Sosial Budaya

Mengenal 5 Ragam Rumah Adat Riau yang Perlu Dilestarikan

Rumah Adat Riau
Written by Umam

Rumah Adat Riau – Grameds, apa yang kamu tahu akan daerah Riau? Provinsi yang ada di Pulau Sumatera ini terkenal sebagai penghasil minyak terbesar di Indonesia. Tidak hanya itu, Riau juga sempat viral di dunia internasional karena hutan luas yang ada di provinsi tersebut terbakar. Kabutnya membumbung tinggi hingga ke negara tetangga.

Dalam kesempatan kali ini, kita akan menggali lebih tentang Riau, tepatnya mengenai rumah adat Riau. Sebagaimana rumah adat lainnya, rumah adat Riau memiliki keunikan. Apa saja keunikan rumah adat Riau ini? Yuk Grameds kita simak dalam penjelasan kali ini.

Sebagai salah satu provinsi di Indonesia, Riau terletak di bagian tengah pantai timur Pulau Sumatera. Provinsi ini juga terdiri atas kepulauan yang merupakan sekelompok besar pulau-pulau kecil. Di antara yang terkenal adalah Pulau Bintan dan dan Pulau Batam yang terletak di sebelah selatan Singapura dan timur Sumatera.

Dengan luas wilayah sebesar 87.023,66 km persegi dan dihuni oleh 6.493.603 jiwa penduduk, Riau memiliki kepadatan penduduk sebanyak 75 jiwa per kilometer persegi. Ibu kota Riau berada di Pekanbaru sekaligus menjadi kota terbesar di provinsi ini. Kota terbesar berikutnya adalah Dumai.

Selama ini Riau dikenal sebagai provinsi yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Tidak main-main, Riau merupakan daerah penghasil minyak bumi terbesar di Indonesia dengan hasil sebanyak 365 ribu barel per hari. Fantastis bukan? Bahkan saking melimpahnya hasil minyak bumi di Riau, dikatakan bahwa minyak di Riau tidak hanya dihasilkan dari bawah tanah, namun juga dari atas tanah.

Selain minyak bumi, Riau juga menghasilkan karet, gas alam, perkebunan serat, dan kelapa sawit. Namun demikian, dari waktu ke waktu, terjadi deforestasi secara besar-besaran di Riau. Lahan hutan berkurang secara drastis dengan tujuan pembukaan kebun-kebun baru kelapa sawit dan produksi kertas. Deforestasi ini mengakibatkan kabut asap dan kebakaran hutan yang parah sehingga mengganggu daerah lain bahkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Ragam Rumah Adat Riau

Penduduk asli penduduk Riau berasal dari suku Melayu Riau. Suku ini memiliki sejarah yang panjang sehingga suku ini mengalami banyak penyesuaian budaya dengan berbagai tempat, sebut saja Hindu, Islam, Cina, Portugis, Belanda, dan Inggris. Oleh karena itu, apabila rumah adat Riau kental dengan nuansa Melayu, Grameds tidak perlu heran ya.

Rumah adat Riau dapat dikenali dengan beberapa ciri-ciri umum, yaitu pada umumnya menghadap ke sungai. Masyarakat tradisional Riau banyak yang menggunakan sungai sebagai sarana transportasi. Hal ini tidak mengherankan karena perkampungan di Riau banyak yang berada di sepanjang Sungai Siak.

Ciri lainnya adalah rumah adat Riau mayoritas berupa rumah panggung yang bawahnya disangga oleh kayu yang kuat pada bagian tepinya. Perlu kita ingat bahwa Riau merupakan daerah yang memiliki hutan sangat luas. Terlebih sebelum mengalami deforestasi.

Luasnya hutan tersebut menjadi habitat berbagai macam hewan, mulai dari yang jinak hingga buas. Untuk menghindari serangan binatang buas, masyarakat Melayu merancang rumah mereka menjadi rumah panggung. Namun seiring waktu, hewan buas sudah mulai berkurang. Bagian bawah rumah lebih banyak digunakan untuk kandang hewan ternak.

Tidak hanya itu, rumah panggung juga berfungsi untuk melindungi rumah dari banjir. Tempat tinggal yang berada di dekat pesisir pantai dan sungai sangat riskan untuk dilanda banjir. Dengan demikian, alasan desain rumah panggung memiliki banyak fungsi.

Baik Grameds, langsung saja kita ulas mengenai rumah adat Riau ini.

1. Rumah Melayu Atap Limas Potong

Rumah Adat Riau

adatindonesia.org

Sebagaimana namanya, Rumah Melayu Limas Potong ini memiliki atapnya bentuk tiga dimensi limas. Kata potong mengisyaratkan bahwa atap rumah ini ujung atapnya dibuat seakan terpotong. Jadi, rumah limas potong ini maksudnya menunjukkan bahwa rumah tersebut memiliki atap seperti limas namun terpotong pada ujungnya.

Di antara rumah adat Riau lainnya, mungkin Rumah Melayu Limas Potong inilah salah satu jens rumah adat yang paling sering kamu jumpai di sana. Rumah ini memang dijadikan tempat tinggal utama oleh para penduduk setempat.

Konsep utama rumah adat ini tidak jauh berbeda dengan rumah adat Riau lainnya. Rumah ini seperti kebanyakan rumah adat Melayu pada umumnya, yakni berada di ketinggian 1,5 meter dari permukaan tanah. Dengan konsep seperti itu, rumah adat Riau bisa dikatakan termasuk rumah panggung.

Mengapa dibuat rumah panggung seperti itu? Hal ini karena jaman dahulu banyak penduduk Riau tinggal di pesisir pantai. Rumah panggung seperti ini dapat memastikan bahwa rumah mereka tidak akan terkena atau tenggelam jika air laut sedang mengalami pasang.

Rumah ini utamanya terbuat dari material kayu dan papan. Pada bagian depan, disediakan beberapa anak tangga sebagai jalan masuk menuju pintu utama. Rumah ini didominasi oleh warna kuning dan merah.

Bagi siapa saja yang ingin membangun rumah adat ini, dipersilakan menentukan ukurannya sendiri. Karena tidak ada aturan khusus yang membahas ukuran pakem tentang rumah ini. Umumnya, besar kecilnya ukuran rumah adat ini menandakan status ekonomi dan sosial pengguna. Semakin besar ukuran rumah, semakin mapan pemiliknya secara materi. Kesimpulan ini didasarkan pada banyaknya jumlah papan yang dipasang untuk membangun rumah.

Secara spesifik, rumah adat ini merupakan rumah adat yang berasal dari Pulau Batam. Namun saat ini rumah limas potong pada umumnya digunakan sebagai tujuan wisata saja. Untuk melestarikan budaya berupa rumah adat ini, pemerintah setempat membentuk kawasan wisata yang berisi rumah Melayu Limas Potong.

Rumah Adat Riau

tempatwisata.pro

Rumah tradisional ini akan banyak kamu temukan di Kampung Teluk, Kelurahan Batu Besar, Kecamatan Nongsa, Batam. Tujuan wisata ini adalah untuk menunjukkan adanya situs sejarah sekaligus pendidikan bagi kaum muda-mudi Indonesia, terutama pemuda yang berasal dari Riau.

Di dalam kawasan wisata tersebut, kamu dapat menikmati nuansa pedesaan sehingga kamu tempat ini bisa menjadi alternatif untuk berlibur. Tempat ini juga dilengkapi dengan fasilitas umum seperti warung dan mushalla.

Ditilik dari sejarah, rumah ini sudah cukup tua karena didirikan pada tahun 1959. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika rumah ini dijadikan warisan budaya Melayu. Rumah yang terdapat di kawasan ini dibangun oleh Haji Abdul Karim.

2. Rumah Selaso Jatuh Kembar

Rumah Adat Riau

kompas.com

Selaso (Bahasa Melayu) dalam Bahasa Indonesia berarti selasar. Rumah Selaso Jatuh Kembar artinya rumah yang memiliki dua selasar yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah. Dengan demikian, serambi kelilingnya posisinya lebih rendah.

Rumah Selaso Jatuh Kembar juga biasa disebut Balai Salaso Jatuh. Rumah ini tidak digunakan untuk tempat tinggal warga biasa. Hanya pemangku adat atau para datuk yang boleh tinggal di Balasi Salaso Jatuh. Selain itu, rumah ini juga biasa digunakan sebagai tempat berkumpul, acara adat, masak bersama, musyawarah, hingga tempat penyimpanan alat-alat adat (termasuk alat musik). Oleh karena itu, tidak heran jika rumah ini juga dijuluki dengan Balai Kerapatan, Balairung Sari, dan Balai Pengobatan.

Di dalamnya terdapat beberapa ruangan besar yang dapat digunakan untuk beristirahat, anjungan, ruang bersila, dan dapur. Hanya saja, rumah adat ini tidak ada kamar-kamar sebagaimana rumah pada umumnya. Yang ada hanyalah sekat-sekat sebagai pemisah.

Rumah adat satu ini terbilang cukup unik. Jika kamu perhatikan, pada atap, tiang, tangga, dan loteng ada ukiran dengan ornamen khas Riau yang menjadikan keindahannya tidak perlu diragukan lagi. Pada bagian tangga, kamu akan mendapati ukiran ukiran ombak-ombak atau lebah bergantung yang bermakna supaya orang dapat hidup bermanfaat sebagaimana lebah.

Pada dinding rumah Selaso Jatuh Kembar, kamu akan menemui ukiran sekawanan itik atau itik yang berjalan beriringan. Ukiran ini melambangkan nasehat bahwa manusia sebagai makhluk sosial seharusnya dapat hidup berdampingan dan selaras, kompak, damai, dan bersama-sama. Selain dua jenis ukiran tersebut, ada beberapa jenis ukiran lainnya seperti kalok paku, semut beriring, sayap layang-layang, naga, tulisan ayat-ayat Al Quran, dan pucuk rebung.

Pada bagian atapnya ada hiasan berupa kayu yang mencuat saling bersilangan. Kayu hiasan ini disebut dengan Tunjuk Langit. Fungsi kayu tersebut sebagai makna pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada kayu hiasan tersebut terdapat ukiran yang melambangkan perwujudan adat. Setiap jenis ukiran memiliki makna tertentu.

3. Hunian Melayu Lipat Kajang

Rumah Adat Riau

adatindonesia.org

Rumah adat Riau berikutnya adalah Hunian Melayu Lipat Kajang. Rumah adat satu ini tampaknya sudah mulai punah karena sudah sangat jarang sekali terlihat. Kalaupun masih ada, biasanya rumah tersebut merupakan bangunan pemerintah setempat yang direnovasi sehingga terlihat lebih modern.

Dulunya, rumah adat ini banyak didirikan di daerah yang dialiri sungai Rokan, daerah Siak Sri Indrapura, dan bagian kiri sungai Kampar, daerah Pelalawan, daerah hilir dan muara sungai Indragiri. Dalam bahasa Melayu, Lipat Kajang bisa diartikan sebagai jalan atau sungai yang berkelok dengan sudut yang tajam.

Sebuah jurnal yang berjudul Elemen Arsitektural Atap pada Rumah Tradisional Melayu Riau, menjelaskan bahwa atap lipat kajang memiliki bentuk berupa bumbung yang curam. Desain ini dibuat bukan hanya untuk menambah keindahan dan estetika nila bangunan, melainkan juga agar air hujan dapat mengalir ke bawah dengan mudah.

Apabila air dapat dengan mudah turun, maka atap tidak akan mudah roboh menahan beban berat air. Tidak hanya itu, desain tersebut tidak memungkinkan air tergenang. Perlu diketahui, air tergenang merupakan sumber penyakit dan sarang nyamuk.

Hunian Melayu Lipat Kajang ini diberi hiasan ornamen berupa ukiran selo bayuang atau selembayung dan tanduk buang, yakni ornamen yang berbentuk hewan, bunga, dan tumbuhan. Makna dari ornamen ini adalah kasih sayang, unsur magis, cahaya rumah, keselamatan, kasih sayang, adat, dan tahu diri.

Rumah ini dikonstruksi dari bahan-bahan alami. Untuk atap, dipilih bahan daun nipa dan alang-alang. Untuk bagian dinding dan lantai rumah, pada umumnya terbuat dari anyaman bambu sehingga bagian dalam rumah terasa sejuk karena ada udara yang bisa keluar-masuk melalui ventilasi kecil di sela-sela anyaman tersebut. Untuk memperkuat anyaman tersebut, beberapa bamboo diikat dengan ijuk dan rotan.

Untuk membangun Hunian Melayu Lipat Kajang, kita memerlukan tiga balok pasak atau sulur bawah (padongko) dengan posisi melintang dari kiri ke kanan rumah tersebut. Fungsi balok ini adalah untuk mengikat tiang dalam kesatuan pada jajaran atas rumah. Di rumah tersebut juga terdapat balok besar yang melintang dari kiri ke kanan.

4. Rumah Melayu Atap Lontik

Rumah Adat Riau

kompas.com

Rumah adat Riau berikutnya adalah Rumah Melayu Atap Lontik. Rumah adat ini juga disebut dengan Rumah Lancang atau Rumah Pencalang karena atap rumah ini bentuknya meruncing tajam dan bentuk kaki rumahnya berbentuk seperti perahu atau lancang. Sementara itu, keempat sisi Rumah Melayu Atap Lontik ini miring keluar.

Sebagaimana rumah adat khas Sumatera lainnya, atapnya didesain seperti tanduk kerbau. Banyak orang yang menganggap bahwa Rumah Melayu Atap Lontik ini terinspirasi dari Rumah Gadang yang merupakan rumah adat Minangkabau. Jika dilihat dari letak geografis, anggapan tersebut tidak salah mengingat wilayah Riau dan Sumatera Barat saling berbatasan.

Rumah adat ini merupakan simbol yang menandakan tingginya penghormatan masyarakat Riau kepada Tuhan Yang Maha Esa. Adanya lengkungan pada atapnya melambangkan bahwa awal dan akhir hidup manusia akan kembali kepada Tuhan. Jumlah anak tangga menuju rumah berjumlah lima yang melambangkan lima rukun Islam. Jika pada ruangan terdapat tangga, jumlah anak tangganya berjumlah ganjil, yakni 3, 5, 7, 9, dan 11.

Tidak hanya melambangkan penghormatan kepada Tuhan, rumah adat ini juga melambangkan rasa sayang yang tinggi kepada sesama manusia. Rumah adat ini juga mengusung konsep rumah panggung untuk menghindari banjir dan serangan binatang buas. Hal tersebut dikarenakan rumah ini pada umumnya dibangun di dekat sungai. Selain agar terhindar dari serangan binatang buas, bagian bawah rumah dapat digunakan sebagai kandang hewan ternak.

5. Rumah Singgah Siak

Rumah Adat Riau

kebudayaan.kemdikbud.go.id

Menurut catatan sejarah, wilayah Senapelan (Pekanbaru) merupakan ibukota dari Kerajaan Siak Sri Indrapura. Sebelum Senapelan, Menpura merupakan ibu kota Kerajaan Siak Sri Indrapura. Alasan dipilihnya Senapelan sebagai ibukota adalah wilayah ini berada di lokasi yang cukup strategis dalam lalu lintas perdagangan. Ditambah lagi, kondisi Sungai Siak sangat tenang. Belum lagi, saat itu Senapel menjadi perkampungan yang memegang peran penting dalam posisi silang baik dengan pedalaman Tapung, Mingakabau, dan Kampar.

Kondisi tersebut mendorong Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syahwilayah untuk memindahkan pusat kerajaan dari Menpura ke Senapelan pada tahun 1775. Hanya saja, rumah ini baru dibangun pada tahun 1895. Dan Rumah Singgah Siak ini merupakan rumah yang akan disinggahi pertama kali oleh Sultan Siak beserta para pengiringnya apabila sedang berada di Senapelan.

Rumah Adat Riau

kebudayaan.kemdikbud.go.id

Jika kamu ingin mengunjungi rumah secara langsung, rumah ini berada pada jarak 20 meter dari Sungai Siak. Lebih tepatnya, di Jalan Panglima Undan, tepatnya di bawah Jembatan Siak III Kampung Bandar, Senapelan, Kota Pekanbaru, Riau.

Rumah Singgah Siak secara umum dibangun dengan bahan dasar kayu. Namun untuk bagian tangga yang berada pada sisi timur bangunan, terbuat dari bata berspesi. Jika dilihat dari denah dasar, bangunan memiliki panjang dari utara ke selatan 17,52 meter dan lebar dari barat ke timur 8,67 meter. Jika dilihat dari atas, rumah ini seakan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu dua persegi panjang kecil dan satu persegi panjang kecil.

Grameds, itulah ragam rumah adat Riau yang perlu kita ketahui dan lestarikan. Jika kamu ingin mengetahui lebih banyak mengenai ragam rumah adat di Indonesia, kamu bisa membaca buku-buku terkait dengan mengunjungi Gramedia.com agar kamu memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Mutiani Eka Astutik

BACA JUGA:

  1. Rumah Adat di Indonesia yang Unik dan Jarang Diketahui 
  2. 12 Rumah Adat Paling Populer dan Unik di Indonesia
  3. 6 Fungsi Rumah Adat dan Contohnya
  4. 14 Rumah Adat Jawa yang Kaya Makna dan Filosofi
  5. Rumah Adat Sumatera Barat: Jenis, Keunikan, dan Fungsinya 
  6. Rumah Adat Sunda – Jenis, Keunikan, Ciri Khas, dan Bentuk 
  7. Sejarah dan Macam Rumah Adat Betawi

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.