Biografi

17 Pahlawan Nasional Wanita Bangsa Indonesia dan Asal Daerahnya

Pahlawan Nasional Wanita
Written by Fandy A

Pahlawan Nasional Wanita – Sudah banyak orang yang mengetahui bahwa pada zaman dulu, Indonesia merupakan negara jajahan. Oleh sebab itu, banyak warga negara Indonesia yang berjuang untuk melawan para penjajah. Bahkan, bukan hanya para laki-laki saja, tetapi sudah ada banyak wanita yang bertujuan untuk membantu kemerdekaan Indonesia.

Maka dari itu, ada banyak wanita Indonesia yang diberi gelar pahlawan karena jasa-jasanya terhadap Indonesia. Namun, sebelum membahas tentang pahlawan nasional wanita, sebaiknya kita membahas tentang apa itu pahlawan nasional terlebih dahulu.

Pahlawan Nasional

Indonesia mempunyai pahlawan nasional, baik pahlawan di era penjajahan Belanda dan Jepang, pahlawan revolusi serta pahlawan di era setelah proklamasi. Berkat jasa-jasa para pahlawan tersebut, Indonesia berhasil merdeka dan menjadi bangsa yang besar dan lebih baik lagi seperti sekarang.

Sementara itu, pahlawan adalah orang yang sangat menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Secara etimologi, kata ‘pahlawan’ berasal dari bahasa Sanskerta ‘phala’, yang berarti hasil atau buah.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pahlawan adalah seseorang yang mempunyai keberanian dan pengorbanan dalam membela kebenaran bagi bangsa, negara, dan agama atau pejuang yang gagah berani.

Pahlawan nasional adalah gelar penghargaan tertinggi di Indonesia, sama halnya anumerta atau gelar yang diberikan pemerintah kepada orang yang sudah meninggal, yang sangat berjasa dan diteladani masyarakat. Tidak hanya pria, tetapi ada banyak pahlawan nasional wanita yang turut serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Pahlawan Nasional adalah gelar yang diberikan kepada warga negara Indonesia atau seseorang yang berjuang melawan penjajahan di wilayah yang sekarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia.

Kriteria Pahlawan Indonesia

Kementerian Sosial Indonesia menyatakan bahwa gelar Pahlawan Nasional akan diberikan kepada sosok-sosok yang memenuhi kriteria berikut ini:

  1. Merupakan Warga Negara Indonesia yang telah meninggal, tetapi semasa hidupnya melakukan perjuangan-perjuangan untuk kepentingan bangsa, meraih kemerdekaan, mewujudkan persatuan bangsa serta membuat gagasan besar yang berpengaruh terhadap pembangunan dan kesejahteraan bangsa.
  2. Telah mengabdi dan berjuang untuk bangsa selama hampir sepanjang hidupnya.
  3. Perjuangan yang dilakukan memiliki dampak pada skala nasional.
  4. Berjiwa nasionalis.
  5. Bermoral dan berakhlak baik.
  6. Tidak mudah menyerah dalam menghadapi musuh yang mengancam perjuangannya.
  7. Seumur hidupnya tidak pernah melakukan tindakan-tindakan yang berpotensi merusak nilai-nilai perjuangan dan pengabdiannya.

Proses Penobatan Pahlawan Nasional

Dalam penobatan pahlawan nasional, dibagi menjadi empat tahap. Berikut ini, penobatan pahlawan nasional melalui empat tahapan, yaitu:

  1. Pengajuan dari masyarakat dari Kota maupun Kabupaten dengan cara mengajukan proposal rekomendasi yang ditujukan kepada Kepala Daerah, mulai dari Walikota atau Bupati, sampai Gubernur.
  2. Setelah proposal rekomendasi diajukan, Gubernur akan mengusulkan ke Kementerian Sosial.
  3. Setelah itu Kemensos akan meneruskan ke Presiden yang diwakili oleh Dewan Gelar. Dewan Gelar ini merupakan dewan yang berhak memberikan gelar pahlawan nasional yang terdiri dari dua akademisi, dimana umumnya dua akademisi itu terdiri dari sosok berlatar belakang militer serta sosok yang pernah menerima penghargaan.
  4. Setelah dipertimbangkan oleh Dewan Gelar dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, Presiden melalui Dewan Gelar akan menganugerahi orang tersebut dengan gelar Pahlawan Nasional. Penobatan gelar itu dilakukan bertepatan pada Hari Pahlawan pada 10 November.

Pahlawan Nasional Wanita Indonesia

Sebagai warga negara yang baik, maka kita perlu mengetahui nama-nama pahlawan nasional wanita yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Berikut ini daftar pahlawan nasional wanita Indonesia yang penting untuk diketahui antara lain:

1. Martha Christina Tiahahu dari Maluku

Pahlawan Nasional Wanita

Wikipedia

Martha Christina Tiahahu, pejuang dari Desa Abubu, Pulau Nusalaut yang lahir pada tanggal 4 Januari 1800. Waktu masih berusia 17 tahun, ia sudah berani mengangkat senjata melawan penjajah Belanda. Tak hanya itu, Martha Christina Tiahahu juga selalu memberi semangat pada kaum perempuan untuk membantu laki-laki di medan pertempuran.

Sedihnya, sang ayah, Kapitan Paulus Tiahahu dijatuhi hukuman mati oleh Belanda. Sepeninggal ayahnya, kesehatan fisik dan mentalnya terganggu. Lalu, ia tertangkap bersama 39 orang lainnya dan dibawa ke Pulau Jawa dengan kapal Eversten untuk dipekerjakan paksa di perkebunan kopi.

Namun, kondisi kesehatan Martha Christina Tiahahu memburuk selama di atas kapal. Hal ini diperparah oleh dirinya yang menolak makan dan diobati. Ia menghembuskan nafas terakhir pada 2 Januari 1818 dan disemayamkan dengan penghormatan militer ke Laut Banda.

2. Laksamana Malahayati dari Aceh

Pahlawan Nasional Wanita

Kompas Megapolitan

Keumalahayati, pejuang asal Kesultanan Aceh yang lahir di Aceh Besar pada tahun 1550. Perempuan tangguh ini memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid).

Dengan keteguhan hati, mereka berperang melawan kapal dan benteng Belanda sekaligus membunuh Cornelis de Houtman. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 11 September 1599. Berkat keberaniannya, maka Malahayati mendapat gelar Laksamana.

Namun, Malahayati gugur di tahun 1615 ketika sedang melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis yang dipimpin oleh Laksamana Alfonso De Castro.

3. Cut Nyak Meutia dari Aceh

Pahlawan Nasional Wanita

Okezone Nasional

Bumi rencong melahirkan banyak perempuan pejuang yang tangguh, salah satunya adalah Cut Nyak Meutia. Awalnya, ia melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan suaminya, Teuku Muhammad. Tetapi, suaminya berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati pada tahun 1905.

Sesuai wasiat suaminya sebelum gugur, Cut Nyak Meutia menikah dengan Pang Nanggroe. Mereka bertempur dengan Korps Marechausée dan membuat suaminya gugur pada 26 September 1910, tetapi Cut Nyak Meutia berhasil lolos. Ia terus melakukan perlawanan dengan sisa-sisa pasukannya, tetapi takdir berkata lain. Cut Nyak Meutia gugur pada 24 Oktober 1910.

4. Raden Adjeng Kartini dari Jepara, Jawa Tengah

Pahlawan Nasional Wanita

Solopos.com

R.A Kartini merupakan tokoh perempuan yang lahir Jepara pada tahun 1879. R.A Kartini terkenal sebagai sosok yang memperjuangkan kebangkitan perempuan di Indonesia. Ketika itu, ia sedikit mengkritisi budaya Jawa yang menghambat perkembangan perempuan.

Melalui surat-suratnya, ia memberikan gagasan-gagasan terkait dengan perjuangan perempuan. Bahkan, tanggal kelahiran Kartini, yaitu 21 April hingga saat ini ditetapkan sebagai hari peringatan perjuangan Kartini atau dikenal dengan Hari Kartini.

5. Cut Nyak Dien dari Aceh

Pahlawan Nasional Wanita

Tribunnews.com

Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional wanita lainnya di Indonesia. Cut Nyak Dien lahir di Lampadang Kerajaan Aceh. Sebagai seorang wanita, Cut Nyak Dien berperan dalam melawan kolonialisme Belanda. Bahkan, Cut Nyak Dien ikut ke dalam medan perang melawan Belanda.

6. Dewi Sartika dari Jawa Barat

Pahlawan Nasional Wanita

kuwaluhan.com

Selain Maria Walanda Maramis, ada juga Raden Dewi Sartika yang peduli dengan pendidikan kaum perempuan. Jasanya adalah membuat sekolah bernama Sekolah Istri di Pendopo pada 16 Januari 1904. Lalu, sekolah ini berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Istri di tahun 1910 dan berubah lagi menjadi Sekolah Raden Dewi pada September 1929.

Berkat jasanya dalam memperjuangkan pendidikan, Dewi Sartika dianugerahi gelar Orde van Oranje-Nassau. Selain itu, ia juga diakui sebagai Pahlawan Nasional pada 1 Desember 1966. Dewi Sartika meninggal pada 11 September 1947.

7. Andi Depu Maraddia Balanipa dari Tinambung, Polewali Mandar, Sulawesi Barat

Pahlawan Nasional Wanita

Kumparan

Andi Depu Maraddia Balanipa dikenal karena keberhasilannya dalam mempertahankan wilayahnya dari penaklukan Belanda. Bahkan, Andi Depu berani berhasil mengibarkan bendera Merah Putih saat pasukan Jepang datang di Mandar pada tahun 1942. Berkat keberaniannya, Andi Depu dianugerahi Bintang Mahaputra Tingkat IV dari Presiden Soekarno.

Selain itu, Presiden Joko Widodo juga menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada Andi Depu dan 5 tokoh bangsa lainnya. Ini tertuang di Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123/TK/Tahun 2018 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

8. Maria Walanda Maramis dari Minahasa, Sulawesi Utara

Pahlawan Nasional Wanita

Sindonews

Tidak salah kalau Maria Walanda Maramis dijuluki sebagai Kartini dari Minahasa. Sebab, pahlawan kelahiran 1 Desember 1872 ini berupaya membebaskan perempuan dari keterbelakangan pendidikan. Maria sendiri sempat bersekolah di Sekolah Melayu di Maumbi, Minahasa Utara, selama tiga tahun dan tak bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

Kemudian, Maria mendirikan organisasi bernama Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) untuk memajukan pendidikan kaum perempuan. Lewat PIKAT, kaum perempuan dibekali ilmu untuk berumah tangga, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, dan lainnya. Maria terus aktif di PIKAT hingga kematiannya pada 22 April 1924.

9. Siti Manggopoh dari Manggopoh, Agam, Sumatera Barat

Pahlawan Nasional Wanita

Beautynesia

Siti Manggopoh lahir pada bulan Mei 1880. Siti Manggopoh adalah seorang pejuang perempuan dari Manggopoh, Lubuk Basung, Agam. Ia pernah mengobarkan perlawanannya terhadap penjajah Belanda dalam perang yang dikenal sebagai Perang Belasting

10. HR. Rasuna Said dari Maninjau, Agam, Sumatera Barat

beuty

Hajjah Rangkayo Rasuna Said atau lebih dikenal dengan nama Rasuna Said. Perannya adalah memperjuangkan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, sama seperti Kartini. Menurutnya, kemajuan kaum perempuan tidak hanya didapat dari mendirikan sekolah, tetapi juga melakukan perjuangan politik.

Berkat pidatonya yang mengecam pemerintahan Belanda, maka ia terkena hukum Speek Delict. Hukum Speek Delict adalah hukum kolonial Belanda untuk orang yang berbicara menentang Belanda. Ia sempat tertangkap bersama temannya, Rasimah Ismail, dan dipenjara di Semarang pada tahun 1932.

Setelah kemerdekaan, Rasuna Said aktif di Dewan Perwakilan Sumatera mewakili Sumatera Barat dan sempat diangkat menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Serikat (DPR RIS). Selain itu, ia juga menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung hingga akhir hayatnya. Rasuna Said meninggal pada 2 November 1965 akibat penyakit kanker darah.

11. Fatmawati Soekarno dari Bengkulu

Sindonews

Fatmawati merupakan salah satu sosok pahlawan nasional wanita. Beliau adalah ibu negara pertama di Indonesia karena statusnya sebagai istri dari Presiden Soekarno. Fatmawati berasal dari Sumatera Barat dan memiliki keturunan dari Kesultanan Indrapura.

Salah satu alasan gelar pahlawan diberikan kepada Fatmawati karena perannya dalam menjahit bendera merah putih untuk upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

12. Nyi Ageng Serang dari Purwodadi, Jawa Tengah

kompas.com

Perempuan bernama asli Raden Ajeng Kustiyah Wulaningsih Retno Edi ini adalah salah satu keturunan Sunan Kalijaga. Perempuan kelahiran tahun 1752 merupakan anak dari Pangeran Natapraja dan melawan penjajah bersama ayah dan kakaknya, Kyai Ageng Serang.

Semangatnya yang sangat berkobar untuk membela rakyat yang dipicu oleh kematian kakaknya karena membela Pangeran Mangkubumi melawan Pakubuwono I yang dibantu Belanda. Bahkan, ia tak pantang menyerah walau ayah, kakak, dan suaminya telah gugur. Selain itu, Nyi Ageng Serang tetap memimpin pasukan di usia 73 tahun.

Bahkan, Pangeran Diponegoro mengakui kehebatan Nyi Ageng Serang dalam menyusun strategi, hingga dipercaya menjadi salah satu penasihatnya. Namun, dua tahun sebelum Perang Diponegoro berakhir, Nyi Ageng Serang meninggal dunia di usia 76 tahun akibat wabah penyakit malaria.

13. Opu Daeng Risadju dari Sulawesi Selatan

Good News From Indonesia

Opu Daeng Risaju adalah pahlawan perempuan yang lahir tahun 1880. Peran Opu Daeng Risaju dalam perlawanan terhadap tentara NICA di Belopa sangatlah besar. Opu Daeng Risaju membangkitkan dan memobilisasi para pemuda untuk melakukan perlawanan terhadap tentara NICA. Tentara NICA adalah tentara dari penjajah Belanda.

14. Nyai Ahmad Dahlan dari Yogyakarta

kompas.com

Lahir dengan nama Siti Walidah, Nyai Ahmad Dahlan merupakan tokoh emansipasi perempuan yang sudah berpartisipasi dalam diskusi perang bersama Jenderal Sudirman dan Presiden Soekarno. Selain itu, ia memprakarsai berdirinya perkumpulan Sopo Tresno pada tahun 1914 untuk wanita Islam. Perkumpulan ini fokus pada tiga bidang, yaitu dakwah, pendidikan, dan sosial.

Bahkan, ia juga mendirikan asrama putri yang dibangun di rumahnya, memberikan pendidikan keimanan, praktek ibadah, sampai berlatih pidato dan dakwah. Nyai Ahmad Dahlan terus melakukan perjuangannya setelah suaminya meninggal dunia. Selain itu, ia membina generasi muda, terutama perempuan Islam agar tekun, gigih, dan berpendidikan.

15. Ratu Nahrasiyah dari Kerajaan Samudera Pasai

wikipedia

Ratu Sultanah Nahrasiyah mungkin masih asing bagi orang awam. Meskipun namanya tak sementereng penguasa lainnya seperti Airlangga, Jayabaya, Hayam Wuruk, hingga Raden Patah, tetapi sosok ini begitu istimewa dalam sejarah pergerakan pemimpin perempuan di Nusantara.

Sultanah Nahrasiyah sendiri merupakan penguasa Kesultanan Samudera Pasai yang naik tahta menggantikan ayahnya. Namun, ada versi lain yang menyatakan bahwa Nahrasiyah merupakan istri dari sang raja yang meninggal.

Dimana sebelum Sultanah Nahrasiyah bertahta, kerajaan dijabat oleh Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir, yang tak lain ayah kandung dari Sultanah Nahrasiyah. Namun saat menjabat sebagai raja itulah sang ayah tewas dibunuh oleh Raja Nakur, sebagaimana dikisahkan pada buku “Perempuan – Perempuan Tangguh Penguasa Tanah Jawa” dari Krishna Bayu Adji dan Sri Wintala Achmad.

Catatan Ying Yai Sheng Lan menguatkan bahwa adanya pemimpin perempuan muslim pertama di nusantara. Dimana saat itu Raja Samudera Pasai yang diserang oleh Raja Nakur, tewas setelah terkena panah beracun. Sepeninggal Sultan Zain al-Abidin Malik az-Zahir inilah Nahrasiyah akhirnya naik tahta. Ia merupakan perempuan pertama di Asia Tenggara yang memerintah sebagai raja. Sosoknya bertahta di Kerajaan Samudera Pasai yang dipimpin sejak 1405 – 1428 M.

Cerita lain, pasca kematian sang raja membuat permaisurinya konon menyatakan sumpah di depan rakyatnya bahwa siapa yang dapat menuntut balas atas kematian suaminya, ia akan menikahinya dan bersedia untuk bersama-sama memerintah Kerajaan Samudera Pasai. Muncullah seorang Panglima Laot, pejabat kerajaan yang ditugaskan untuk mengurus perikanan yang menyatakan kesanggupannya untuk mengemban amanah. Berangkatlah ia bersama bala tentara Samudera Pasai untuk berperang melawan Raja Nakur.

Pada peperangan itu, pasukan Raja Nakur berhasil dikalahkan dan menyerah. Bahkan sang raja berjanji tidak akan melakukan permusuhan terhadap Kerajaan Samudera Pasai. Sebagai pemimpin sejati pun, Sultanah Nahrasiyah menepati janjinya dan menikahi Panglima Laot. Pada tahun 1409, karena sadar akan kewibawaannya, suami Sultanah Nahrasiyah mengantar upeti kepada raja China Ch’engestu yang terdiri dari berbagai hasil bumi dan diterima oleh raja Cina.

Pada tahun 1412, ia kembali ke Samudera Pasai, setibanya di kerajaan putra raja terdahulu yang sudah menginjak dewasa berhasil membunuh ayah tirinya yaitu Panglima Laot. Sosok Sultanah Nahrasiyah sendiri wafat pada 17 Dzulhijjah 831 H atau 1428 M. Pada makamnya terukir surat Yasin dengan kaligrafi indah dan ayat kursi yang termaktub dalam surat Al-Baqarah. Selain itu, di nisannya terdapat petikan kitab suci Al-Quran ayat 18 dan 19 Surat Ali Imran.

Namun sayang selama memerintah di Samudera Pasai, tak ada catatan sejarah dan bagaimana sepak terjang pemerintahan Sultanah Nahrasiyah ini. Meski begitu, ia sudah sudah menggoreskan konsep kesetaraan gender sejak lahirnya kerajaan Islam pertama di nusantara.

16. Rohana Kuddus dari Padang, Sumatera Barat

liputan6.com

Rohana Kuddus adalah wartawati pertama Indonesia yang lahir pada 20 Desember 1884. Pada 1911, Ruhana mendirikan sekolah Kerajinan Amai Setia di Koto Gadang. Saat aktif di bidang pendidikan, Ruhana menulis di surat kabar perempuan, Poetri Hindia.

17. Siti Hartinah (Ibu Tien Suharto)

Wikipedia

Raden Ayu Hj. Siti Hartinah, atau yang lebih dikenal dengan Ibu Tien Soeharto, adalah istri Presiden Indonesia kedua, Jenderal Besar Purnawirawan Soeharto.

Ibu Tien Soeharto dianugerahi gelar pahlawan nasional Indonesia tak lama setelah kematiannya. Siti Hartinah juga berpengaruh dalam pelarangan poligami bagi pejabat di Indonesia.

Sebagai penggerak Kongres Wanita Indonesia, ia mendesak perlunya larangan poligami yang akhirnya keluar dalam wujud Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1983 yang tegas melarang PNS untuk berpoligami dan juga UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Selain itu, ada juga wujud peninggalan dan gagasannya yang masih ada sampai saat ini, yakni Taman Mini Indonesia Indah Taman Buah Mekarsari, perpustakaan nasional, RSAB harapan kita, Museum dan lainnya.

Demikian pembahasan tentang pahlawan nasional wanita Indonesia. Dari semua pembahasan di atas, apakah ada pahlawan yang daerahnya sama dengan kamu?

Grameds bisa mendapatkan lebih banyak informasi dengan membaca buku yang tersedia di gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas kami selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Yufi Cantika Sukma Ilahiah

BACA JUGA:

  1. 5 Pahlawan Wanita Indonesia yang Patut Diteladani 
  2. Daftar Pahlawan Nasional Indonesia 
  3. 6 Pahlawan Kemerdekaan yang Sangat Menginspirasi 
  4. Daftar Pahlawan Revolusi Beserta Profil Singkatnya 
  5. Rekomendasi Buku Biografi Pahlawan Best Seller

About the author

Fandy A

Mengetahui hal-hal terbaru sangatlah menarik dan juga tidak ketinggalan dengan informasi terbaru. Ada banyak informasi terbaru yang selalu menarik untuk ditulis, salah satunya adalah biografi.