, suatu kegiatan belajar mengajar sangat bergantung terhadap respon yang telah dilakukan oleh seseorang. Kita bisa melihat teori ini ketika seorang siswa mengerjakan sebuah soal akan mendapatkan nilai dari soal yang dikerjakan.
Teori Belajar Skinner
Burrhus Frederic Skinner percaya bahwa suatu perubahan tingkah laku seseorang akan ada konsekuensinya. Selain itu, Skinner juga yakin bahwa setiap orang pasti akan belajar demi meningkatkan atau menguatkan tingkah lakuknya agar tidak mendapatkan ganjaran yang buruk. Pada teori pengkondisian operan (operant conditioning), tingkah laku seseorang bisa dilakukan berulang kali atau bahkan bisa saja menghilang semua itu tergantung dari keinginan dari orang tersebut.
Burrhus Frederic Skinner mengembangkan teori pengkondisian operan (operant conditioning) melalui penelitian dengan menggunakan seekor tikus. Tikus yang dijadikan bahan penelitian dan percobaan itu diletakkan di dalam sebuah peti yang dinamakan skinner box atau kotak skinner. Kotak skinner ini terdiri dari dua macam komponen utama, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement.
Pada dasarnya kedua komponen utama itu sangat berkaitan, sehingga bisa menciptakan kotak skinner yang ideal. Manipulandum adalah suatu komponen yang bisa dimanipulasi serta setiap gerakannya sangat berkaitan dengan reinforcement. Komponen-komponen yang ada di skinner box berupa tombol, pengungkit, dan jeruji. Ketika seekor berada di dalam kotak Skinner, maka tikus tersebut akan mencari jalan-jalan mengelilingi kota Skinner untuk mendapatkan hal yang diinginkan.
Kemudian, setelah mengelilingi kota Skinner, tikus tersebut memunculkan tingkah laku yang menyebabkan tombol pengungkit tertekan. Ketika tombol pengungkit tertekan, maka keluarlah butir-butir makanan yang kemudian masuk ke dalam kotak Skinner.
Teori pengkondisian operan (operant conditioning) yang dikembangkan oleh Skinner didasari oleh dua hukum operant, yaitu law of operant conditioning dan law of operant extinction. Law of operant conditioning adalah adanya perubahan perilaku yang dibarengi dengan stimulus penguat, sehingga kekuatan perilaku itu akan meningkat. Sementara itu, law of operant extinction adalah adanya perubahan perilaku yang yang diperkuat dengan sebuah proses conditioning dan tidak dibarengi dengan stimulus penguat, maka bisa menurunkan kekuatan dari perilaku tersebut.
Dari eksperimen yang telah dilakukan oleh Skinner dengan menggunakan tikus ini, maka ia menyatakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar harus memerhatikan penguatan. Dalam hal ini, penguatan sangat berkaitan dengan stimulus dan respon. Dengan kata lain, stimulus dan respon akan bertambah kuat, jika diberikan penguatan. Selain itu, Skinner juga membagi penguatan ke dalam dua jenis, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif.
Pada umumnya, penguatan positif berupa apresiasi, hadiah, penghargaan, perilaku baik, dan lain-lain. Sedangkan, penguatan negatif berupa tidak adanya apresiasi terhadap tugas yang telah dikerjakan, perilaku yang tidak menyenangkan, dan sebagainya.
Kelebihan Teori Skinner
Kelebihan dari teori pengkondisian operan (operant conditioning) yang telah dikembangkan oleh Skinner terletak pada pendidik atau guru yang lebih diarahkan untuk mengapresiasi dan menghargai setiap peserta didiknya. Adanya perilaku menghargai ini dapat dilihat dengan dihilangkannya sistem hukuman.
Selain itu, kelebihan dari teori Skinner berupa adanya pembentukan lingkungan yang baik dan nyaman, sehingga meminimalisir terjadinya kesalahan. Seperti yang kita tahu bahwa teori yang dikembangkan Skinner ini terdapat penguatan yang di mana penguatan itu ternyata bisa dijadikan sebagai motivasi bagi para murid dan para guru untuk berperilaku yang benar yang sesuai dengan keinginannya.
Kekurangan Teori Skinner
Dibalik kelebihan dari teori pengkondisian operan (operant conditioning) terdapat beberapa kekurangan dari teori ini, yaitu
1. Tidak Adanya Hukuman
Kekurangan pertama dari teori Skinner adalah tidak adanya hukuman yang diberikan kepada siswa yang melakukan kesalahan. Tidak adanya hukuman ini bisa membuat siswa menjadi kurang memahami apa arti kedisiplinan. Hal seperti itu bisa menjadi penghambat dalam kegiatan pembelajaran.
2. Penggunaan Hukuman yang Salah
Kekurangan yang kedua dari teori Skinner adalah penggunaan hukuman yang salah. Dalam hal ini, hukuman bukanlah suatu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner, hukuman yang baik adalah hukuman yang dapat dirasakan oleh murid atas konsekuensi dari perbuatannya.
Cara Menerapkan Teori Operant Conditioning dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Pada dasarnya, setiap teori belajar pasti sangat berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Namun setiap teori belajar pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, sehingga bagi para guru sebaiknya menentukan teori belajar yang benar-benar sesuai dengan karakteristik para siswanya. Skinner pun mengakui bahwa teori yang dikembangkannya masih memiliki beberapa kekurangan. Meskipun, masih memiliki beberapa kekurangan, tetapi teori pengkondisian operan (operant conditioning) ini masih bisa diterapkan dalam kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan teori pengkondisian operan (operant conditioning), Skinner menekankan bahwa teori ini bisa digunakan untuk membangkitkan respon peserta didik dalam bentuk tingkah laku. Terjadinya proses perubahan tingkah laku dinamakan respon belajar atau operant learning. Sedangkan, operant conditioning digunakan untuk melihat suatu respon belajar yang dapat dikendalikan yang dibarengi dengan tingkah laku dan stimulus.
Selain itu, kondisi operasional yang dikembangkan oleh Skinner terdiri dari ganjaran (reward) dan penguatan (reinforcement). Kedua hal itu dalam kegiatan belajar mengajar sangat penting, sehingga sebaiknya setiap kegiatan belajar mengajar terdapat ganjaran dan penguatan. Akan tetapi, ganjaran dan penguatan merupakan dua hal yang berbeda. Ganjaran adalah suatu respon yang bersifat dapat menyenangkan dan termasuk ke dalam tingkah laku yang subjektif. Sementara itu, penguatan adalah sesuatu hal yang bisa menguatkan respon atau tingkah laku seseorang serta sifat dari penguatan adalah hal-hal yang bisa diamati dan diukur.
Skinner juga membagi penguatan menjadi dua jenis, yaitu penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah suatu hal atau tanggapan berupa apresiasi atau penghargaan dan kemungkinan besar akan diulangi kembali. Selain itu, penguatan positif juga bisa berbekas di dalam diri seorang murid. Pada umumnya, penguatan positif berupa apresiasi diberikan setelah seorang murid berhasil menyelesaikan suatu tugas, sehingga murid tersebut akan lebih semangat mengerjakan tugas-tugas berikutnya.
Sementara itu, penguatan negatif adalah sebuah suatu hal atau tanggapan yang berasal dari respon atau tingkah laku murid yang tidak begitu diharapkan. Biasanya penguatan negatif dapat kita lihat dalam bentuk teguran atau peringatan. Misalnya, seorang murid yang tidak mengerjakan PR akan diberikan teguran.
Jadi, secara sederhana pengaplikasiannya teori pengkondisian operan (operant conditioning) terhadap kegiatan belajar mengajar terutama dalam pembentukan tingkah laku terdiri dari beberapa cara, di antaranya:
1. Buatlah tujuan pembelajaran yang jelas agar bisa merancang atau membuat strategi yang efektif dan efisien. Alangkah baiknya, tujuan itu dibuat secara bertahap.
2. Melihat batas kemampuan siswa dan menentukannya. Apabila sudah mengetahui dan memahami bata kemampuan murid, maka guru bisa mengembangkan kemampuan murid sesuai dengan batas kemampuannya.
3. memberikan penilaian terhadap respon yang telah diberikan oleh murid serta melihat apakah sudah ada kemajuan pada murid.
4. Setiap metode pembelajaran harus berdasarkan hasil evaluasi dari kemajuan yang telah dicapai oleh murid.
5. Alangkah baiknya menggunakan penguatan positif supaya murid ingin melakukan hal yang sama lagi.
6. mengadakan program remedial supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai.
7. Sebaiknya, guru lebih berperan dalam mengembangkan dan membentuk tingkah laku murid.
Kesimpulan
Dengan demikian, metode pembelajaran yang tercipta dari teori pembelajaran dapat dikatakan bahwa bisa membuat suasana pembelajaran menjadi menarik dan para murid bisa mengembangkan kemampuannya dengan baik. Apabila seorang bisa menerapkan teori belajar yang sesuai dengan karakteristik para siswanya, maka kegiatan belajar mengajar akan menyenangkan.
Supaya lebih mudah untuk memahami teori ini, bisa kita lihat pada seorang anak kecil yang merasa senang ketika mendapatkan cokelat dari orang tuanya dan anak kecil itu akan mengulangi perilaku yang sama. Rasa senang yang ditunjukkan oleh seorang anak kecil itulah merupakan perilaku operan dan cokelat yang diberikan adalah penguat positifnya.
Sumber: Dari berbagai macam sumber