Hukum

Teori Hukum Konvergensi: Sudut Pandang dari Berbagai Bidang Ilmu

Hukum Konvergensi
Written by Laeli Nur Azizah

Hukum konvergensi satu ini mungkin masih terdengar cukup awam bagi sebagian masyarakat. Sebab, memang pemakaian teori tentang hukum Konvergensi ini cukup sempit dalam bahasan hukum tertentu. Misalnya saja, dalam hukum teknologi.

Didalam hukum teknologi dapat dikatakan sebagai paradigma baru yang bahkan menurut Anda sewajibnya menjadi konsentrasi sendiri. Hal ini sebab terlalu luas di banyak konsentrasi hukum lainnya. Dimana, setiap konsentrasi hukum mempunyai pandangan masing-masing pada teknologi. Sehingga mengakibatkan teknologi tidak mempunyai identitas tersendiri dalam hukum.

Lalu, tidak mempunyai sudut pandang dan pendirian sendiri. Serta terlalu fleksibel yang dapat berdampak baik sebab mudah menyesuaikan keadaan. Namun, saat timbul benturan antar dua sub bidang hukum yang berbeda mengakibatkan kerumitan sebab perbedaan pandangan mengenai teknologi tanpa adanya dasar dari teknologi itu sendiri.

Nah, teori hukum konvergensi ini hadir salah satunya guna mengisi celah tersebut. Dibawah ini akan dibahas tentang definisi teori hukum konvergensi.

Teori Hukum Konvergensi

Teori hukum konvergensi ini bisa dirasa masih belum umum dipakai dalam ilmu hukum. Namun, bagaimana dengan konvergensi? Anda yakin sebagian besar dari pembaca ini tentu pernah belajar mengenai mata pelajaran Geografi ketika Sekolah Menengah Atas (SMA), maupun setidak-tidaknya mereka yang dulu pernah mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mendengar kata ini.

Dimana, konvergensi mempunyai kaitannya dengan tanah, yakni berupa tubrukan antar lempeng tektonik yang kemudian mengakibatkan perubahan kontur tanah. Sudah ingat belum? Ternyata pemakaian kata “konvergensi” tak cuma bisa Anda jumpai dalam ilmu geografi saja, namun juga pada ilmu psikologi.

Bahkan, jika Anda mencari di google dengan kata kunci teori konvergensi, maka kebanyakan yang muncul mengarah pada teori konvergensi dalam ilmu psikologi. Pada ilmu psikologi, teori konvergensi ini merupakan perkembangan manusia yang dipengaruhi oleh sifat dasar dan keturunan.

Lalu, bagaimana bila Anda searching hanya memakai Konvergensi saja. Maka kata yang akan muncul dalam Google yaitu konvergensi media dalam konteks ilmu komunikasi.

Akan tetapi, bagaimana bila Anda cari dengan kata kunci teori hukum konvergensi. Tentunya yang nantinya akan muncul justru berupa situs-situs yang menjual buku berjudul teori hukum konvergensi karya dari Bapak Danrivanto Budhijanto. Beliau, merupakan orang yang memperkenalkan teori hukum konvergensi di Indonesia lewat bukunya.

Dimana, buku yang dapat dikatakan kalah pamor dibandingkan buku teori hukum lain, namun menurut penulis sangat penting sebagai bahan dasar pijakan pembahasan mengenai hukum teknologi. Berdasarkan beliau, definisi teori hukum konvergensi merupakan pertemuan antara dua aspek yang mempunyai karakteristik masing-masing.

Dalam hal itulah, maka pertemuan antara hukum dengan teknologi yang melahirkan teori hukum konvergensi di bidang teknologi. Jika diperhatikan, definisi tersebut sama dengan fenomena konvergensi di ilmu geografi bukan

Istilah kata konvergensi berasal dari kata converge yang berarti bahwa memusatkan pada satu titik tertentu. Teori tersebut penganjur utamanya yaitu Williams Stern dengan dibantu istri setianya bernama Clara Stern. Mereka mengatakan bahwa perkembangan jiwa anak lebih banyak ditentukan oleh 2 (dua) faktor yang saling menopang, yaitu faktor bakat, dan faktor pengaruh lingkungan.

Keduanya, tidak bisa dipisahkan dan bertemu dalam satu titik saja. Disitu bisa dipahami bahwa kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik jika dibina oleh suatu pendidikan atau pengalaman yang baik dan ditopang oleh bakat yang menjadi pembawaan lahir.

William Stern, juga mengungkapkan bahwa perkembangan yang dialami anak ini dipengaruhi oleh unsur lingkungan dan bawaan. Proporsi dari kedua unsur inilah bervariasi. Pengaruh unsur bawaan dan lingkungan dapat sama kuatnya maupun salah satu dari unsur itu lebih kuat dampaknya pada perkembangannya dibandingkan unsur yang lainnya. Contohnya yaitu mengajarkan konsep tentang burung pada anak usia 5 tahun dengan down syndrom akan memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan anak berumur 5 tahun dengan taraf kecerdasan rata-rata.

Contoh lainnya yaitu seorang siswa yang pengaruh antara lingkungan dan pembawaan sama besarnya atau seimbang, maka hasil dari pembelajaran juga akan seimbang Sebab semua bawaan seorang siswa bermanfaat dalam proses pembelajaran. Seperti seorang siswa yang hasil dari bawaan dan lingkungan seimbang yaitu seorang anak yang berbakat dalam perhitungan tetapi bisa menguasai pelajaran lainnya tanpa mengalami kesulitan.

Seorang siswa yang faktor lingkungan lebih dominan, maka hasil dari suatu pembelajaran lebih condong sesuai dengan lingkungan yang ada di sekelilingnya sehingga bakat menjadi sia-sia. Seperti anak yang berbakat menggambar namun guru memaksa untuk pandai berhitung dengan alasan tertentu, maka nantinya anak tersebut akan pandai berhitung namun bakat aslinya terabaikan sia-sia walaupun nampak berhasil namun hanya dirasakan sepihak saja.

Seorang siswa yang faktor bawaan lebih dominan dalam proses pembelajaran, maka seorang siswa hanya biasa dalam bakatnya saja. contohnya seorang anak laki-laki yang lebih menyukai sepak bola tanpa memperhatikan tugasnya sebagai pelajar Maka hasilnya siswa tersebut akan ketinggalan pelajaran yang seharusnya dia dapatkan.

Rekomendasi Buku

Hukum Konvergensi

Hukum Konvergensi

Hukum Konvergensi

About the author

Laeli Nur Azizah