Ekonomi

8 Jenis-jenis Pengangguran di Indonesia

Jenis-jenis Pengangguran
Written by Rosyda

Jenis-jenis pengangguran –Lebih baik capek bekerja daripada capek mencari kerja. Pernahkah Grameds mendengar ungkapan tersebut diucapkan oleh seseorang? Ya, begitulah adanya, Grameds. Kerja atau tidak kerja sama-sama lelah. Apalagi menjadi pengangguran, lelahnya bisa berkali lipat. Dalam kesempatan kali ini, kita akan mengulas jenis-jenis pengangguran. Yuk, Grameds. Kita langsung cus saja.

Definisi Pengangguran

Kata ini terdengar menyakitkan karena adanya harapan yang belum tercapai. Siapa saja yang dapat disebut sebagai pengangguran? Adalah mereka yang tidak bekerja sama sekali, bekerja kurang dari dua hari dalam sepekan, sedang mencari kerja, atau seseorang yang sedang mengusahakan agar dirinya mendapatkan kerja yang layak.

Dalam definisi yang lebih spesifik, pengangguran adalah mereka tidak bekerja sama sekali atau sedang mencari pekerjaan sementara mereka berada pada rentang angkatan kerja (usia 15-65 tahun). Mengapa ada pengangguran? Hal ini dikarenakan jumlah angakatan kerja tidak sepadan dengan jumlah lapangan kerja yang tersedia.

Pada Agustus 2021, diketahui jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 9,1 juta orang. Jumlah ini termasuk membaik karena 670.000 orang berhasil mendapatkan kerja dibandingkan satu tahun sebelumnya, Agustus 2020, yang mencapai 9,77 juta orang.

Jenis-jenis Pengangguran

Adanya pengangguran bukan berarti tercipta karena satu alasan yang sama. Perlu kita ketahui, pengangguran disebabkan oleh banyak alasan. Maka dari itu pengangguran terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:

1. Pengangguran Siklis

Pengangguran SiklisPengangguran siklis merupakan pengangguran yang terkena akibat lesunya aktivitas siklus bisnis ata fluktuasi ekonomi yang tidak menentu seperti resesi. Pengangguran jenis ini merupakan orang-orang yang terkena efek pengurangan tenaga kerja.

Saat kondisi ekonomi memburuk, permintaan barang dan jasa dari konsumen menurun, maka kuantitas produksi menurun. Hal ini mengakibatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan menurun. Pada keadaan demikian, perusahaan memandang tidak ada pilihan lagi selain melakukan pengurangan tenaga kerja.

Keputusan tersebut seharusnya dibuat dengan perhitungan yang matang. Sebab apabila perusahaan tetap mengeluarkan biaya yang tinggi untuk gaji karyawan, sementara hasil pemasukan sedikit, perusahaan berisiko mengalami kerugian.

Siklus ini dapat diredam dengan intervensi pemerintah. Contoh intervensi pemerintah yang dapat membantu kebangkitan ekonomi adalah melalui kebijakan moneter ekspansif dan kebijakan fiskal.

2. Pengangguran Friksional

Pengangguran FriksionalPengangguran friksional biasanya terjadi karena kehidupan karir seseorang berada dalam masa transisi sementara. Contohnya, seseorang yang keluar dari pekerjaan lama dan belum mendapatkan pekerjaan yang baru. Hal ini juga berlaku untuk pelajar atau mahasiswa yang baru lulus namun sedang mencari pekerjaan.

Orang-orang yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena perusahaan rugi dan sedang mencari pekerjaan baru, juga bisa dimasukkan dalam kategori pengangguran ini. Intinya, pengangguran jenis ini sifatnya sementara.

Fenomena pengangguran friksional merupakan hal yang lumrah, meskipun kondisi ekonomi suatu negara dalam keadaan stabil. Hal ini tidak perlu dikhawatirkan karena pengangguran friksional merupakan salah satu bagian alami dari proses pencarian kerja.

3. Pengangguran Musiman

Pengangguran MusimanAda beberapa pekerjaan yang hanya bisa dilakukan di waktu-waktu tertentu. Sayangnya, pekerjaan tersebut tidak bisa dilakukan sepanjang musim, meski dipaksakan. Akibatnya, ada beberapa waktu di mana para pekerja pada bidang tersebut menganggur. Mereka inilah yang disebut dengan pengangguran musiman.

BACA JUGA: 10 Penyebab Mengapa Inflasi Bisa Terjadi

Pengangguran musiman banyak terjadi pada bidang-bidang musiman. Misalnya pekerja panen padi atau hasil perkebunan, nelayan menangkap hasil ikan yang musiman, pariwisata, atau konstruksi.

4. Pengangguran Struktural

Pengangguran StrukturalPengangguran jenis ini seringkali terjadi karena adanya ketidakcocokan antara kebutuhan perusahaan dengan kemampuan yang dimiliki pekerja. Globalisasi dan industrialisasi merupakan dua sebab yang paling sering menimbulkan pengangguran jenis ini.

Kondisi tersebut seringkali menciptakan perubahan struktur ekonomi. Perubahan tersebut pada akhirnya menyebabkan munculnya kebutuhan akan keterampilan-keterampilan baru yang sebelumnya belum ada. Karena itu, tidak sedikit orang yang gagal mendapatkan perkerjaan karena ketrampilannya terbatas dan tidak mengikuti perkembangan jaman.

Contoh keadaan yang melahirkan pengangguran struktural adalah perusahaan yang mulai menggunakan robot sehingga proses produksi dapat dilakukan secara otomatis. Hemat biaya operasional, hemat waktu, dan tentunya lebih produktif.

Keberadaan robot ini menjadikan peran karyawan tidak lagi diperlukan. Mungkin hanya beberapa orang saja yang dapat mengendalikan robot tersebut. Oleh karena itu, Anda dituntut untuk selalu meng-up grade diri agar dapat bersaing dengan tenaga kerja lainnya.

Pengangguran jenis ini bisa juga disebabkan oleh resesi ekonomi yang panjang. Resesi panjang mengakibatkan banyak pekerja yang kehilangan pekerjaan dalam waktu yang lama. Keahlian yang tidak diasah mengakibatkan berkurangnya kemampuan seseorang. Alhasil, keterampilannya menurun.

Jenis-jenis Pengangguran

5. Pengangguran Jangka Panjang

Pengangguran Jangka PanjangPengangguran jangka panjang disematkan kepada seseorang yang sudah tidak bekerja selama 27 pekan atau lebih. Sebab adanya pengangguran jangka panjang ini biasanya karena dua hal. Pertama, karena adanya pengangguran siklis. Kedua, karena adanya pengangguran sturktural.

Dengan kata lain, pengangguran jangka panjang bisa disebabkan karena terjadinya resesi atau pengurangan karyawan. Atau bisa juga karena ketidaksesuaian antara skill pekerja dengan kebutuhan perusahaan.

6. Pengangguran Terselubung

Pengangguran TerselubungDalam Bahasa Inggris, pengangguran jenis ini disebut dengan disguised unemployment. Pada hakikatnya, orang-orang yang masuk ke dalam kategori ini melakukan pekerjaan. Hanya saja, produktivitas kerja mereka rendah.

Dikatakan pengangguran terselubung karena sebenarnya, orang-orang ini tidak masuk ke dalam kategori pengangguran. Namun mereka hanya memberikan hasil yang sangat sedikit untuk perusahaan. Kalaupun posisi mereka ditiadakan, tidak akan ada pengaruh terhadap performa perusahaan. Kalaupun ada pengaruh, porsinya sangat sedikit sekali.

Pengangguran jenis ini terjadi karena jumlah tenaga kerja terlalu banyak, melebihi job desc yang ada di perusahaan. Selain itu, rendahnya kemampuan sumber daya manusia atau pekerja dibandingkan dengan kebutuhan perusahaan menjadikan mereka tidak dapat melakukan banyak hal.

7. Pengangguran Kasual

Pengangguran KasualKetika seorang pekerja berhenti bekerja karena kontrak kerja mereka berakhir, di saat itulah dia dapat dikatakan sebagai pengangguran kasual. Pada umumnya, pengangguran jensis ini terjadi pada pekerja lepas harian atau pekerja kontrak sehingga mereka harus meninggalkan pekerjaan mereka setelah kontrak kerja telah usai.

Pengangguran kasual banyak ditemukan pada perusahaan-perusahaan yang beroperasi secara musiman, seperti pariwisata, konstruksi, dan pertanian. Tidak hanya itu, beberapa perusahaan manufaktur yang memperkerjakan karyawannya secara kontrak juga berpotensi melahirkan pengangguran kasual.

8. Pengangguran Klasik

Pengangguran KlasikJenis pengangguran yang terakhir ini terjadi karena upah yang diberikan kepada pekerja lebih tinggi dibandingkan kontribusi yang diberikan oleh tenaga kerja. Pada umumnya, perusahaan diharuskan memberi gaji lebih kepada setiap karyawan sehingga perusahaan harus memberhentikan sebagian karyawan lainnya agar mampu membayar karyawan yang tadi.

Hal ini bisa terjadi karena adanya tuntutan yang kuat dari serikat pekerja untuk naik gaji di atas nominal gaji pada umumnya. Selain itu, pengangguran klasik juga disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menetapkan upah minimum lebuh tinggi. Dan sebab terakhir, upah yang ditentukan di dalam kontrak jangka panjang melebihi titik kesetimbangan akibat resesi sehingga mau tidak mau perusahaan memberhentikan beberapa tenaga kerja dapat mempertahankan upah yang telah disepakati dalam kontrak.

BACA JUGA:

Penulis: Nanda Iriawan Ramadhan

Makro Ekonomi Edisi Keenam

Makro Ekonomi Edisi Keenam

Beli Buku di Gramedia

Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga

Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga

Beli Buku di Gramedia

Ekonomi Kelembagaan

Ekonomi Kelembagaan

Beli Buku di Gramedia

About the author

Rosyda

Saya adalah Fauziyah dan menulis adalah bagian dari aktivitas saya, karena menulis menjadi salah satu hal yang menarik. Sesuai dengan latar pendidikan saya, tema yang saya suka seputar ekonomi dan manajemen.

Kontak media sosial Instagram saya Rosyda Nur Fauziyah