tembok ratapan – Pernahkah kamu mendengar tentang Tembok Ratapan? Bukan hanya bangunan batu biasa, tembok ini juga menjadi saksi bisu dari sejarah, doa, dan harapan umat di seantero dunia selama ribuan tahun, bahkan hingga sekarang!
Untuk itu, mari kita kenali dulu apa itu Tembok Ratapan, sejarahnya, sampai hingga pandangan agama Kristen dan Islam terhadapnya. Yuk, kita kenali lebih dalam supaya kamu makin tahu kenapa tempat ini begitu penting!
Daftar Isi
Apa Itu Tembok Ratapan?
Tembok Ratapan—dikenal sebagai Western Wall atau Kotel—adalah sisa tembok penyangga Bait Suci Kedua yang terletak di Kota Tua Yerusalem, tepatnya di ujung barat Bukit Bait.
Tembok ini menjadi lokasi paling suci dalam tradisi Yahudi karena salah satu tempat terakhir yang masih berdiri dari kompleks Bait Suci. Bahkan, ia masih menjadi pusat ibadah dan ziarah hingga saat ini!
Arsitektur dan Fisik Tembok Ratapan
Tembok ini dibuat batu kapur raksasa, dengan panjang sekitar 70 meter. Meskipun begitu, sistem penyangga bawah tanahnya bisa mencapai ratusan meter! Batu-batu ini beratnya bisa mencapai lebih dari 2 ton dan dibentuk dengan teknik batu presisi tanpa mortar yang masih kokoh setelah ribuan tahun.
Di bagian bawah tanah, terdapat fondasi kuno yang meluas dan menjadi bagian tersembunyi dari struktur awal. Teknik konstruksi ini cukup andal karena tembok ini tetap berdiri kokoh meskipun menghadapi guncangan gempa bumi dan perubahan zaman.
Sejarah Tembok Ratapan
Untuk memahami kisah sejarah dibalik bangunan tua ini, Gramin akan membagi sejarah tembok ratapan ini menjadi beberapa bagian, ya!
Awal Pembangunan oleh Herodes Agung
Awalnya, Tembok Ratapan dibangun pada masa pemerintahan Raja Herodes Agung, sekitar abad pertama sebelum Masehi. Ia menyelenggarakan renovasi besar-besaran terhadap Bait Suci Kedua yang sudah berdiri sebelumnya supaya bangunannya lebih luas dan indah.
Sebagai bagian dari proyek ini, dibangun juga tembok-tembok raksasa untuk menopang dataran buatan di atas Bukit Bait. Nah, tembok di sisi barat inilah yang dikenal sebagai Tembok Ratapan.
Meskipun terbuat dari batu-batu kapur yang dipahat dan disusun tanpa semen, tembok ini tetap kokoh karena bisa bertahan lebih dari 2.000 tahun!
Kehancuran Bait Suci oleh Bangsa Romawi
Sayangnya, pasukan Romawi yang dipimpin oleh Titus menyerbu Yerusalem pada tahun 70 M. Mereka juga menghancurkan Bait Suci Kedua sebagai bentuk perlawanan atas pemberontakan bangsa Yahudi.
Ini menyebabkan bangunan hancur lebur, namun menyisakan tembok barat yang masih berdiri tegar.
Masa Penjajahan dan Pembatasan Akses
Yerusalem pernah berada di bawah berbagai kekuasaan, mulai dari Kekhalifahan Islam, Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman), hingga masa Mandat Inggris.
Di zaman Ottoman, umat Yahudi masih diperbolehkan mengunjungi Tembok Ratapan, meskipun aksesnya sangat terbatas. ‘Pada masa tertentu, mereka bahkan tidak boleh berdoa secara terbuka karena tekanan sosial dan politik.
Saat Inggris mengambil alih pada awal abad ke-20, terjadi konflik antara komunitas Yahudi dan Arab soal kepemilikan dan akses ke tembok ini. Tembok pun menjadi simbol akan perjuangan, kerinduan, sekaligus ketegangan mereka.
Perang Enam Hari dan Rebutnya Kontrol oleh Israel
Pada tahun 1967, terjadi Perang Enam Hari antara Israel dan negara-negara Arab. Dalam perang itu, Israel berhasil merebut kembali Kota Tua Yerusalem, termasuk wilayah tempat Tembok Ratapan berada.
Sejak itu, Tembok ini dikuasai oleh Israel dan dibuka sebagai tempat ibadah utama bagi umat Yahudi. Pada hari pertama setelah perang, ribuan warga Yahudi datang untuk menangis, berdoa, dan menyentuh kembali dinding yang selama ini hanya bisa diimpikan.
Tembok Ratapan Menurut Kristen
Sebagai salah satu tempat beribadah umat Kristen, Tembok Ratapan menjadi salah satu bagian dari sejarah Bait Suci dan Yerusalem.
Meskipun bukan menjadi tempat ibadah mereka secara langsung, tempat ini sering disebut dalam kitab Injil dan tulisan sejarah Kristen sebagai sisa fisik dari pusat spiritual masa lalu.
Dahulu, kaum Yahudi sering menyelipkan kertas doa di setiap celah batu saat berdoa. Ini menjadi pengalaman unik bagi umat Kristen sendiri. Tembok ini juga menyimbolkan harapan, penyesalan, dan doa bagi mereka yang mencari hubungan rohani.
Meskipun bukan tradisi mereka, banyak jemaat Kristen yang merasakan atmosfer spiritual di sana secara nyata! Mungkin, kamu bisa merasakan hal yang sama saat berjalan di dekatnya dan melihat ribuan kertas doa yang tergantung rapi di sela batu.
Tembok Ratapan Menurut Islam
Sementara itu–dalam pandangan Islam–Tembok Ratapan tidak pernah disebutkan secara eksplisit di dalam Al-Quran. Akan tetapi, lokasinya yang berada di kompleks suci Al-Aqsha memiliki kedudukan tinggi dalam tradisi keislaman.
Banyak ulama dan cerita sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad SAW pernah melakukan isra’ mi’raj melewati wilayah ini. Inilah yang membuat lokasi Tembok Ratapan masih sakral dan dihormati oleh umat Muslim, meskipun bukan objek ibadah langsung dalam Islam.
Di sisi lain, Tembok Ratapan juga menyimbolkan toleransi dan sejarah lintas agama di Yerusalem. Biasanya, para umat Muslim akan menjaga respek mereka terhadap tempat ini saat berkunjung ke Kota Tua.
Rekomendasi Buku Relevan
Ingin mengetahui lebih banyak lagi tentang agama Kristen, bangsa Yahudi, maupun Israel? Grameds bisa membaca buku-buku yang Gramin rekomendasikan di bawah ini!
1. Agama Yahudi
Buku ini merupakan kontribusi tentang Yudaisme yang disajikan mendalam dan peka terhadap realitas antaragama di Indonesia. Penulis sendiri, Olaf H. Schumann—teolog Jerman yang bergumul dengan isu-isu Islam, kekristenan, dan relasi antaragama di Indonesia sejak tahun 1970-an—memberikan semacam perpaduan antara pengalamannya di Barat, khususnya sebagai seorang Jerman yang terbebani dengan sejarah holocaust, dan pergaulannya bersama orang Indonesia dengan segala pengalaman keagamaannya.
2. Senja Kita di Yerusalem
Yerusalem merupakan kota suci bagi tiga agama Abrahamik yakni Yahudi, Kristen dan Islam. Bagi orang kristiani Yerusalem merupakan kota yang istimewa karena menjadi awal Kristus memulai penderitaan-Nya, hingga saat wafat-Nya di Golgota. Yerusalem menjadi tanda tempat Allah mencurahkan cinta yang sehabis-habisnya kepada manusia.
Buku renungan puncta ini diberi judul “Senja Kita di Yerusalem” ditulis untuk mengantar kita semua memasuki masa Prapaskah. Kita diajak untuk merasakan, menerima, dan mensyukuri rahmat cinta Allah itu dengan sepenuh hati melalui potongan-potongan kisah hidup Yesus yang dibagikan dalam buku ini.
Semoga para pembaca bisa memahami cara Allah mencintai hingga mengorbankan Diri-Nya sampai mati di puncak Golgota demi keselamatan kita para pendosa. Kita hanya perlu melakukan pertobatan sejati agar memperoleh keselamatan itu. Mari kita memanggul salib hidup kita masing-masing dengan tekun, sabar, dan setia sebagaimana Yesus memenyelesaikan jalan salib cinta-Nya.
3. Tanah Perjanjian dan Kota Suci Yerusalem
Alasan yang melandasi penulis dalam menyusun buku ini adalah supaya ada pemahaman yang benar tentang permasalahan atau konflik yang terjadi di Tanah Perjanjian. Penulis khawatir informasi yang salah tentang konflik ini akan membangkitkan dan mengembangkan radikalisme dan fanatisme yang berlebihan di antara para penganut agama Abrahamik di Indonesia dan juga antarwarga gereja yang berbeda pandangan dalam konflik ini.
4. Terbentuknya dan Pecahnya Kerajaan Israel
Berbahagialah suatu negara yang pemimpinnya, entah itu presiden, raja, ratu atau kaisar, takut akan Tuhan. Seluruh rakyatnya patut bersyukur karena negara dan rakyatnya tentulah akan diberkati Tuhan dengan kemakmuran dan kesejahteraan.
Sesungguhnya, Tuhan sendirilah yang menentukan dan mengangkat seseorang untuk menjadi pemimpin. Upaya manusia, betapa pun kaya, pandai, rupawan, perkasa, atau berkuasanya, ia tidak akan dapat mencampuri pilihan dan rencana Tuhan. Kepemimpinan yang diraih melalui kekerasan, ambisi yang kebablasan serta ketamakan yang membabi buta tidak akan bertahan lama.
Bahkan, sering kali malah ditumbangkan oleh rakyatnya sendiri. Setiap pemimpin tidak lebih dari sekadar manusia biasa yang memiliki latar belakang, pengalaman, karakter pribadi, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda-beda. Dalam perjalanannya, ada pemimpin yang berhasil menuntaskan jabatannya sampai batas waktu yang telah ditentukan baginya, ada yang tragis dilengserkan di tengah jalan.
Ada yang dipuja-puji setinggi langit, sebaliknya ada yang dihujat sedemikian keji. Bentuk kerajaan sudah ada sejak zaman Alkitab, dan dalam buku tipis ini, secara khusus akan disajikan kisah raja-raja Israel dari masa Nabi Samuel sampai Raja Rehabeam, sebab sesudah itu, Kerajaan Israel terpecah menjadi dua, yaitu Kerajaan Israel di Utara dan Kerajaan Yehuda di Selatan. Kisah mereka sarat pelajaran berharga, dan dengan penyajian yang sederhana dan ringkas, disertai selingan ucapan-ucapan bijak, acak kata, teka-teki silang, dan lain sebagainya, semoga kisah mereka menjadi bacaan yang bermanfaat dan membawa berkat bagi para pengguna buku ini.
5. Yerusalem: Tanah Yang Dijanjikan
Yerusalem memang tidak pernah sepi dari perbincangan, Prahara, Konflik, dan penghancuran sering terjadi di kota ini. Yerusalem telah mengalami sebanyak 23 kali pengepungan, 52 penyerbuan, serta 44 kali pendudukan. Yerusalem memang disebut sebagai kota suci tiga agama, yakni: Yahudi, Islam dan Kristen, namun kita juga tidak bisa menafikan bahwa kota ini sepanjang perjalanan historisnya penuh dengan amis darah.
Pembantaian demi pembantaian guna mengukuhkan status Guo atas Yerusalem acap kali terjadi. Oleh sebab itu, masa depan Yerusalem berada di antara pemeluk tiga agama: Yahudi, Kristen, dan Islam. Mereka yang paling menentukan posisi dan kedudukan Yerusalem. Selain itu, Israel, Palestina, dan masyarakat internasional juga memiliki andil dalam menciptakan perdamaian di Yerusalem. Yerusalem menjadi penting tidak hanya secara spiritual, melainkan juga secara kemanusiaan. Sebab, jejak para nabi terukir di Yerusalem dengan menyebarkan ajaran yang penuh kedamaian, keindahan, dan kesopanan. Lantas, apa yang diperebutkan Yerusalem? Tidak ada. Kecuali kepentingan dan arogan si manusiawi.
Yuk, Kenali Jejak Sejarah Yerusalem yang Penuh Makna!
Itulah pengertian, sejarah, hingga pandangan umat Kristen dan Islam terhadap objek wisata ini. Dari mengenal pengertian, bentuk fisik dan sejarahnya, kamu bisa menyimpulkan bahwa tembok ini menjadi simbol dari doa, sejarah, dan harapan yang menempel ribuan tahun lamanya.
Mau mengenali sejarah tentang Yerusalem, bangsa Yahudi, atau Israel? Yuk pelajari itu semua dalam berbagai buku yang telah Gramin rekomendasikan di atas!
Dalam website Gramedia.com, kamu akan menemukan banyak buku-buku sejarah yang menarik dan menambah pengetahuanmu di bidang ini.
Setelah check out buku, produk ini akan tiba dengan selamat tepat di depan rumahmu, hanya dalam hitungan beberapa hari. Yuk, kunjungi website Gramedia.com dan dapatkan buku yang kamu inginkan dengan harga terbaik!