Psikologi

Pengertian Bystander Effect: Latar Belakang, Proses & Penyebab

Pengertian Bystander Effect
Written by Sevilla Nouval

Pengertian Bystander Effect – Hai, Grameds, kali ini kita akan membahas suatu fenomena yang sering sekali kita jumpai. Pernahkah kalian melihat kejadian kecelakaan sehingga banyak orang berkerumun, namun sedikit yang ikut terlibat dalam menolong? Jika kalian pernah melihat kejadian semacam ini, maka fenomena tersebut disebut juga dengan Bystander effect. Wah, apa itu Bystander effect? Secara singkat Bystander effect dapat diartikan sebagai fenomena kecenderungan psikologi sosial yang enggan menolong jika berada dalam kondisi darurat, namun banyak orang lain di sekitarnya. Semakin banyak ditemukan keberadaan orang lain, maka semakin kecil keberadaan banyak orang lain tersebut membantu seseorang dalam situasi darurat. Tentunya hal tersebut membuat kita bingung harus memilih melakukan sikap yang bagaimana ya, Grameds. Nah, agar semakin jelas, yuks kita simak penjelasan di bawah ini!

Pengertian Bystander effect

Istilah Bystander effect diambil dari bahasa Inggris. Bystander artinya pengamat, sedangkan effect berarti efek. Dengan demikian, arti dari bystander effect adalah efek pengamat.

Sementara secara istilah, bystander effect dapat diartikan sebagai sebuah fenomena dalam psikologi sosial di saat seseorang mengalami kesulitan sehingga membutuhkan pertolongan namun tidak ada orang yang membantunya. Orang-orang yang mengetahui kesulitan tersebut hanya mengamati dan tidak berbuat apapun. Mereka beranggapan masih ada orang lain yang akan membantu orang yang sedang kesulitan tersebut.

Akan tetapi, orang-orang yang ada di dekatnya memiliki pemikiran yang sama. Mereka sama-sama berasumsi bahwa akan ada orang lain yang menolongnya. Akibatnya, masing-masing orang berharap ada orang lain selain dirinya yang memberikan bantuan kepada orang yang kesulitan.

Bystander effect menunjukkan bahwa kehadiran orang lain dapat menghambat seseorang untuk membantu sesamanya yang sedang berada dalam kesulitan. Penelitian mengenai ini mengatakan bahwa kehadiran orang lain seakan memanipulasi keadaan sehingga akan ada orang lain yang menolong. Sayangnya fenomena ini selalu terjadi di setiap zaman dan diwariskan ke generasi berikutnya.

Pengertian Bystander Effect

Latar Belakang Terjadi Bystander Effect

Bystander effect sering disebut juga sebagai efek pengamat. Bystander effect untuk pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog aliran sosial yang bernama Bib Latane dan John Darley. Kedua psikolog ini melakukan penelitian pada suatu kasus besar di Amerika Serikat tentang suatu pembunuhan.

Kasus pembunuhan tersebut terjadi pada seorang wanita yang memiliki nama Kitty Genovese. Kejadian ini terjadi kira-kira pada tahun 1964 silam. Saat itu, Kitty selesai melakukan pekerjaannya dan hendak pulang.

Pada waktu tengah malam itu, ia berjalan kaki hingga di tengah jalan bertemu dengan beberapa kelompok penjahat. Kitty diserang sekaligus dilecehkan oleh sekelompok penjahat tersebut. Ia tak dapat berkutik dan melakukan apapun pada situasi itu.

Anehnya, tragedi tersebut disaksikan sebanyak 38 orang di sekitarnya. Namun, sedikit yang memiliki empati untuk menolong Kitty. Sedangkan para penjahat tersebut telah dulu menodong dan menusuk Kitty menggunakan pisau, hingga ia tewas terbunuh.

Dua minggu setelah kematian Kitty tersebut, New York Times melaporkan bahwa tak ada seorang pun yang berani menolong Kitty pada kejadian itu. Padahal kondisinya banyak orang yang melihat. Oleh sebab itu, kasus ini menjadi dasar lahirnya istilah bystander effect.

Kemudian banyak penelitian dilakukan untuk mengungkap sikap kecenderungan individu yang tergolong tidak empati tersebut. Kasus-kasus yang terjadi dijadikan bahan oleh para psikolog untuk menciptakan suatu teori pasti dari fenomena yang terjadi. Hingga semua orang meyakini adanya fenomena bystander effect di tengah kehidupan bermasyarakat.

Proses Terjadinya

Sebuah jurnal ilmiah yang berjudul From empathy to apathy: The bystander effect revisited menjelaskan bahwa terdapat lima proses terjadinya bystander effect. Lima proses tersebut adalah adanya keadaan darurat, menangkap perhatian individu, mengevaluasi apakah keadaan layak dikatakan darurat, memutuskan tanggung jawab dan kepercayaan akan kompetensi diri sendiri, dan akhirnya membuat keputusan untuk membantu atau tidak.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Jika dilihat dari sudut pandang orang luar, mungkin kalian akan menilai betapa egoisnya orang-orang yang enggan memberikan pertolongan. Namun perlu disadari, hal tersebut bisa saja terjadi di sekitar kalian. Bystander effect dapat terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Internal (Dalam Diri)

a. Perasaan atau Mood

Perasaan bisa berupa perasaan positif dan perasaan negatif. Perasaan positif dapat mendorong seseorang untuk menjalin komunikasi yang baik dengan sesamanya. Orang yang diliputi oleh perasaan positif lebih mudah untuk menolong orang lain yang berada dalam kesulitan.

Sementara itu, seseorang yang diliputi oleh perasaan negatif, cenderung memiliki perilaku yang inkonsisten. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Duane Theodore Wegener dan Richard E. Pretty, perasaan negatif pada seseorang cenderung meningkatkan bystander effect dalam dirinya. Seseorang yang sedang memiliki perasaan negatif lebih fokus pada masalah yang sedang dihadapinya.

Dengan demikian, perasaan negatif atau bad mood dapat menurunkan kecenderungan seseorang untuk memberikan pertolongan. Ia lebih menarik diri dari aktivitas yang prososial. Oleh karena itu, penting bagi kalian untuk menjaga agar kehidupan kalian lebih banyak diliputi oleh perasaan yang positif.

Namun demikian, berkaitan dengan kecenderungan menolong orang lain, tidak semua individu merasakan dampak negatif bad mood. Pada beberapa orang, mereka justru memiliki kecenderungan untuk merasa lebih baik dengan menolong orang yang kesulitan. Jika dilihat dari sudut pandang ini, bad mood justru memiliki dampak positif.

b. Karakter

Beberapa penelitian mengungkapkan adanya hubungan antara karakter bawaan seseorang dengan kecenderungan untuk menolong orang lain yang berada dalam kesulitan. Biasanya orang yang mempunyai sifat pemaaf dan dermawan cenderung lebih mudah tergerak untuk menolong orang lain. Maka tidak mengherankan jika kalian memiliki teman yang dengan mudah turun tangan ketika ada seseorang yang kesulitan.

c. Agama

Keyakinan yang mendalam pada Tuhan Yang Maha Esa mendorong seseorang untuk melakukan kebaikan dan menjauhi perbuatan yang buruk. Keimanan mengantarkan seseorang untuk berbuat baik sehingga ia mendapatkan ganjaran berupa pahala dan hal ini memotivasi bagi para pemeluk agama. Amal kebaikan dapat dilakukan secara vertikal, yakni langsung kepada-Nya, maupun secara horizontal, ke sesama makhluk-Nya.

Salah satu kebaikan yang dilakukan secara horizontal adalah dengan menolong orang-orang yang sedang mengalami kesulitan. Hal ini pernah diteliti oleh George Horace Gallup dengan objek orang-orang yang berada di Amerika Serikat. Pada penelitian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa agama memberikan pengaruh yang cukup signifikan.

Ia mendapati 12% warga Amerika Serikat termasuk orang yang taat dalam menjalankan ajaran agamanya. Dari jumlah tersebut, 45% di antara mereka aktif dalam membantu pekerjaan sosial. Sedangkan dari golongan yang tidak termasuk taat beragama, hanya 22% dari mereka yang ikut serta dalam pekerjaan sosial.

d. Jenis Kelamin

Dalam tulisan ilmiahnya, Sarwono dan Meinarno menyebutkan bahwa Deaux, Dane, dan Wrightsman pernah melakukan penelitian yang membahas tentang hubungan antara jenis kelamin seseorang dengan kemauan untuk menolong orang lain. Dalam penelitian tersebut, disebutkan bahwa laki-laki cenderung lebih bersedia untuk terlibat dalam aktivitas tolong-menolong dalam kondisi darurat yang dianggap berbahaya.

Sementara itu, peran wanita dalam menolong juga tidak bisa diremehkan. Walaupun secara persentase laki-laki lebih mudah untuk memberikan pertolongan, para wanita biasanya memberikan pertolongan di sisi yang jarang disentuh oleh laki-laki. Wanita lebih banyak menolong dalam hal emosi, mengasuh, merawat, dan kasih sayang.

e. Usia

Meskipun ada ungkapan yang berbunyi menua itu kepastian, namun dewasa itu pilihan, pada umumnya usia mempengaruhi kecenderungan seseorang untuk menolong sesamanya. Pertambahan usia, menjadikan manusia untuk lebih mudah menerima norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat tanpa banyak protes. Hal ini menunjukkan adanya korelasi positif antara usia dengan kemauan untuk menolong orang lain.

2. Faktor Eksternal (Luar Diri)

Selain faktor internal yang berasal dari diri sendiri, beberapa faktor lainnya bisa jadi datang karena adanya faktor-faktor eksternal. Berikut ini merupakan faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi bystander effect:

a. Tanggung Jawab yang Tersebar

Saat kalian berada di tengah kumpulan banyak orang, mungkin kalian berfikir ada banyak orang yang akan menolong orang yang berada dalam keadaan bahaya. Pemikiran dan perasaan ini muncul karena adanya tanggung jawab yang dipikul oleh banyak orang di sekitar. Hal ini menjadikan tanggung jawab tersebut tersebar ke banyak orang.

Akan berbeda ceritanya jika kalian seorang diri di suatu tempat. Di saat yang bersamaan, ada seseorang yang sedang berada dalam keadaan bahaya. Tanggung jawab untuk menolong hanya terpusat pada kalian karena tidak ada orang lain. Mau tidak mau, kalian harus menolong orang tersebut.

b. Kesamaan

Tidak jarang adanya kesamaan antara penolong dan orang yang ditolong memberikan pengaruh yang cukup kuat. Kesamaan ras, agama, suku, hobi, kelompok, dan lainnya dapat mendorong seseorang untuk menolong. Hal ini dikarenakan adanya rasa senasib karena adanya kemiripan antara kedua belah pihak.

c. Perasaan Takut Dinilai

Perasaan takut dinilai bisa diartikan sebagai keinginan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Hanya saja, di sisi lain, muncul perasaan takut dinilai orang lain telah melakukan sesuatu yang salah, bodoh, atau memalukan. Selain itu, adanya kemungkinan salah tafsir dari khalayak umum dapat mengurangi kemauan untuk menolong orang lain.

d. Desakan Waktu

Orang yang sedang santai pada umumnya memiliki waktu yang cukup banyak. Oleh karena itu, mereka lebih mudah untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. Sebaliknya, orang yang sibuk cenderung tergesa-gesa dan tidak memiliki waktu untuk menolong orang lain.

e. Tingkat Bahaya dalam Keadaan Darurat

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa keadaan darurat mengurangi jumlah bystander effect. Kesediaan untuk menolong orang lain biasanya memenuhi aspek korban memang benar-benar membutuhkan pertolongan dan korban layak mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. Kedaruratan dapat mengurangi keambiguan keadaan.

Pengertian Bystander Effect

Penyebab Bystander Effect

Suatu fenomena yang terjadi memungkinkan adanya penyebab dibaliknya. Sama halnya dengan fenomena bystander effect, pastinya ada beberapa penyebab terkait yang mendasari. Berikut adalah tiga penyebab utama dari bystander effect yang dikutip dari buku Social Psychology Eighth Edition 2018, karya Michael dan Graham Vaughan:

1. Ketidaktahuan seseorang harus berbuat apa

Banyaknya orang pada situasi darurat membuat individu menjadi bingung harus berbuat apa. Hal ini dikarenakan efek pengamat yang terjadi menghasilkan pemikiran bahwa tanggung jawab menolong dilimpahkan pada orang lain. Sebab banyak orang yang berada ada situasi tersebut, berbeda jika individu dalam kondisi sendirian, respon spontan untuk menolong sangat cepat karena ia tahu bahwa hanya dirinya saja yang bisa menolong.

2. Social Blunders

Social blunders berkaitan dengan citra diri seseorang. Kaitannya dengan bystander effect sendiri adalah seseorang enggan memberikan pertolongan karena takut salah dan hal tersebut berkaitan dengan citra diri di depan banyak orang. Daripada malu dan takut berbuat salah, maka individu tersebut memilih untuk tidak merespon kejadian apapun di sekitarnya meskipun kondisi darurat.

3. Social Influence

Saat seseorang memilih untuk tidak menolong, maka hal tersebut akan mempengaruhi psikologi orang lainnya. Hal ini menyebabkan orang lain juga ikut untuk tidak menolong dan beraksi apapun jika terjadi situasi darurat. Selain itu, pengaruh seseorang ini timbul karena adanya kondisi saling mengamati satu sama lain.

Perilaku Bystander Effect di Kota Besar

Bystander effect dapat dialami oleh siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Psikologi sosial menyatakan bahwa kecenderungan seseorang untuk menolong orang lain akan lebih besar jika tidak ada orang lain di sekitarnya. Sebaliknya, jika ada banyak orang di sekelilingnya, kecenderungan orang untuk menolong sesamanya akan berkurang.

Eksperimen yang dilakukan oleh John M. Darley dan Bibb Latane menunjukkan, jika hanya ada satu orang di lokasi terjadinya bahaya, kemungkinan orang tersebut untuk menolong orang lain sebesar 85%. Hal ini karena dia adalah satu-satunya orang yang memiliki tanggung jawab untuk menolong. Tidak ada orang lain yang dapat ia beri tanggung jawab.

Sebaliknya, jika terdapat banyak orang di lokasi terjadinya bahaya, kemungkinan orang-orang untuk menolong hanya sebesar 31%. Tentu prosentase tersebut sangat jauh dibanding kasus sebelumnya. Mayoritas saksi merasakan kecemasan, namun aksi nyata yang mereka hanya sedikit, bahkan hampir tidak ada.

Pengertian Bystander Effect

Kesimpulan

Setelah membaca serangkaian penjelasan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa bystander effect merupakan suatu fenomena dimana seseorang enggan peduli dan menolong orang lain yang membutuhkan. Hal ini terjadi karena individu tersebut beranggapan masih ada banyak orang yang berada pada situasi itu dapat menolong. Situasi ini menjadi tidak benar, manakala semua orang memiliki pemikiran semacam itu, sehingga tidak ada penolong satu pun pada orang yang membutuhkan.

Selain itu, bystander effect merupakan masalah psikologi yang terjadi pada diri individu. Hal ini sangat bertentangan dengan konsep empati individu sebagai makhluk sosial. Kemudian jika fenomena ini berlanjut, maka akan menyebabkan sikap anti sosial yang tumbuh pada diri masyarakat.

Tentunya kita tidak ingin hal itu terjadi ya, Grameds. Sebab sikap anti sosial membuat tatanan dalam kehidupan bermasyarakat akan menjadi sirna. Selain itu, orang akan lebih suka cenderung hidup dalam individualitas dan merasa berkuasa atas segala yang berhubungan dengan dirinya atau egois.

Untuk itu perlu adanya kesadaran sosial untuk meminimalisir fenomena bystander effect tersebut. Nah, agar lebih jelas lagi, Grameds juga dapat membaca buku-buku terkait bystander effect di Gramedia, loh. Gramedia akan terus menjaga semangat untuk menjadi #SahabatTanpaBatas dengan menyajikan buku-buku terbaik untuk kalian semua.

Penulis: Mutiani Eka Astutik

BACA JUGA:

  1. Déjà vu: Pengertian, Sebab, dan Teori 
  2. Duck Syndrome: Gejala Gangguan Psikologi dengan Pura-Pura Bahagia 
  3. Pengertian Narsisme & Memahami Fenomena Narsisme Milenial 
  4. Waspada Trust Issue! Pahami Gejala, Penyebab, & Cara Mengatasinya 
  5. Self Diagnosis: Pengertian, Ciri, Bahaya, dan Cara Mengatasinya 

About the author

Sevilla Nouval

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Instagram saya Sevilla