Bahasa Indonesia Pendidikan

Abstraksi adalah Struktur Teks Anekdot, Simak Serba Serbi Lainnya!

abstraksi adalah
Written by Gilang P

Pengertian Abstraksi Dan Serba-serbi Teks Anekdot Lainnya – Dalam teks anekdot, terdapat salah satu struktur atau unsur pembentuk yang biasa disebut dengan abstraksi. Abstraksi yaitu cerita pembuka yang akan menggambarkan situasi awal atau latar belakang dari cerita.

Supaya semakin paham tentang pengertian abstraksi dalam struktur teks anekdot, mari simak penjelasan selengkapnya dalam artikel berikut ini.

Pengertian Abstraksi Dalam Teks Anekdot

abstraksi adalah

https;//www.pexels.com

Abstraksi adalah struktur teks anekdot yang diletakan pada posisi paling awal dari teks tersebut. Maka dari itu, abstraksi dapat juga disebut sebagai tahap pembukaan dan memiliki sifat opsional. Opsiinal sendiri berarti pilihan atau dalam kasus ini, berarti untuk penggunaan abstraksi dalam teks anekdot adalah tidak wajib.

Abstraksi diletakan di awal paragraf karena berfungsi untuk menggambarkan mengenai teks anekdot secara umum supaya pembaca bisa membayangkan. Umumnya, bagian abstraksi ini menunjukkan hal unik yang terdapat dalam sebuah teks anekdot.

Apa Itu Teks Anekdot?

Teks anekdot sendiri adalah cerita singkat yang lucu dengan tujuan untuk mengkritik dengan cara melemparkan sindiran kepada individu ataupun kelompok.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, anekdot memiliki pengertian yaitu cerita singkat yang menarik karena lucu serta mengesankan, biasanya perihal orang yang penting atau orang yang terkenal dan berdasarkan atau menyerupai dengan kejadian yang sebenarnya.

Kebanyakan teks anekdot di Indonesia bersifat lucu. Akan tetapi, secara umum, teks anekdot tidak selalu bersifat lucu, tetapi harus singkat dan menarik.

republik rakyat lucu - abstraksi adalah

Teks anekdot pada umumnya berisi kritikan atau sindiran yang ditujukan kepada para tokoh penting dan terkenal setelah para tokoh tersebut melakukan suatu tindakan yang salah, memalukan, atau menyeleweng sehingga pantas untuk mendapat sindiran, kritikan, dan ditertawakan.

Secara umum, teks anekdot dapat berupa refleksi yang bahkan mengandung nuansa atau memiliki sifat religius. Tujuan utama dari teks anekdot sendiri adalah untuk memberikan sebuah gambaran bagi masyarakat, khususnya pada pelayanan publik di berbagai bidang seperti bidang hukum, bidang sosial, bidang politik, dan juga bidang lingkungan.

Teks anekdot pada umumnya memiliki 3 jenis bentuk yakni artikel, cerita pendek, dan teks dialog.

Pada masanya, teks anekdot bisa ditemukan di berbagai media cetak seperti majalah, koran, dan lainnya. Meskipun begitu, seiring berjalannya waktu, teks anekdot mulai merambah ke barbagai laman media social sehingga tetap dapat dinikmati oleh generasi masa kini.

Ciri-Ciri Teks Anekdot

Disadur dari situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), teks anekdot biasanya menggunakan tata kebahasaan yang mempunyai fungsi untuk memberikan keterangan waktu di masa lampau atau masa lalu, menggunakan kata-kata yang seru untuk menunjukkan ekspresi khusus seperti terkagum, terkejut, dan lain-lain.

Selain itu, teks ini juga sering kali menggunakan ungkapan bahasa seperti kata, frasa, kalimat yang maknanya dianggap lucu dan dapat membuat orang tergelitik. Adapun ciri-ciri dari teks anekdot yang lainnya, yakni:

  • Menghibur serta menggelikan atau mengundang gelak tawa dari para pendengarnya atau pembacanya.
  • Tidak menyinggung perasaan dari pembaca atau pendengar yang diceritakan karena anekdot merupakan kritik halus.
  • Dapat memberikan inspirasi bagi para pembaca atau pendengar untuk menyampaikan protes atas ketidaksetujuan dengan cara yang halus dan santun.
  • Sebagai sarana atau media penyampaian pandangan, aspirasi dan humor ke masyarakat.
  • Menggunakan tokoh-tokoh yang bisa diidentifikasi di dalam kehidupan sehari-hari.
  • Mempunyai sifat humoris, menggelitik, lucu, lelucon tetapi menyindir.

Struktur Teks Anekdot

abstraksi adalah

https;//www.pexels.com

Tidak semua cerita yang mempunyai unsur lucu, menggelitik, dan juga konyol termasuk ke dalam kategori teks anekdot. Hal yang dapat membedakan teks anekdot dengan teks humor yang lainnya ialah teks anekdot mempunyai pesan moral serta memiliki struktur untuk membentuk teks tersebut. Berikut struktur dari teks anekdot:

1. Abstraksi

Abstraksi berada di awal paragraf teks anekdot atau sebagai pembuka dari teks anekdot. Bagian abstraksi memberikan gambaran atau penjelasan mengenai latar belakang dan gambaran umum dari teks tersebut. Dengan adanya abstraksi memiliki tujuan untuk memberikan ilustrasi keseluruhan isi teks kepada pembaca maupun pendengar.

2. Orientasi

Orientasi memberikan penjelasan perihal latar belakang terjadinya peristiwa utama dalam cerita anekdot bisa terjadi. Bagian inilah yang menjadi penyebab munculnya krisis atau komplikasi di bagian selanjutnya.

3. Krisis atau Komplikasi

Krisis adalah bagian dari teks anekdoy yang membahas mengenai masalah utama di dalam cerita. Biasanya dalam krisis terdapat kekonyolan yang dapat mengundang rasa geli. Bagian krisis pada intinya mengandung kritikan yang ingin disampaikan dari penulis kepada para pembaca.

4. Reaksi

Bagian reaksi berisikan respons atau tanggapan dari krisis yang telah terjadi pada bagian sebelumnya. Biasanya reaksi berupa solusi atau penyelesaian atas masalah yang telah terjadi.

5. Koda

Koda merupakan kesimpulan dari teks anekdot. Bagian koda menandakan akhir dari sebuah cerita. Biasanya. Koda berupa komentar penulis atau penjelasan ulang mengenai maksud dari cerita yang telah disampaikan.

Penulisan Teks Anekdot

Penulisan teks anekdot biasanya mempunyai suatu ciri tertentu, apabila dilihat dari segi kebahasaannya. Berikut ciri-ciri kebahasaan teks anekdot:

komikin ajah - abstraksi adalah

  • Menggunakan kata yang menunjukkan keterangan waktu lampau, misalnya dahulu, kemarin, bulan lalu, tahun lalu, waktu itu, dan lain-lain.
  • Menggunakan konjungsi atau kata pengubung. Konjungsi yang digunakan ada tiga bentuk yaitu konjungsi antar kata yang satu dengan kata yang lain, konjungsi antar kalimat yang satu dengan kalimat yang lain, serta konjungsi antar paragraf yang satu dengan paragraf yang lain.
  • Terdapat penggunaan verba atau kata kerja, contoh: meulis, tertawa, berlari, terkejut, dan lain-lain.
  • Urutan peristiwa berdasarkan pada kronologis atau waktu.
  • Menggunakan jenis pertanyaan yang bersifat retorik. Retorik yaitu kalimat pertanyaan yang tidak diharuskan untuk dijawab.
  • Menggunakan kalimat perintah, misalnya: ambilah, larilah, tulislah, perhatikanlah, dan lain-lain.
  • Menggunakan kalimat seru. Khususnya untuk anekdot yang disajikan dengan bentuk dialog, penggunaan kalimat langsung biasanya sangat dominan.
  • Ceritanya berisi peristiwa-peristiwa yang membuat kesal
  • Anekdot terkadang mempunyai sifat sebagai sindiran alami.

Contoh Teks Anekdot Beserta Strukturnya

abstraksi adalah

https;//www.pexels.com

1. Cara Sapi Membaca Buku

Abstraksi

Alkisah, seorang raja bernama Watu Geni menghadiahi Slamet seekor sapi. Lalu, Slamet menerimanya dengan senang hati.

Orientasi

Meski demikian, Watu Geni memberi syarat yaitu Slamet harus mengajari terlebih dahulu sapi itu supaya bisa membaca. Watu Geni memberikan batas waktu empat belas hari sejak sapi itu diberikan kepada Slamet. Jika Slamet tidak bisa mengajarkan sapi tersebut untuk membaca, Slamet akan mendapatkan sebuah hukuman.

Slamet menerima syarat itu dan berlalu. Sambil menuntun sapi itu, ia memikirkan apa yang akan ia lakukan. Jika ia bisa mengajari sapi itu untuk membaca, tentu saja ia akan menerima hadiah. Walau begitu, jika tidak, maka hukuman pasti akan dikenakan kepadanya.

Empat belas hari kemudian Slamet pergi ke istana. Tanpa banyak bicara, Watu Geni langsung menunjuk ke arah buku besar supaya Slamet segera mempraktikkan apa yang telah ia ajarkan kepada sapinya. Slamet lalu menggiring sapinya untuk menghadap ke arah buku tersebut, lalu membuka sampulnya.

Krisis

Si sapi menatap buku tersebut. Kemudian secara ajaib, tak lama kemudian Si sapi mulai membuka buku besar tersebut dengan lidahnya. Terus menerus, lembar demi lembar hingga sampai ke halaman yang terakhir.

Reaksi

Setelah itu, si sapi menatap Slamet seakan mengatakan bahwa ia telah membaca semua isi dari buku tersebut.

“Demikianlah, sapiku sudah selesai membaca semua lembar bukunya,” kata Slamet.

Watu Geni merasa ada yang janggal tidak beres dan ia mulai melakukan interogasi. Ia merasa kagum dan memberi hadiah kepada Slamet. Walau demikian, ia meminta jawaban “Bagaimana caramu untuk mengajari sapi membaca?”

Slamet bercerita, “Sesampainya di rumah, aku menyiapkan lembaran-lembaran besar yang mirip dengan buku. Lalu, ku sisipkan biji-biji gandum dan rerumputan di dalamnya. Sapi itu harus belajar membalik-balik halaman sendiri untuk dapat memakan biji-biji dan rumput itu, kalau tidak ditemukan biji gandumnya ia harus membalik ke halaman yang berikutnya. Itulah yang sapi itu lakukan terus hingga ia terlatih membalik-balik halaman buku itu.”

“Akan tetapi, bukankah ia tidak mengetahui apa yang dibacanya?” tukas Watu Geni.

Slamet menjawab, “Memang demikianlah cara sapi membaca, hanya membalik-balik halaman tetapi tidak mengetahui mengerti isinya.”

Koda

“Jadi kalau kita juga hanya sekadar membuka-buka buku tanpa mengerti isinya, berarti kita sama bodohnya dengan seekor sapi, bukan?” kata Slamet dengan mimik wajah yang serius.

2. Hukuman Pencuri Sandal Vs Koruptor

Abstraksi

Di suatu pagi yang indah, Adi sedang asyik menyantap makanan yang ia sukai yaitu pecel, di warung langganan sebelah Masjid Ad Da’wah. Setelah merasa cukup kenyang, Adi kemudian berdiri dari duduknya dan beranjak pulang menuju ke rumah.

Orientasi

Dalam perjalanan pulang menuju ke rumah, tidak di sangka tiba-tiba Adi tertimpa sebuah musibah. Adi terserempet oleh kelompok pemuda pengendara motor yang melaju dengan sangat kencang dan ugal-ugalan. Kejadian tersebut mengakibatkan Adi terjatuh ke jalan.

Tidak ada luka berat yang di alami oleh Adi, tetapi yang membuatnya merasa marah ialah tali sandalnya putus dan tidak dapat digunakan kembali.

Dengan rasa penuh marah, Adi terpaksa pulang menuju rumah dengan berjalan tetapi dengan tidak menggunakan sandal. Karena jarak rumah yang masih lumayan jauh, di tengah perjalanan Adi merasakan sakit pada kaki karena tidak menggunakan sandal. Adi pun memutuskan untuk membeli sandal di toko terdekat.

Sesampainya di toko terdekat, Adi mulai melihat-lihat dan bertanya merek dan jenis sandal serta harganya. Meski begitu, lagi-lagi nasib sial sedang berpihak padanya. Saat Adi melihat isi dompetnya ternyata tidak ada satu pun merek sandal yang harganya sesuai dengan uang yang ia miliki. Dengan perasaan sangat kecewa, Adi pun melanjutkan perjalanannya untuk menuju ke rumah tanpa menggunakan sandal.

Krisis

Adi melintas di Masjid Ad Da’wah dan dia melihat banyak sandal yang ditinggalkan oleh para pemiliknya untuk berjamaah. Kemudian, tanpa berpikir panjang Adi langsung mengambil sandal yang paling ujung yang ada di Masjid Ad Da’wah tersebut.

Malangnya nasib Adi ketika mengambil sandal. Sang pemilik mengetahui bahwa sandalnya diambil oleh Adi. Adi pun langsung dikejar oleh pemilik sandal tersebut. Sang pemilik sandal kemudian membawa Adi ke kantor polisi terdekat atas tindakan kriminalitas yang telah dilakukannya.

Setelah dilakukan penyeledikian, Adi diberikan sanksi dengan pasal pencurian, lalu kasusnya akan disidangkan dalam satu pekan kedepan. Malang sekali nasib Adi, hanya perkara sepele saja bisa membuatnya dibawa menghadap ke meja hijau.

Respons

Akhirnya telah tiba hari persidangan, Adi berada di tempat duduk untuk tersangka dibarengi dengan muka yang tertunduk.

Hakim : Baiklah, Adi, umur 21 tahun, saudara ternyata ketahuan mencuri sandal seharga 50.000 rupiah. Oleh sebab itu, Anda akan dikenakan sanksi 5 tahun penjara.

Adi: Loh? Pak, ini tidak adil untuk saya, mengapa hukuman saya lebih berat daripada hukuman kepada koruptor?

Koda

Lalu hakim menjelaskan kepada Adi bahwa ia mencuri sandal dan merugikan seseorang dengan nilai 50.000 rupiah saja. Sementara para koruptor melakukan korupsi uang senilai 3 miliar, dan itu sama saja merugikan 200 juta rakyat Indonesia.

Nah, apabila dihitung-hitung, koruptor hanya membuat rugi 15 rupiah saja untuk masing-masing orang. Dengan begitu, kerugian yang dilakukan oleh Adi lebih besar dibandingkan tindak kriminal yang dilakukan oleh para koruptor.

3. Hukum Penjara Seumur Hidup untuk Pencuri Ikan

Abstraksi

Pada suatu siang terdapat seorang nelayan muda yang baru saja dimasukkan ke dalam penjara.

Orientasi

Di hari pertama ia berada di penjara, narapidana yang disebelahnya menanyakan mengapa ia sampai bisa dipenjara.

Bang Napi : Kamu masih muda, tapi kenapa sudah masuk penjara, kejahatan apa yang telah kamu lakukan?

Nelayan : Yang saya lakukan hanyalah sekadar mencuri ikan.

Bang Napi : Lalu, kamu divonis hingga berapa tahun?

Nelayan : Saya divonis dengan hukuman seumur hidup serta masa percobaan selama kurang lebih 2 tahun.

Krisis

Bang Napi melongo karena merasa heran lalu menanyakan lebih dalam lagi karena menurutnya masalah ini tergolong sangat aneh.

Bang Napi : Kamu hanya mencuri ikan tetapi kamu dihukum seberat ini? Memangnya kamu mencuri ikan apa? Paus langka, hiu megalodon, pesut Mahakam, atau apa?

Nelayan : Begini, aku mencoba unutuk membom ikan di dalam waduk dengan sebuah bom kecil atau detonator. Setelah bom tersebut saya lempar, kemudian ada 3 ekor ikan yang mengambang di permukaan air setelah alat yang saya gunakan sudah meledak.

Bang Napi : Wah, cuma hal kecil seperti itu seharusnya kamu hanya dihukum beberapa hari saja dan seharusnya tidak sampai penjara seumur hidup dong?!

Nelayan: Nah, yang menjadi masalah utamanya yaitu ditemukan 2 jenazah penyelam yang ikut mengapung disamping 3 ikan yang mengapung!

Reaksi

Bang Napi : (tertawa terbahak-bahak) Hahahaha ternyata tidak hanya sekadar ikan yang berhasil kamu bom. Bahkan para penyelam yang tak berdosa saja ikut terkena bom, pantas saja kamu diberikan hukuman penjara untuk seumur hidup.

Nelayan : Kamu tahu apa yang lebih lucu dari itu?

Bang Napi : Apa?

Nelayan : Itu adalah waduk saya sendiri.

Bang Napi : (Makin melongo)

Koda

Setelah membahas singkat mengenai kasus yang dialami oleh si nelayan muda tersebut yang masuk penjara dengan dijatuhi divonis seumur hidup, mereka melanjutkan pembicaraan mengenai pembahasan yang lain.

Baca juga :

About the author

Gilang P

Saya menulis sekian banyak tulisan untuk menuangkan apa yang ada di pikiran–tentunya setelah diolah dan diracik sedemikian rupa agar menjadi menarik. Saya pikir, setiap orang bisa menulis tentang apa saja, selama mau belajar memahami.