IPA

Teori Heliosentris, Ini Penjelasan Lengkapnya

Teori Heliosentris
Written by Rahma R

Teori Heliosentris – Grameds pasti sudah tidak asing lagi dengan sistem tata surya pada alam semesta ini. Bahkan pelajaran tata surya ini sudah kita pelajari sejak duduk dibangku sekolah dasar. Namun apakah Grameds sudah mengetahui salah satu teori terkenal yang membahas tentang tata surya tersebut? Salah satu yang popular adalah teori heliosentris.

Telah terjadi banyak revolusi ilmiah untuk menjawab semua pertanyaan tentang alam semesta. Hal tersebut dapat kita pelajari untuk menemukan model terbaru yang mendominasi. Model tersebut kemudian dapat menjelaskan pergerakan planet dan hubungannya dengan alam semesta yang lebih luas. 

Kajian yang paling berkaitan untuk membahas tata surya adalah astronomi dimana ada satu ilmuan yang sangat menonjol bernama Nicolas Copernicus. Dia adalah seorang ilmuan ternama yang menciptakan teori heliosentris yang sampai sekarang masih banyak dipelajari dan menjadi pedoman teori tata surya. 

Lalu bagaimana teori heliosentris tersebut menjelaskan tentang tata surya yang ada di alam semesta ini? Berikut ini penjelasan tentang teori heliosentris, mulai dari pengenalan dasar, sejarah, ilmuwan yang mengemukakan, prinsip teori, karakteristik teorinya, sampai perbedaannya dengan teori lainnya dalam kajian ilmu astronomi: 

Mengenal Teori Heliosentris

Teori Heliosentris Ilmuan

Apa itu teori heliosentris? Teori Heliosentris mengungkapkan bahwa matahari adalah pusat dari alam semesta. Secara dasar, teori ini bertentangan dengan teori geosentrisme yang sebelumnya telah diyakini dengan menempatkan bumi sebagai pusat dari alam semesta. Teori heliosentris ini diungkapkan oleh tokoh geografi bernama Nicolaus Copernicus yang menyatakan bahwa mataharilah pusat jagat raya. 

Buku Tentang Teori Heliosentris

beli sekarang

Nicolaus Copernicus mendasari pengamatannya pada pergerakan planet- planet berdasarkan karakteristik teori geosentris untuk membantunya. Nicolas Copernicus mulai mengambangkan teori ini dengan menjalaskan cara kerja alam semesta. Ia mengungkapkan bahwa gerakan planet dan bintang tersebut mengikuti alur seperti bola di atas bintang yang tetap dan lebih besar. 

Bintang tersebut adalah matahari. Teori ini berusaha menyangkal teori geosentris sebelumnya menggunakan soal matematika dan menggunakan dasar kajial ilmu astronomi modern. Sebenarnya Nicolas Copernicus bukanlah ilmuan satu-satunya atau yang pertama mengungkapkan model heliosentris ini, dimana planet- planet berputar mengelilingi matahari. 

Sebelumnya ada filsuf Yunani yang bernama Aristacus yang mengungkapkan bumi dan planet- planet itulah yang berputar dan mengelilingi matahari. Saat itu Aristarchus hanya mengungkapkan hal tersebut sebagai hipotesis, belum dituangkan dalam karya tulis yang lebih lengkap dan rinci. Saat itu pendapat Aristarchus juga tidak sejalan dengan pendapat Aristotels sehingga teori heliosentris dianggap tidak sesuai dibandingkan teori geosentris. 

Berkat dasar ilmiah yang Nicolaus Copernicus demonstrasikan adalah teori baru dan tepat waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak selesai pada teori geosentris. Karya Nicolaus Copernicus tersebut berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium atau Tentang Revolusi Bulatan Benda- benda Langit. Kemunculan teori baru adalah menunjukan perubahan persepsi tentang adanya dimensi baru yang akan mempengaruhi populasi. 

Saat itulah para astronom akan berbicara tentang pemecahan masalah matematika agar mengesampingkan teori geosentrisme. Namun mereka tidak bisa menyangkal bahwa teori yang diungkapkan Nicolaus Copernicus memberikan visi yang lengkap dan terperinci tentang cara kerja tata surya di alam semesta. 

Setelah itu John Kepler memperluas konsep dari teori ini berdasarkan pendapat Nicolaus Copernicus. Teori ini semakin kuat dengan adanya penemuan teleskop Galileo Galilei sehingga heliosentris bisa mematahkan teori geosentrisme yang dikemukaan Ptolemeus sebelumnya pada abad ke-2 SM.  

Sebenarnya kata heliosentrik berasal dari bahasa Yunani, yakni helios dengan arti matahari dan kentron dengan arti pusat. Jadi dapat disimpulkan bahwa heliosentris adalah teori atau bentuk konsep yang menunjukan matahari sebagai pusat jagat raya. Berdasarkan Encyclopaedia Britannica heliosentris mengasumsikan matahari sebagai pusat tata surya dan bumi serta benda langit lainnya lah yang mengitari matahari.

Sejarah Teori Heliosentris

Berdasarkan pendapat Kumara Ari Yuana dalam bukunya yang berjudul The Greatest Philosophers (100 Tokoh Filsuf Barat dari Abad 6 SM – Abad 21 yang Menginspirasi Dunia Bisnis) (2010), teori heliosentrisme telah ada sejak abad ke-7 SM. Selain itu, teori ini juga telah tercatat pada teks India kuno yang tidak diketahui siapa pengarangnya.

 

beli sekarang

 

Abad ke-3 SM, astronom Yunani Kuno bernama Aristarchus mencoba menyusun teori rotasi bumi dan revolusi planet Venus, Merkurius dan bumi ketika mengelilingi matahari. Teori yang diungkapkan Aristarchus ini kemudian dikembangkan dan disempurnakan lagi oleh Nicolaus Copernicus dalam karya penelitiannya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium yang dipublikasi pada tahun 1543.

Konsep awal teroi milik Nicolaus ini tidak menuai perdebatan di publik. Tetapi pada tahun 1546, kemudian banyak pihak yang bahkan mengecam teori Nicolaus Copernicus. Salah satunya adalah Giovanni Tolosani yang menulis kecaman terhadap teori heliosentrisme milik Nicolaus Copernicus.

Selain itu juga mendapat tentangan dari kaum Lutheran yang merupakan salah satu pihak yang menyebut penelitian De Revolutionibus Orbium Coelestium itu “tidak masuk akal”. Kelompok Gereja Katolik pada mulanya tidak menyatakan kecaman, namun akhirnya memutuskan bahwa buku De Revolutionibus Orbium Coelestium tersebut bertentangan dengan doktrin-doktrin resminya dan pada tahun 1616 M. 

Mereka juga mencantumkan karya Nicolaus Copernicus tentang heliosentris tersebut ke dalam buku-buku terlarang. Kemudian baru dicabut dari daftar buku terlarang pada tahun 1828 M. Setelah itu Teori Heliosentris Nicolaus Copernicus ini mulai mendapat perhatian besar dari para ilmuwan sesudahnya. Setelah melakukan pengamatan dan penelitian yang panjang kemudian banyak ilmuwan yang membenarkan, mendukung dan menyempurnakan teori Heliosentrisnya Copernicus tersebut. 

Ilmuwan yang mendalami teori Nicolaus Copernicus antara lain, Isaac Newton (1642-1727 M), Galileo Galilei (1564-1642 M), dan Johannes Kepler (1571-1630 M). Sejak saat itu Nicolaus Copernicus pun disanjung banyak orang dan diberi julukan sebagai Bapak Astronomi Modern.  Seorang astrofisikawan Owen Gingerich juga mengungkapkan bahwa Copernicus Lah yang menunjukan pada kita bagaimana usangnya konsep teori ilmiah yang sudah diterima dalam waktu yang lama. 

Lewat pengamatan, penelitian, dan matematika, Nicolaus Copernicus mampu menjungkirbalikkan konsep teori ilmiah dan agama yang agung namun ternyata keliru. Dalam konsep pemikiran manusia, Nicolaus Copernicus juga menghentikan matahari dan menggerakkan bumi.

Teori yang diungkapkan oleh Nicolaus Copernicus ini diperkuat dengan munculnya penemuan teleskop dan hasil temuan data observasi ilmuwan astronomi bernama Galileo Galilei. Hasil observasinya Galileo Galilei tersebut mengungkapkan tentang adanya empat satelit di planet jupiter. Selain itu heliosentrisme juga telah diperkuat anggapan John Kepler pada abad ke-16 lewat Hukum Kepler yang menjelaskan seperti berikut ini:

  1. Planet mempunyai bentuk lintasan seperti elips dengan matahari sebagai pusatnya, sehingga planet dan benda langit itu mengelilingi matahari
  2. Kecepatan planet saat berputar dan mengelilingi pusat tata surya akan melambat jika titiknya berada sangat jauh dari matahari
  3. Waktu yang dibutuhkan planet dalam mengelilingi matahari dipengaruhi dengan jaraknya, sehingga semakin dekat planet tersebut maka waktunya akan lebih singkat. Sebaliknya jika jaraknya semakin Jauh maka akan planet membutuhkan waktu yang lebih lama 

Biografi Nicolaus Copernicus, Sang Filsuf Astronomi

teori heliosentris (1)

Nicolaus Copernicus lahir pada 1473 di tengah-tengah keluarga saudagar kaya. Ia kemudian menempuh pendidikan menengah di Polandia dan melanjutkan sekolahnya di Italia dengan mengambil jurusan kedokteran, hukum, astronomi, dan matematika. Tahun 1506 Nicolaus Copernicus kembali ke Polandia menjadi dokter pribadi pamannya yang merupakan seorang uskup Katolik. 

Nicolaus Copernicus telah banyak berkontribusi penting pada perkembangan ilmu astronomi, salah satunya adalah dengan menerapkan matematika untuk menghitung posisi planet. Selain itu Nicolaus Copernicus juga telah memprediksi dan merumuskan durasi waktu yang terjadi pada peristiwa-peristiwa angkasa, seperti terjadinya fenomena gerhana. 

Kemudian pada tahun 1513, Nicolaus Copernicus menerbitkan sebuah karya singkat untuk teori heliosentris, yang mengungkapkan bahwa matahari adalah pusat dari alam semesta. Karyanya tersebut juga dikenal dengan sebutan “Commentarius”. Bertahun-tahun Nicolaus Copernicus berusaha untuk menyempurnakan teori heliosentrisnya itu sampai akhirnya ia berhasil menemukan banyak fakta baru tentang kondisi planet- planet di alam semesta. 

Termasuk salah satunya adalah merumuskan kecepatan perputaran tiap planet yang akan memengaruhi kondisi dan posisinya di luar angkasa. Sebelum meluncurkan teorinya tersebut, Nicolaus Copernicus sempat dilanda kebimbangan karena ketakutannya akan ancaman orang- orang gereja dan hukuman berat yang bisa menimpa dirinya. 

Namun Nicolaus Copernicus  tetap berupaya untuk menyempurnakan teorinya. Ia pun mulai meyakinkan diri bahwa pandangannya ini akan memberikan dampak yang sangat besar pada perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang datang.  Akhirnya pada tahun 1543, Nicolaus Copernicus mempublikasikan hasil- hasil penemuannya kepada publik. Karyanya tersebut kemudian dicetak oleh seorang warga Jerman yang merupakan pemeluk aliran Lutheran. 

Pada awalnya ia sedikit memiliki kekhawatiran yang sama dengan Nicolaus Copernicus dengan adanya hukum gereja. Namun ia berusaha melindungi Nicolaus Copernicus dengan menambahkan sebuah kata pengantar dari imam besar Lutheran yang menunjukan bahwa karya tersebut hanyalah sebuah teori biasa. 

Meskipun demikian, tetap banyak masyarakat yang terpengaruh oleh teori Nicolaus Copernicus, sehingga teorinya tersebut menjadi kontroversi di tengah masyarakat. Hampir 50 tahun lamanya setelah teori tersebut diterbitkan, teori heliosentris sempat tidak popular. Sampai akhirnya ahli astronomi Italia bernama Galileo Galilei membuat sebuah teleskop besar pada tahun 1609. Galileo kemudian mulai melakukan pengamatan langit dan hasilnya mendukung kebenaran dari teori heliosentris milik Nicolaus Copernicus.

beli sekarang

Prinsip Umum Teori

Teori heliosentris ini didasarkan pada beberapa prinsip untuk menjelaskan semua proses dan operasi di alam semesta. Prinsip- prinsip teori heliosentris adalah sebagai berikut:

  1. Benda- benda langit tidak berputar di sekitar satu titik
  2. Pusat bumi adalah pusat bulatan bulan yaitu orbit bulan mengelilingi bumi
  3. Semua bola planet berputar mengelilingi Matahari dan berada di dekat pusat alam semesta
  4. Jarak antara Bumi dan Matahari adalah sebagian kecil dari jarak ke bintang-bintang, jadi tidak ada paralaks yang diamati dari bintang- bintang tersebut
  5. Bintang- bintang tidak tergoyahkan, yakni pergerakannya terhitung harian dan disebabkan oleh rotasi harian Bumi 
  6. Bumi berputar dan bergerak mengelilingi Matahari sehingga menyebabkan adanya migrasi tahunan Matahari. Itu artinya Bumi juga memiliki lebih dari satu gerakan
  7. Gerak orbit Bumi mengelilingi Matahari mengakibatkan adanya kemunduran yang searah dengan pergerakan planet- planet

Dalam menjelaskan perubahan gerak planet Merkurius dan Venus, semua orbit masing-masing harus ditempatkan pada posisinya. Saat salah satu dari mereka ada di sisi terjauh dari Matahari dan berkaitan dengan Bumi, maka akan tampak lebih kecil. Namun, mereka masih bisa dilihat secara lengkap meskipun dengan alat pembesar. 

Sebaliknya, jika mereka ada di sisi Matahari yang sama dengan Bumi, maka ukurannya juga akan terlihat lebih besar dan bentuknya menjadi setengah dari ukuran bulan. Teori ini pada dasarnya menjelaskan gerakan retrograde planet seperti Mars dan Jupiter. Masalah yang kemudian memunculkan problema bahwa para astronom di Bumi tidak memiliki kerangka acuan yang tetap, padahal Bumi terus bergerak.

Perbedaan Antara Teori Heliosentris Dan Geosentris

Teori heliosentris adalah bentuk revolusi bagi dunia sains. Teori sebelumnya, yakni geosentris, didasarkan pada fakta bahwa Bumi adalah pusat dari alam semesta. Bumi juga juga dikelilingi oleh Matahari dan semua planet dan teori ini direduksi menjadi dua jenis pengamatan umum dan jelas. 

Hal pertama yang diperhatikan dalam teori ini adalah bintang dan matahari karena kedua benda langit ini sangat mudah untuk dilihat ke langit dan dapat diperhatikan sepanjang hari dengan bergerak di langit. Dengan cara ini, Aristoteles mengungkapkan bahwa Bumilah yang tetap dan benda langit lainnya yang bergerak.

Selama abad ke-XNUMX SM, Bumi dianggap datar, meskipun teori Aristoteles ini menemukan fakta bahwa planet sebenarnya bulat. Sampai akhirnya kedatangan astronom bernama Claudius Ptolemy yang mengungkapkan bahwa detail tentang bentuk planet dan Matahari yang akhirnya juga distandarisasi. 

Claudius Ptolomeus berpendapat bahwa Bumi menjadi pusat alam semesta dan semua bintang yang berada pada jarak tertentu tersebut juga tidak jauh dari pusatnya. Inilah ketakutan Nicolaus Copernicus yang bisa saja dipenjara oleh kelompok orang- orang Gereja Katolik sehingga membuatnya menahan penelitiannya dan tidak mempublikasikannya sampai saat kematiannya. Ancamannya Nicolaus Copernicus akan mati ketika dia menerbitkannya pada tahun 1542.

Setiap keberadaan planet dalam sistem tata surya yang dirancang oleh para astronom ini digerakkan oleh sistem dua bola. Salah satunya adalah bentuk diferensial dan epicycle. Artinya different ini merupakan lingkaran yang titik pusatnya terlepas dari posisi bumi. Inilah yang akhirnya digunakan untuk menjelaskan bagaimana perbedaan durasi disetiap musim. 

Di sisi lain, epicycle ini tertanam di bagian yang berbeda dan bergerak seolah-olah itu adalah bentuk roda di dalam roda lain. Epicycle ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana gerakan retrograde dari planet- planet yang ada di langit. 

Hal ini dapat diperhatikan saat gerakan planet- planet melambat dan bergerak mundur untuk kembali bergerak secara perlahan. Meskipun teori heliosentris ini tidak menjelaskan semua perilaku yang diamati di alam semesta, teori ini hingga saat ini telah digunakan oleh banyak ilmuwan sebagai dasar studi dalam kajian astronomi dan alam semesta.

Nah, itulah penjelasan tentang teori heliosentris dalam kajian astronomi modern. Apakah Grameds sepakat dengan teori Nicolaus Copernicus ini? Dalam dunia ilmu pengetahuan memang terus mengalami perkembangan berdasarkan revolusi dan kebaruan karena zaman juga terus berubah. Itulah sebabnya kita masih sering menemukan perdebatan dalam teori- teori ilmu pengetahuan. 

Termasuk kajian ilmu astronomi ini. Bahkan beberapa waktu lalu juga masih diperdebatkan apakah bentuk bumi bulat atau datar. Nah, jika Grameds ingin mengetahui lebih jauh tentang teori- teori alam semesta, termasuk tata surya dari planet- planet maka bisa kunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com

Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca tentang tata surya dan kajian astronomi lainnya: Selamat belajar. #SahabatTanpabatas. 

 

About the author

Rahma R

Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sudah dipelajari oleh banyak orang. Saya juga senang dengan bahasa Inggris, sehingga ketika menulis dengan tema materi bahasa Inggris sangat senang.