niat puasa ramadhan – Puasa Ramadhan merupakan ibadah wajib bagi seluruh umat muslim yang telah baligh dan berakal sehat. Agar sah, maka puasa Ramadhan harus dijalankan dengan memenuhi syarat tertentu, salah satunya adalah membaca niat puasa Ramadhan.
Niat puasa Ramadhan berbeda dengan puasa sunnah. Apabila pada puasa sunnah niat boleh dibaca hingga sebelum waktu zawal (tenggelamnya matahari), maka niat puasa Ramadhan wajib dibaca pada malam hari, sebelum waktu Subuh.
Lalu, bagaimana bacaan niat puasa Ramadhan yang benar sesuai dengan mazhab Malikiyyah, Hanafi, Syafii dan Hanbali? Berikut penjelasan lengkapnya.
Daftar Isi
Niat Puasa Ramadhan Menurut Mazhab Malikiyyah
Mazhab Malikiyyah memiliki pendapat berbeda tentang niat puasa Ramadhan. Menurut mazhab ini, niat puasa cukup dibaca satu kali saja pada malam pertama bulan Ramadhan untuk satu bulan penuh.
Hal ini dikarenakan puasa Ramadhan dianggap sebagai satu kesatuan ibadah yang dilakukan secara terus-menerus tanpa adanya jeda seperti puasa sunnah.
Bacaan Niat Puasa Ramadhan Mazhab Maliki
Arab:
نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى
Artinya:
“Aku niat berpuasa di sepanjang bulan Ramadhan tahun ini dengan mengikuti Imam Malik, fardhu karena Allah.”
Dengan niat ini, seseorang tidak perlu lagi memperbarui niat setiap malam. Pendapat ini juga bisa dipakai bagi yang lupa melafalkan niat harian.
Niat Puasa Ramadhan Menurut Mazhab Hanafi, Syafii dan Hanbali
Berbeda dengan mazhab Maliki, tiga mazhab lain yaitu Hanafi, Syafii dan Hanbali mewajibkan membaca niat puasa setiap malam sebelum adzan Subuh. Ada beberapa variasi bacaan niat, di antaranya:
- نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
- نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةَ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāna hādzihis sanata lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
- نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى
Bacaan latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i fardhi syahri Ramadhāni hādzihis sanati lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’ala.”
- نَوَيْتُ صَوْمَ رَمَضَانَ
Bacaan latin: Nawaitu shauma Ramadhāna
Artinya: “Aku berniat puasa bulan Ramadhan.”
- نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ مِنْ/عَنْ رَمَضَانَ
Bacaan latin: Nawaitu shauma ghadin min/’an Ramadhāna
Artinya: “Aku berniat puasa esok hari pada bulan Ramadhan.”
- نَوَيْتُ صَوْمَ الْغَدِ مِنْ هَذِهِ السَّنَةِ عَنْ فَرْضِ رَمَضَانَ
Bacaan latin: Nawaitu shaumal ghadi min hādzihis sanati ‘an fardhi Ramadhāna.
Artinya: Aku berniat puasa esok hari pada tahun ini perihal kewajiban Ramadhan.”
Keenam bacaan di atas boleh dipilih salah satu sesuai dengan kemampuan. Hal paling penting ketika membaca niat adalah dilakukan pada malam hari hingga sebelum matahari terbit.
Perbedaan Niat Puasa Ramadhan Berdasarkan Mazhab
- Mazhab Maliki: Cukup dibaca sekali pada malam pertama bulan Ramadhan.
- Mazhab Hanafi, Syafii dan Hanbali: Niat harus dibaca setiap malam sebelum menjelang Subuh.
Kedua perbedaan tersebut tidak menjadikan ibadah puasa batal, selama niat tetap dibaca di dalam hati. Akan tetapi, melafalkan niat akan membantu memberikan kesadaran ibadah yang lebih besar.
FAQ Niat Puasa Ramadhan
1. Apakah niat puasa Ramadhan harus dilafalkan secara lisan?
Niat puasa tidak wajib dibaca secara lisan, karena niat tempatnya di hati. Akan tetapi dianjurkan untuk melafalkan dengan lisan agar mendapat kesadaran ibadah lebih.
2. Bolehkan niat puasa dibaca setelah adzan Subuh?
Tidak diperbolehkan, dikarenakan niat puasa wajib adalah sejak malam hingga sebelum matahari terbit.
3. Bagaimana jika lupa membaca niat puasa Ramadhan?
Menurut mazhab Syafii, puasa seseorang tidak sah apabila tidak membaca niat. Akan tetapi menurut mazhab Maliki, niat cukup dibaca pada malam pertama awal Ramadhan untuk satu bulan penuh.
4. Niat puasa Ramadhan dibaca pada saat apa?
Niat puasa Ramadhan wajib dilakukan di malam hari, yaitu setelah matahari terbenam hingga sebelum matahari terbit atau sebelum masuk waktu sholat Subuh.
5. Apa bacaan niat puasa bayar hutang Ramadhan?
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى
Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta’âlâ.
Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”
Kesimpulan
Niat puasa Ramadhan adalah syarat sah yang tak boleh ditinggalkan. Setiap mazhab memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai tata cara serta waktu membaca niat, akan tetapi kelimanya memiliki tujuan yang sama yaitu agar ibadah dilakukan dengan benar.
Berikut kesimpulan dari niat puasa Ramadhan berdasarkan kelima mazhab dalam Islam dan ringkasan perbedaan serta persamaannya:
- Mazhab Malikiyyah: Bacaan niat hanya dilafalkan satu kali pada malam pertama bulan Ramadhan untuk satu bulan penuh.
- Mazhab Hanafi, Syafii, Hanbali: Niat wajib dibaca pada setiap malam sebelum waktu Subuh atau terbit fajar.
- Kesamaan: Niat wajib dibaca, tidak wajib dilafalkan secara lisan akan tetapi dianjurkan untuk menambah kesadaran beribadah.
- Waktu membaca: Waktu membaca niat yang tepat adalah di malam hari hingga sebelum terbitnya fajar. Apabila lupa menurut mazhab Syafii tidak sah, namun menurut Maliki puasa tetap sah dengan niat awal di malam pertama.
Rekomendasi Buku Tentang Puasa
1. Tuntunan Puasa,Tarawih & Shalat Idul Fitri – Abdul Malik Karim Amrullah
Bulan Ramadhan adalah momen yang paling ditunggu umat Islam—bulan penuh berkah, ampunan, dan kesempatan buat memperbaiki diri. Selama sebulan penuh, umat Muslim menjalankan puasa, shalat Tarawih, dan berbagai amalan baik yang jadi ciri khas bulan suci ini, sebelum akhirnya menyambut kebahagiaan Idul Fitri.
Lewat karyanya, Prof. Hamka mengajak kita buat menjalani Ramadhan bukan cuma sebagai rutinitas, tapi dengan hati yang ikhlas dan sesuai ajaran Islam. Beliau menekankan gimana setiap ibadah, dari yang wajib sampai yang sunnah, bisa membawa perubahan besar dalam diri kita—membentuk pribadi Muslim yang utuh dan lebih baik.
Menariknya lagi, Prof. Hamka juga menggambarkan suasana khas masyarakat Indonesia selama Ramadhan: dari semangat beribadah, budaya buka puasa bersama, sampai suasana hangat jelang Lebaran. Semua dikemas dengan gaya yang ringan tapi tetap berpijak pada Al-Qur’an dan As-Sunnah, bikin buku ini terasa hidup, bermakna, dan relevan buat siapa pun yang ingin meresapi keindahan bulan suci Ramadhan.
2. Kitab Puasa Imam Al-Ghazali & Syekh Izzuddin Bin Abdussalam – Imam al-Ghazali
Kitab Puasa hadir sebagai tuntunan lengkap berbagai masalah fiqih kontemporer seputar puasa yang disusun berdasarkan rujukan karya para ulama. Menariknya lagi, buku ini tidak hanya membahas puasa dari aspek hukum Islam (fikih) saja. Akan tetapi dapat dilihat aspek spiritualnya (tasawuf).
Imam al-Ghazali banyak membedah sisi ruhani di balik rahasia puasa. Sedangkan Syekh Izzuddin bin Abdussalam membahas aspek hukum Islam puasa berlandaskan Al- Quran dan sunnah Nabi. Sebuah kolaborasi yang sangat dahsyat dari dua ulama hebat agar ibadah puasa kita diterima dan diridhai Allah swt.
5 Hal Menarik yang Dipelajari Buku Ini :
- Tuntunan fikih dan tinjauan aspek tasawuf puasa
- Keutamaan dan amalan berpuasa
- Etika dalam menjalankan ibadah puasa
- Waktu dan sesuatu yang dianjurkan/dilarang dalam puasa
- Tanya jawab persoalan puasa masa kini
3. Panduan Ibadah Puasa Wajib dan Sunnah – H. Ahmad Zacky, S.Ag., M.A.
Buku “Panduan Puasa Wajib dan Sunnah” jadi teman lengkap buat siapa pun yang ingin memahami ibadah puasa dari A sampai Z. Ditulis dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, buku ini nggak cuma membahas puasa dari sisi wajib dan sunnah, tapi juga menjawab berbagai pertanyaan yang sering muncul di zaman sekarang—mulai dari hukum suntik insulin dan infus saat puasa, sampai penggunaan pil penunda haid.
Pembaca diajak mengenal lebih dalam tentang sejarah puasa, syarat dan rukun yang harus dipenuhi, hal-hal yang membatalkan maupun tidak membatalkan puasa, sampai hikmah kesehatannya. Nggak ketinggalan, buku ini juga membahas panduan salat Tarawih dan Witir, lengkap dengan berbagai pendapat ulama soal jumlah rakaat yang sering jadi perbincangan di masyarakat.
4. Rahasia dan Keutamaan Puasa Sunah – Abdul Wahid, M.Ud
Buku ini membahas semua hal tentang puasa sunnah secara ringkas tapi lengkap. Mulai dari adab dan tata cara berpuasa, syarat-syaratnya, sampai hikmah dan keutamaannya, disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami. Cocok buat siapa pun yang ingin memperdalam makna ibadah puasa dan merasakan indahnya kedekatan dengan Allah lewat amalan sederhana namun penuh berkah ini.





