Sejarah

Zaman Megalitikum: Pengertian, Karakteristik, dan Benda Peninggalan

Zaman Megalitikum
Written by Fandy

Zaman Megalitikum – Proses perkembangan peradaban manusia memakan waktu yang tidak sebentar. Sebelum akhirnya kita menikmati hidup di masa sekarang, di mana kita dapat dengan mudah menggunakan berbagai macam benda sesuai dengan kemauan dan kebutuhan, proses di balik penemuan benda tersebut dapat ditarik ke ribuan tahun yang lalu.

Grameds perlu tahu bahwa benda-benda yang kita pakai di masa sekarang, amat berbeda dengan benda-benda di masa lampau. Ini dikarenakan teknologi pada masa lampau belum secanggih di masa sekarang, sehingga orang-orang zaman dahulu harus menggunakan apa yang ada di sekitar mereka sebelum perlahan bisa menemukan teknologi untuk membuat benda baru dan lebih modern.

Dapat dikatakan bahwa peradaban manusia dimulai dari zaman batu, di mana orang-orang di masa itu masih menggunakan batu untuk kegiatan keseharian. Pada zaman batu, salah satu benda yang cukup populer adalah megalit atau batu besar, membuat zaman ini disebut juga sebagai “Zaman Megalitikum”.

Pengertian Zaman Megalitikum

Pada dasarnya, kata “Megalitikum” sendiri berasal dari gabungan antara dua kata dalam bahasa Yunani. Kata tersebut ialah “Mega”, yang memiliki arti “Besar”, dan “Litik”, yang berartikan “Batu”. Sementara akhiran “Kum” mengacu kepada istilah periode atau zaman.

Oleh karena itu, “Megalitikum” sendiri secara kasar dapat diterjemahkan sebagai “zaman batu besar”. Hal ini mengacu kepada banyaknya benda keseharian yang terbuat dari bahan dasar batu serta memiliki ukuran besar ditemukan pada zaman tersebut.

Secara teknis, Zaman Megalitikum merupakan bagian dari Zaman Batu, tepatnya memasuki akhir pada era tersebut. Karena setelah Zaman Batu berakhir, manusia perlahan bertransisi untuk memasuki zaman baru bernama Zaman Perunggu.

Sesuai dengan namanya, Zaman Perunggu merupakan periode di mana manusia pada masa itu mulai menemukan perunggu sebagai bahan untuk membuat alat-alat keseharian. Grameds bisa menyimpulkan bahwa di zaman tersebut, manusia kali pertama mempelajari teknik untuk menambang mineral dari dalam tanah.

Meskipun demikian, manusia pada masa tersebut tidak serta merta meninggalkan peralatan batu yang mereka sempat gunakan dahulu. Manusia masih membangun dan membuat beberapa benda dari batu, sebelum akhirnya bertransisi sepenuhnya menggunakan perunggu.

Benda Peninggalan Zaman Megalitikum

Periode Megalitikum sendiri sudah terjadi sekitar 3500 sampai dengan 1000 tahun sebelum masehi. Meskipun demikian, jejak dari masyarakat yang hidup pada Zaman Megalitikum masih dapat ditemukan di masa sekarang. Salah satunya adalah melalui benda-benda peninggalannya.

Benda peninggalan Zaman Megalitikum tersebar luas di berbagai belahan dunia, menunjukkan bagaimana manusia di masa lampau bisa hidup dan menjalankan kegiatan keseharian mereka. Beberapa di antaranya juga menjadi cikal bakal benda modern yang biasa kita temukan di era sekarang.

Di bawah ini, akan dijelaskan sejumlah benda peninggalan Zaman Megalitikum beserta kegunaan mereka. Benda-benda ini tidak hanya ditemukan di Indonesia saja, melainkan juga di wilayah lain, bukti bahwa manusia juga berkembang secara serupa di wilayah selain Indonesia.

1. Menhir

Zaman Megalitikum

pixabay.com

Menhir merupakan batu pahatan berukuran besar yang dipahat oleh manusia pada masa lampau. Menhir menjadi salah satu peninggalan Zaman Megalitikum yang paling banyak ditemukan di berbagai macam belahan dunia, mulai dari Eropa, Asia, hingga Afrika.

Sebenarnya, belum diketahui pasti alasan dibalik terciptanya menhir pada Zaman Megalitikum. Beberapa ilmuwan percaya kalau menhir digunakan oleh manusia di masa tersebut untuk beribadah dan melakukan berbagai ritual keagamaan. Beberapa menhir juga dikabarkan dibuat untuk menandakan makam seseorang.

2. Monolit

Zaman Megalitikum

unsplash.com

Monolit, serupa dengan menhir, merupakan satu batu berukuran besar yang juga banyak ditemukan sebagai bukti adanya peradaban di Zaman Megalitikum. Yang membedakan antara menhir dan monolit adalah menhir merupakan batu pahatan manusia, sementara monolit adalah batu alami yang terbentuk dari fenomena alam.

Fenomena alam yang dimaksud bisa berupa abrasi, yakni kikisan karena air laut, atau erosi, yaitu kikisan akibat angin. Tetapi, layaknya menhir, monolit pada Zaman Megalitikum juga dipercaya banyak peneliti berfungsi sebagai benda ritual kepercayaan masa lampau dan lokasi makam masyarakat.

3. Dolmen

Zaman Megalitikum

unsplash.com

Dolmen merupakan batu pahatan manusia Zaman Megalitikum, yang terdiri dari beberapa bawah buah batu penyangga di bawahnya, dan satu batu lainnya diletakkan di atas batu-batu penyangga secara horizontal. Dolmen memiliki ukuran yang cukup besar, sehingga seseorang bisa masuk ke bawahnya.

Meskipun bentuknya terlihat seperti dipahat, masih menjadi misteri terkait bagaimana manusia bisa memahat batu berukuran sebesar itu. Menurut peneliti, dolmen digunakan sebagai pintu masuk dari sebuah makam manusia. Hal ini dispekulasikan karena banyak kerangka manusia kuno yang ditemukan di dekat dolmen.

4. Trilit

Zaman Megalitikum

unsplash.com

Trilit, serupa dengan dolmen, juga merupakan susunan batu. Tetapi, jika dolmen bisa terdiri dari banyak batu, trilit hanya terdiri dari tiga batu saja. Dua batu di bawah merupakan penyangga untuk satu batu di atas yang sama seperti dolmen, diposisikan secara horizontal.

Lagi-lagi masih menjadi misteri terkait bagaimana manusia pada Zaman Megalitikum bisa membentuk sebuah trilit. Terlebih, ukuran trilit banyak yang lebih besar dibandingkan dolmen, sehingga untuk membuatnya pasti tidak mudah. Trilit dipercaya oleh ilmuwan berfungsi sebagai lokasi pengadaan ritual.

5. Sarkofagus

Zaman Megalitikum

unsplash.com

Sarkofagus adalah batu pahatan yang berfungsi untuk menaruh jasad manusia di dalamnya. Penciptaan sarkofagus sendiri bertujuan agar seseorang di Zaman Megalitikum tidak perlu menggali tanah untuk memakamkan seseorang. Meskipun begitu, ada juga sarkofagus yang ditemukan di dalam tanah.

Di era modern, khususnya pada abad ke-17 sampai dengan abad ke-19, sarkofagus sering dipakai untuk memakamkan seseorang dengan status sosial yang tinggi. Belum diketahui pasti apakah hal yang sama berlaku juga terhadap masyarakat Zaman Megalitikum.

6. Cist atau Kubur Batu

Zaman Megalitikum

wikipedia

Cist yang juga memiliki nama lokal kubur batu, adalah semacam peti mati yang terbuat dari batu untuk menyimpan jasad mayat. Fungsi benda ini sebenarnya sama seperti sarkofagus. Tetapi, terdapat perbedaan desain yang cukup mencolok di antara keduanya.

Umumnya, sarkofagus dipahat sebaik dan seindah mungkin, tidak jarang ditemukan juga ukiran-ukiran di permukaannya. Sementara cist atau kubur batu, hanya dipahat berukuran kotak, tanpa adanya hiasan atau ukiran. Meskipun begitu, terkadang di dalam cist atau kubur batu, dapat ditemukan benda peninggalan lain.

Karakteristik Zaman Megalitikum

Grameds mungkin sudah mengetahui bahwa tiap zaman memiliki ciri khasnya tersendiri, yang membedakan zaman tersebut dengan zaman lainnya. Perbedaan ini bisa meliputi berbagai macam aspek, mulai dari tingkah laku masyarakat, arsitektur, peralatan yang dipakai, serta hal-hal lainnya.

Tetapi, mungkin saja ada di antara Grameds yang belum tahu alasan bagaimana cara peneliti dapat menemukan karakteristik suatu zaman. Jawaban dari pertanyaan tersebut sebenarnya cukup sederhana, yaitu mereka dapat memahami karakteristik suatu periode melalui benda peninggalannya.

Para ilmuwan ini sudah memiliki data yang terkumpul berkat jerih payah mereka selama puluhan tahun bekerja. Penelitian yang pendahulu mereka jalankan, akan dilanjut oleh penerus mereka, sehingga informasi yang mereka dapatkan tinggal menyesuaikan dengan data-data penelitian sebelumnya.

Di bawah ini, Grameds akan mempelajari apa saja karakteristik dari Zaman Megalitikum berdasarkan beberapa benda peninggalan yang tadi sudah sempat kita bahas bersama. Simak penjelasannya di bawah ini.

1. Mulai Beralih Menggunakan Peralatan Perunggu

Meskipun banyak peralatan yang terbuat dari batu ditemukan pada Zaman Megalitikum, faktanya benda-benda tersebut tidak lagi dipakai oleh masyarakat di era tersebut. Justru, mereka perlahan beralih menggunakan peralatan yang terbuat dari perunggu.

Tadi sudah dijelaskan bahwa Zaman Megalitikum merupakan peralihan dari Zaman Batu menuju Zaman Perunggu. Apa yang ditemukan pada zaman tersebut, merupakan benda-benda peninggalan leluhur atau nenek moyang dari zaman sebelumnya.

2. Memiliki Kepercayaan Animisme

Yang dimaksud dengan kepercayaan animisme adalah kepercayaan terhadap suatu roh atau makhluk halus di sekitar manusia. Masyarakat di Zaman Megalitikum dipercaya percaya bahwa di sekitar mereka, terdapat roh atau makhluk halus yang melindungi mereka.

Ini menjadi salah satu alasan di balik banyaknya penemuan batu-batu raksasa seperti menhir atau monolit. Batu-batu tersebut, seperti yang sudah dipaparkan di atas, menjadi penunjuk lokasi adanya upacara adat masyarakat masa lampau terkait dengan kepercayaan animisme ini.

3. Sudah Mulai Menerapkan Teknik Beternak dan Bercocok Tanam

Berbeda dengan masyarakat Zaman Batu di mana mereka masih mengandalkan berburu hewan dan mencari buah atau sayur dari satu ladang ke ladang lainnya, masyarakat Zaman Megalitikum yang berada di masa transisi ini sudah memahami cara beternak dan bercocok tanam.

Dengan kemajuan teknologi yang mereka miliki di saat itu, serta pengetahuan akan hal-hal baru terkait bahan pangan, masyarakat Zaman Megalitikum dapat bekerja lebih efektif dan lebih efisien jika ingin mencari makanan dibandingkan pendahulunya.

4. Memiliki Tempat Tinggal Tetap

Kebiasaan orang-orang untuk berburu dan mencari bahan pangan lainnya dari satu tempat ke tempat lainnya, membuat mereka dijuluki sebagai manusia nomaden. Tetapi, setelah memasuki Zaman Megalitikum, kebiasaan tersebut perlahan berubah.

Dikarenakan masyarakat pada zaman tersebut mulai terbiasa beternak dan bercocok tanam, ditambah pula dengan pertumbuhan teknologi, orang-orang Zaman Megalitikum perlahan mulai membangun rumah di lokasi sekitar peternakan dan ladang, dan menjadi cikal-bakal manusia menetap.

Lokasi Penemuan Zaman Megalitikum di Indonesia

Alasan mengapa kita mempelajari periode Zaman Megalitikum dalam mata pelajaran sejarah, selain untuk mengetahui dan memahami pola pikir manusia pada masa lampau yang membentuk pola pikir manusia di masa sekarang, juga untuk menunjukkan bahwa Indonesia juga memiliki kekayaan sejarah.

Sejumlah benda peninggalan Zaman Megalitikum yang sudah disebutkan di atas seperti menhir, dolmen, dan sarkofagus dapat ditemukan di berbagai lokasi di seluruh penjuru Indonesia. Ini merupakan bukti bahwa Indonesia juga menjadi lokasi di mana manusia-manusia purba sempat mengembara dan singgah.

Dikarenakan ukurannya yang cukup besar, banyak dari benda-benda tersebut yang dibiarkan saja di lokasi mereka ditemukan. Lokasi-lokasi tersebut kini dijadikan sebagai tempat wisata, sekaligus lokasi untuk menjaga dan melestarikan benda peninggalan masa lampau di Indonesia.

Untuk menutup artikel ini, terdapat beberapa lokasi benda peninggalan Zaman Megalitikum di Indonesia yang akan disampaikan kepada Grameds. Bisa jadi, setelah mengetahui beberapa lokasi ini, kalian tertarik untuk berkunjung dan mempelajari benda-benda bersejarah tersebut lebih dalam lagi.

1. Taman Nasional Lore Lindu

Zaman Megalitikum

Pemprov Sulawesi Tengah

Taman Nasional Lore Lindu terletak di Provinsi Sulawesi Tengah, yang sesuai dengan namanya, sebenarnya merupakan lokasi untuk melindungi keragaman hayati di daerah tersebut. Meskipun demikian, taman nasional ini juga mengandung salah satu peninggalan Zaman Megalitikum di dalamnya.

Per tahun 2013, terdapat setidaknya 1446 peninggalan Zaman Megalitikum yang ditemukan di dalam Taman Nasional Lore Lindu. Kebanyakan dari peninggalan ini merupakan pahatan batu raksasa dari masa tersebut. Ditemukan juga benda-benda seperti patung dan penyangga rumah.

2. Kampung Bena

Zaman Megalitikum

ayojalanjalan.com

Kampung Bena merupakan sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kampung ini terbilang masih tradisional dan hampir belum tersentuh teknologi dari era modern. Kampung Bena juga memiliki sejumlah peninggalan Zaman Megalitikum di dalamnya.

Beberapa patung-patung kecil dapat ditemukan di sekitar desa. Selain itu, konon desa ini memiliki bentuk seperti perahu kuno yang bisa ditemukan pada Zaman Megalitikum. Masyarakat setempat percaya bahwa perahu ini merupakan simbol bagi arwah yang sedang pergi ke tempat tinggalnya.

3. Kawasan Megalit Maek

Zaman Megalitikum

raunholic.com

Kawasan Megalit Maek terletak di Kabupaten Lima Puluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. Kawasan Magalit Maek ini memiliki sebutan lain yaitu “Nagari 1000 Menhir”, dikarenakan banyaknya menhir peninggalan Zaman Megalitikum yang dapat ditemukan pada lokasi ini.

Diketahui usia menhir yang berada di Kawasan Megalit Maek berkisar antara 6000 tahun sampai dengan 2000 tahun sebelum masehi. Uniknya, mayoritas dari menhir ini menghadap ke satu arah yang sama, yaitu Gunung Sago. Masih menjadi misteri mengapa menhir-menhir tersebut bisa mengarah ke lokasi yang sama.

4. Gunung Kidul

Zaman Megalitikum

Kemendikbud

Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Di kabupaten tersebut, terdapat sejumlah situs di mana orang-orang bisa melihat dan mempelajari langsung peninggalan Zaman Megalitikum.

Situs-situs tersebut bernama Situs Sokoliman, Situs Bleberan, dan Goa Braholo. Grameds bisa menemukan benda-benda yang terbuat dari batu peninggalan Zaman Megalitikum seperti ratusan menhir, sejumlah sarkofagus dan beberapa kubur batu.

Kesimpulan

Dapat dikatakan bahwa Zaman Megalitikum yang kita sudah bahas di atas, memiliki pengaruh yang cukup besar dalam kemajuan peradaban manusia modern. Penemuan mereka soal beternak dan bercocok tanam, menggunakan mineral seperti perunggu sebagai bahan dasar alat-alat keseharian, dan membangun rumah, menjadi awal mula dari gaya hidup manusia modern.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sejumlah peninggalan zaman tersebut terbilang membingungkan dan belum dapat diketahui pasti tujuan pembuatannya. Meskipun begitu, keberadaan peninggalan ini menjadi bagian dari sejarah manusia. Bisa saja menguak sesuatu yang lebih besar di masa mendatang.

Untuk itu, alangkah baiknya jika Grameds tidak menyepelekan mata pelajaran sejarah dan materi yang terkandung di dalamnya. Karena, keberadaan sejarah di masa lampau lah yang membuat kita berada di posisi seperti sekarang ini.

Jika kalian tertarik untuk menelusuri seluk beluk sejarah manusia dan peradaban, kami memiliki sejumlah buku rekomendasi yang bisa kalian baca. Buku-buku tersebut adalah buku “Sejarah Dunia Lengkap: dari Manusia Pertama Hingga Perang Dunia Kedua”, buku “Manusia dan Sejarah : Sebuah Tinjauan Filosofis”, dan buku “Hafal Mahir Materi Sejarah SMA/MA KELAS 11, 12, 13”.

Selain mengenai zaman Megalitikum, semua buku rekomendasi tersebut bisa Grameds baca agar mendapatkan ilmu dan informasi #LebihDenganMembaca. Tentunya Grameds bisa mendapatkan semua buku tersebut di gramedia.com.

Penulis: M. Adrianto S.

BACA JUGA:

  1. Periodisasi Zaman Praaksara Berdasarkan Arkeologi
  2. Perkembangan Teknologi Manusia Purba
  3. Sejarah Pembentukan Bumi Zaman Praaksara 
  4. 7 Manusia Purba yang Ditemukan di Indonesia 
  5. Corak Hidup Manusia Zaman Praaksara 

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.