Pendidikan

Pengertian dan Ragam Strategi Pembelajaran yang Efektif dalam Kelas

Pengertian dan Ragam Strategi Pembelajaran yang Efektif dalam Kelas
Written by Gilang P

Guru yang profesional dituntut untuk dapat menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian tersebut, yaitu kemampuan menyampaikan pelajaran kepada siswa. Untuk dapat menyampaikan pelajaran dengan efektif dan efisien, guru perlu mengenal berbagai jenis strategi pembelajaran sehingga dapat memilih strategi manakah yang paling tepat untuk mengajarkan suatu bidang studi tertentu.

Secara berturut-turut, para guru akan mempelajari konsep strategi pembelajaran, meliputi pengertian pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran, dan teori yang melandasi, serta berbagai jenis pendekatan dalam strategi pembelajaran. Dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran, setiap guru dituntut untuk memahami benar strategi pembelajaran yang akan diterapkannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, seorang guru perlu memikirkan strategi pembelajaran yang akan digunakannya. Pemilihan strategi pembelajaran yang tepat berdampak pada tingkat penguasaan atau prestasi belajar siswa. Setelah mempelajari materi dalam artikel ini, para guru diharapkan mampu menjelaskan konsep strategi pembelajaran serta jenis-jenisnya.

Secara lebih terperinci, guru diharapkan mampu untuk:

  • Menjelaskan perbedaan antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran;
  • Mengidentifikasi teori-teori yang melandasi strategi pembelajaran;
  • Mengidentifikasi berbagai jenis strategi pembelajaran berdasarkan pendekatan tertentu.

Pengertian Strategi Pembelajaran

Proses belajar terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan lingkungannya. Oleh karena itu, lingkungan perlu diatur sedemikian rupa sehingga timbul reaksi siswa ke arah perubahan perilaku yang diinginkan. Pengaturan lingkungan tersebut, meliputi analisis kebutuhan siswa, karakteristik siswa, perumusan tujuan, penentuan materi pelajaran, pemilihan strategi yang sesuai, serta media pembelajaran yang diperlukan.

Jadi, strategi pembelajaran merupakan salah satu unsur yang penting dipahami oleh guru. Strategi pembelajaran disusun berdasarkan suatu pendekatan tertentu. Oleh karena itu, sebelum diuraikan tentang strategi pembelajaran, terlebih dahulu akan dikemukakan pengertian pendekatan.

Secara berturut-turut berikut ini akan dikemukakan pengertian-pengertian tentang pendekatan, strategi, metode, dan teknik dalam pembelajaran.

1. Pendekatan

Pendekatan merupakan seperangkat wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan berpikir dalam menentukan strategi, metode, dan teknik (prosedur) dalam mencapai target atau hasil tertentu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pendekatan juga dapat diartikan sebagai suatu perspektif atau cara pandang seseorang dalam menyikapi sesuatu.

2. Strategi Pembelajaran

Kata strategi berasal dari bahasa Latin strategia, yang diartikan sebagai seni penggunaan rencana untuk mencapai tujuan. Strategi pembelajaran menurut Frelberg & Driscoll (1992) dapat digunakan untuk mencapai berbagai tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk siswa yang berbeda, dalam konteks yang berbeda pula.

Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu, meliputi sifat, lingkup, dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada siswa. Dick & Carey (1996) berpendapat bahwa strategi pembelajaran tidak hanya terbatas pada prosedur kegiatan, melainkanjuga termasuk di dalamnya materi atau paket pembelajaran.

Strategi pembelajaran terdiri atas semua komponen materi pelajaran dan prosedur yang akan digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai pola kegiatan pembelajaran yang dipilih dan digunakan guru secara kontekstual, sesuai dengan karakteristik siswa, kondisi sekolah, lingkungan sekitar serta tujuan khusus pembelajaran yang dirumuskan.

Gerlach & Ely (1980) juga mengatakan bahwa perlu adanya kaitan antara strategi pembelajaran dengan tujuan pembelajaran, agar diperoleh langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Strategi pembelajaran terdiri dari metode dan teknik (prosedur) yang akan menjamin bahwa siswa akan betul-betul mencapai tujuan pembelajaran.

3. Metode Pembelajaran

Kata metode dan teknik sering digunakan secara bergantian. Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa teknik (yang kadang-kadang disebut metode) dapat diamati dalam setiap kegiatan pembelajaran. Teknik adalah jalan atau alat (way or means) yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan siswa ke arah tujuan yang akan dicapai.

Guru yang efektif sewaktu-waktu siap menggunakan berbagai metode (teknik) dengan efektif dan efisien menuju tercapainya tujuan. Metode, menurut Winarno Surakhmad (1986) adalah cara, yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini berlaku baik bagi guru (metode mengajar) maupun bagi siswa (metode belajar). Makin baik metode yang dipakai, makin efektif pula pencapaian tujuan. Namun, metode kadang-kadang dibedakan dengan teknik.

Metode bersifat prosedural, sedangkan teknik lebih bersifat implementatif, maksudnya merupakan pelaksanaan apa yang sesungguhnya terjadi (dilakukan guru) untuk mencapai tujuan. Contohnya, guru A dan guru B sama-sama menggunakan metode ceramah, keduanya mengetahui bagaimana prosedur pelaksanaan metode ceramah yang efektif, tetapi hasil guru A berbeda dengan guru B karena teknik pelaksanaannya yang berbeda.

Jadi, tiap guru mempunyai teknik yang berbeda dalam melaksanakan metode yang sama. Marilah kita tinjau kembali pengertian strategi yang telah diuraikan tersebut di atas bahwa strategi terdiri dari metode dan teknik atau prosedur yang menjamin siswa mencapai tujuan. Dari uraian tersebut jelaslah bahwa strategi pembelajaran lebih luas daripada metode dan teknik pembelajaran.

4. Teknik Pembelajaran

Metode dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran. Untuk lebih memperjelas perbedaan tersebut, ikutilah contoh berikut:

Dalam suatu Satuan Acara Perkuliahan (SAP) untuk mata kuliah “Metode-Metode Mengajar bagi Mahasiswa Program Akta Mengajar”, terdapat suatu rumusan tujuan khusus pembelajaran, yaitu “mahasiswa calon guru diharapkan dapat mengidentifikasi minimal empat bentuk diskusi sebagai metode mengajar”.

Strategi yang dipilih untuk mencapai tujuan tersebut, misalnya berikut ini:

  • Mahasiswa diminta mengemukakan empat bentuk diskusi yang pernah dilihatnya, secara kelompok.
  • Mahasiswa diminta membaca dua buah buku tentang bentuk-bentuk diskusi dari beberapa buku.
  • Mahasiswa diminta mendemonstrasikan cara-cara berdiskusi sesuai dengan bentuk yang dipelajari, sedangkan kelompok yang lain mengamati sambil mencatat kekurangan-kekurangannya untuk didiskusikan setelah demonstrasi selesai.
  • Mahasiswa diharapkan mencatat hasil diskusi kelas.

Dari contoh tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan nomor c dan d adalah teknik pembelajaran, dengan menggunakan metode demonstrasi dan diskusi. Seluruh kegiatan tersebut di atas merupakan strategi yang disusun guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mengatur strategi, guru dapat memilih berbagai metode, seperti ceramah, tanya jawab, diskusi, dan demonstrasi. Berbagai media, seperti film, VCD, kaset audio, dan gambar, dapat digunakan sebagai bagian dari teknik-teknik yang dipilih oleh guru.

Teori yang Melandasi Strategi Pembelajaran

Crowl, Kaminsky & Podell (1997) mengemukakan tiga pendekatan yang mendasari pengembangan strategi pembelajaran. Pertama, Advance Organizers dari Ausubel, yang merupakan pernyataan pengantar yang membantu siswa mempersiapkan kegiatan belajar baru dan menunjukkan hubungan antara apa yang akan dipelajari dengan konsep atau ide yang lebih luas.

Kedua, Discovery learning dari Bruner, yang menyarankan pembelajaran dimulai dari penyajian masalah dari guru untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelidiki dan menentukan pemecahannya. Ketiga, peristiwa-peristiwa belajar dari Gagne.

1. Belajar Bermakna dari Ausubel

Ausubel (1977) menyarankan penggunaan interaksi aktif antara guru dengan siswa yang disebut belajar verbal yang bermakna (meaningful verbal learning) atau disingkat belajar bermakna pembelajaran ini menekankan pada ekspositori dengan cara, guru menyajikan materi secara eksplisit dan terorganisasi.

Dalam pembelajaran ini, siswa menerima serangkaian ide yang disajikan guru dengan cara yang efisien. Model Ausubel ini mengedepankan penalaran deduktif, yang mengharuskan siswa pertama-tama mempelajari prinsip-prinsip, kemudian belajar mengenal hal-hal khusus dari prinsip-prinsip tersebut.

Pendekatan ini mengasumsikan bahwa seseorang belajar dengan baik apabila memahami konsep-konsep umum, maju secara deduktif dari aturan-aturan atau prinsip-prinsip sampai pada contoh-contoh. Pembelajaran bermakna dari Ausubel menitikberatkan interaksi verbal yang dinamis antara guru dengan siswa. Guru memulai dengan suatu advance organizer (pemandu awal), kemudian ke bagian-bagian pembelajaran, selanjutnya mengembangkan serangkaian langkah yang digunakan guru untuk mengajar dengan ekspositori.

2. Advance Organizer

Guru menggunakan advance organizer untuk mengaktifkan skemata siswa (eksistensi pemahaman siswa), untuk mengetahui apa yang telah dikenal siswa, dan untuk membantunya mengenal relevansi pengetahuan yang telah dimiliki. Advance organizer memperkenalkan pengetahuan baru secara umum yang dapat digunakan siswa sebagai kerangka untuk memahami isi informasi baru secara terperinci. Guru dapat menggunakan advance organizer untuk mengajar bidang studi apa pun.

3. Discovery Learning dari Bruner

Teori belajar penemuan (discovery) dari Bruner mengasumsikan bahwa belajar paling baik apabila siswa menemukan sendiri informasi dan konsep-konsep. Dalam belajar penemuan, siswa menggunakan penalaran induktif untuk mendapatkan prinsip-prinsip, contoh-contoh.

Misalnya, guru menjelaskan kepada siswa tentang penemuan sinar lampu pijar, kamera, dan CD, serta perbandingan antara invention dengan discovery (misalnya, listrik, nuklir, dan gravitasi). Siswa, kemudian menjabarkan sendiri apakah yang dimaksud dengan invention dan bagaimana perbedaannya dengan discovery.

Dalam belajar penemuan, siswa “menemukan” konsep dasar atau prinsip-prinsip dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendemonstrasikan konsep tersebut. Bruner yakin bahwa siswa “memiliki” pengetahuan apabila menemukan sendiri dan bertanggung jawab atas kegiatan belajarnya sendiri, yang memotivasinya untuk belajar.

4. Peristiwa-Peristiwa Belajar Menurut Gagne

Gagne (dalam Gagne & Driscoll, 1988) mengembangkan suatu model berdasarkan teori pemrosesan informasi yang memandang pembelajaran dari segi 9 urutan peristiwa sebagai berikut.

  • Menarik perhatian siswa.
  • Mengemukakan tujuan pembelajaran.
  • Memunculkan pengetahuan awal.
  • Menyajikan bahan stimulasi.
  • Membimbing belajar.
  • Menerima respons siswa.
  • Memberikan balikan.
  • Menilai unjuk kerja.
  • Meningkatkan retensi dan transfer.

Macam-macam Strategi Pembelajaran

Ada beberapa dasar yang dapat digunakan untuk mengklasifikasi strategi pembelajaran. Berikut ini akan dikemukakan beberapa di antaranya untuk dipahami dan pada saatnya dapat dipilih serta digunakan secara efektif.
Berdasarkan bentuk pendekatannya, dibedakan:

1. Expository dan Discovery/Inquiry

Dari hasil penelitian Edwin Fenton diketahui bahwa strategi pembelajaran yang banyak digunakan oleh para guru, bergerak pada suatu garis kotinum yang digambarkan sebagai berikut.

Gambar: Kontinum Pembelajaran

Dengan diagram tersebut dapat dilihat bahwa ujung paling kiri adalah “Expotition” (ekspositori), yang berarti guru hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Pembelajaran telah diorganisasikan oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu, pembelajaran itu disebut ekspositori.

Gerlach & Ely (1980) mengatakan bahwa kontinum tersebut di atas berguna bagi guru dalam memilih metode pembelajaran. Titik-titik yang bergerak dari ujung kiri sampai ke ujung kanan mengandung unsur-unsur ekspositori dengan berbagai metode yang bergerak sedikit demi sedikit sampai pada unsur discovery (penemuan).

Dalam kenyataannya, hampir tidak ada discovery murni, pada umumnya guru menggunakan dua kutub strategi serta metode pembelajaran yang lebih dari dua macam, bahkan menggunakan metode campuran. Suatu saat guru dapat menggunakan strategi ekspositori dengan metode ekspositori pula. Begitu pula dengan discovery/inquiry sehingga suatu ketika ekspositori discovery/inquiry dapat berfungsi sebagai strategi pembelajaran, tetapi suatu ketika juga berfungsi sebagai metode pembelajaran.

2. Discovery dan Inquiry

Discovery (penemuan) sering dipertukarkan pemakaiannya dengan inquiry (penyelidikan) penemuan adalah proses mental yang mengharapkan siswa mengasimilasikan suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental, misalnya mengamati, menjelaskan, mengelompokkan, dan membuat kesimpulan. Konsep, misalnya bundar, segitiga, demokrasi, dan energi.

Prinsip, misalnya “setiap logam apabila dipanaskan memuai”. Inquiry, merupakan perluasan dari discovery (discovery yang digunakan lebih mendalam). Artinya, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya, merumuskan masalah, merancang eksperimen, melaksanakan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

Penggunaan discovery dalam batas-batas tertentu baik, untuk kelas-kelas rendah, sedangkan inquiry baik untuk siswa-siswa di kelas yang lebih tinggi. Salah satu bentuk discovery yang disebut Guided Discovery (discovery terbimbing), guru memberi beberapa petunjuk kepada siswa untuk membantu siswa menghindari jalan buntu. Guru memberi pertanyaan atau mengungkapkan dilema yang membutuhkan pemecahan-pemecahan, menyediakan materi-materi yang sesuai dan menarik, serta meningkatkan kemampuan siswa untuk mengemukakan dan menguji hipotesis.

Secara berturut-turut langkah discovery terbimbing sebagai berikut.

  • Adanya problema yang akan dipecahkan, yang dinyatakan dalam pertanyaan atau pernyataan.
  • Jelas tingkat/kelasnya (misalnya SMP kelas III).
  • Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.
  • Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan.
  • Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melaksanakan kegiatan.
  • Kegiatan metode penemuan oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
  • Proses berpikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan.
  • Perlu dikembangkan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka, yang mengarah pada kegiatan yang dilakukan siswa.
  • Ada catatan guru yang meliputi penjelasan tentang hal-hal yang sulit dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil terutama kalau penyelidikan mengalami kegagalan atau tak berjalan sebagaimana mestinya.

Adapun langkah-langkah inquiry sebagai berikut.

  • Menentukan masalah.
  • Pengumpulan data untuk memperoleh kejelasan.
  • Pengumpulan data untuk mengadakan percobaan.
  • Perumusan keterangan yang diperoleh.
  • Analisis proses inquiry.

3. Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)

Sejak dulu cara belajar ini telah ada, yaitu bahwa dalam kelas mesti terdapat kegiatan belajar yang mengaktifkan siswa. Hanya saja kadar (tingkat) keterlibatan siswa itu yang berbeda. Jika dahulu guru lebih banyak menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa.

Kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru, melainkan berpusat pada siswa (student centered). Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas maka kewajiban gurulah untuk memberi stimulus agar siswa mampu menampilkan potensi itu, betapa pun sederhananya. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya sehingga siswa memperoleh konsep.

Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep, serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses pembelajaran seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif. Hakikat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan pembelajaran yang memungkinkan terjadinya:

  • Proses asimilasi/pengalaman kognitif yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
  • Proses perbuatan/pengalaman langsung yang memungkinkan terbentuknya keterampilan.
  • Proses penghayatan dan internalisasi nilai yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap.

Rekomendasi Buku & Artikel Terkait

 

About the author

Gilang P

Saya menulis sekian banyak tulisan untuk menuangkan apa yang ada di pikiran–tentunya setelah diolah dan diracik sedemikian rupa agar menjadi menarik. Saya pikir, setiap orang bisa menulis tentang apa saja, selama mau belajar memahami.