Geografi

Seven Summit of Java, Urutan 7 Gunung Tertinggi di Pulau Jawa

Written by Mochamad Harris

Gunung Tertinggi di Pulau Jawa – Gunung merupakan bagian kerak bumi yang lebih tinggi dari area di sekitarnya. Gunung biasanya mempunyai curam yang secara signifikan menyingkap batuan dasarnya. Gunung berbeda dari dataran tinggi karena memiliki daerah puncak yang terbatas, gunung lebih besar dari sebuah bukit, biasanya memiliki ketinggian setidaknya 300 meter (1.000 kaki) di atas tanah sekitarnya. Beberapa gunung adalah puncak yang berdiri sendiri, tetapi sebagian besar merupakan bagian dari rangkaian pegunungan.

Pegunungan terbentuk melalui kekuatan tektonik, erosi, atau aktivitas vulkanik, yang bekerja pada skala waktu hingga puluhan juta tahun. Begitu pembentukan gunung berhenti, gunung-gunung perlahan-lahan akan semakin landai melalui pelapukan, kemerosotan, bentuk-bentuk pemborosan massal lainnya, serta melalui erosi oleh sungai dan gletser.

Ketinggian di pegunungan menghasilkan iklim yang lebih dingin daripada di permukaan laut garis lintang yang sama. Iklim yang lebih dingin ini sangat memengaruhi ekosistem pegunungan: ketinggian gunung yang berbeda-beda menjadi habitat tumbuhan dan hewan yang berbeda pula.

Gunung cenderung lebih sedikit digunakan untuk pertanian dan lebih banyak untuk ekstraksi sumber daya, seperti pertambangan dan penebangan, atau dijadikan tempat rekreasi, seperti mendaki gunung dan bermain ski karena medan dan iklimnya yang kurang ramah

Gunung tertinggi di bumi adalah Gunung Everest di Himalaya, yang puncaknya mencapai ketinggian 8.850 m (29.035 ft) di atas permukaan laut rata-rata. Gunung tertinggi di antara semua planet tata surya adalah Olympus Mons yang berada di Mars dengan ketinggian mencapai 21.171 m (69.459 ft).

Ada banyak sekali penyebutan untuk “gunung” dalam bahasa daerah di Indonesia. Beberapa di antaranya, yaitu:

  • Gunong dan glee (Aceh).
  • Deleng (Karo).
  • Dolok (Toba).
  • Bukit (berarti gunung kecil) (Melayu).
  • Pasir (bukit) dan gunung (Sunda).
  • Igir, wagir, wukir, dan meru (Jawa).
  • Bulu (Makassar).
  • Keli (Flores).
  • Nga (Papua pedalaman).
  • Olat (Sumbawa).
  • Gunuang (Minang).
  • Hili (Nias).

7 Gunung Tertinggi di Pulau Jawa

Posisinya yang tepat berada pada garis cincin api bumi membuat Pulau Jawa banyak dihuni gunung-gunung berapi aktif. Tak heran, banyak sekali gunung-gunung tinggi nan indah yang sering jadi arena pendakian para petualang di pulau ini. Tidak hanya 7 puncak tertinggi di dunia, ada juga istilah seven summits of Java atau 7 puncak tertinggi di Jawa. Daftar gunung-gunung tersebut diambil satu demi satu dari beberapa daerah di Pulau Jawa.

Berikut urutan gunung tertinggi di Pulau Jawa.

1. Gunung Semeru

Semeru pada 1985 (Thomas J. Casadevall/Public Domain United States).

Gunung Semeru atau Gunung Meru adalah gunung berapi berbentuk kerucut yang berada di Provinsi Jawa Timur. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa, dengan puncaknya Mahameru yang berada di 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Gunung ini terbentuk akibat subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.

Gunung Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatra dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat Kawah di puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Gunung ini secara administratif termasuk dalam wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang (Provinsi Jawa Timur).

Gunung itu termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Semeru memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Posisi geografis Semeru terletak antara 8°06′ LS dan 112°55′ BT.

Orang Eropa pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet dan Winny Brigita (1838), seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda. Mereka menempuh jalur dari sebelah barat daya melalui Widodaren. Selanjutnya, Junghuhn (1945), seorang ahli botani berkebangsaan Belanda, mendaki dari utara lewat Gunung Ayek-Ayek, Gunung Inder-Inder, dan Gunung Kepolo. Pada 1911, Van Gogh dan Heim melaluinya dari lereng utara. Setelah tahun 1945, pendakian umumnya dilakukan lewat lereng utara, yaitu melalui Ranu Pani dan Ranu Kumbolo hingga saat ini.

2. Gunung Slamet

Gunung Slamet dari ketinggian 28.000 kaki (Kembangraps/Public Domain Individu).

Gunung Slamet merupakan sebuah gunung berapi berbentuk kerucut tipe A yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Gunung Slamet memiliki ketinggian 3.432 mdpl dan terletak di antara lima kabupaten, yaitu Kabupaten Banyumas, Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang.

Gunung ini merupakan gunung dengan suhu rata-rata paling dingin di Pulau Jawa, serta memiliki curah hujan tahunan paling tinggi di Indonesia, yaitu 8.134,00 milimeter (mm) per tahun. Gunung Slamet adalah gunung tertinggi di Jawa Tengah dan menjadi gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Gunung ini cukup populer sebagai tujuan pendakian, meskipun medannya dikenal sulit.

Kawah IV merupakan kawah terakhir yang masih aktif sampai sekarang, terakhir aktif hingga level siaga medio-2009. Kawasan wisata yang berada di kaki gunung ini, yaitu Baturraden. Objek wisata tersebut menjadi tujuan wisata di Kabupaten Banyumas, dengan jarak sekitar 15 km dari Kota Purwokerto. Selain itu, juga terdapat wisata alam berupa pemandian air panas Guci yang berada di sisi utara Gunung Slamet, tepatnya di Kabupaten Tegal.

Gunung Slamet memiliki cerita legenda yang turun-temurun. Nama slamet diambil dari bahasa Jawa yang artinya “selamat”. Nama ini diberikan karena gunung ini dipercaya tidak pernah meletus besar dan memberi rasa aman bagi warga sekitar. Menurut kepercayaan warga sekitar, jika Gunung Slamet sampai meletus besar, Pulau Jawa akan terbelah menjadi dua bagian. Namun demikian, gunung ini pernah beberapa kali aktif dan membuat fenomena menarik.

Jalur pendakian tradisional Gunung Slamet adalah dari Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Jalur populer lain yang relatif lebih baru dibuka dari arah selatan (Kabupaten Banyumas) dan arah utara dan timur laut adalah dari Baturraden dan dari Desa Gambuhan, Desa Jurangmangu, serta Desa Gunungsari di Kabupaten Pemalang. Selain itu, ada pula jalur yang baru saja diresmikan tahun 2013 lalu, yaitu jalur Dhipajaya yang terletak di Desa Clekatakan.

Pendakian Gunung Slamet dikenal cukup sulit karena hampir di sepanjang rute pendakian tidak ditemukan air. Pendaki disarankan untuk membawa persediaan air yang cukup dari bawah. Faktor penyulit lain adalah kabut. Kabut di Gunung Slamet sangat mudah berubah-ubah dan pekat.

Jalur pendakian lainnya adalah melalui objek wisata pemandian air panas Guci, Kabupaten Tegal. Rute ini menyajikan pemandangan yang paling baik, meskipun tergolong terjal. Kawasan Guci dapat ditempuh dari Slawi menuju daerah Tuwel melewati Lebaksiu. Sementara itu, jalur pendakian yang populer saat ini adalah Permadi Guci.

Fasilitas ibadah yang berada di jalur ini adalah Musala Jabalussalam, yang masuk dalam daftar musala tertinggi ketiga di Indonesia. Musala tersebut menyediakan air bersih yang melimpah sepanjang tahun, serta toilet umum yang berada di pos 4 amreta jalur pendakian tersebut.

3. Gunung Sumbing

Gunung Sumbing pada 2019 (Adri45an/Creative Commons Attribution-Share Alike 4.0 International).

Gunung Sumbing adalah gunung api yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah (ketinggian puncak 3.371 mdpl). Gunung ini merupakan gunung tertinggi ketiga di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru dan Gunung Slamet. Gunung ini secara administratif terletak di tiga wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Wonosobo.

Bersama dengan Gunung Sindoro, gunung ini membentuk bentang alam gunung kembar, seperti Gunung Merapi dan Gunung Merbabu, apabila dilihat dari arah Temanggung. Celah antara gunung Sumbing dan Gunung Sindoro dilalui oleh jalan provinsi yang menghubungkan Kota Temanggung dan Kota Wonosobo. Jalan ini biasa dijuluki sebagai “Kledung Pass”.

Berdasarkan catatan sejarah, gunung ini bernama Gunung Sembung sebelum bernama Gunung Sumbing. Hal ini berdasar dari Manuskrip Bujangga Manik ketika dia melewati dataran tinggi Dieng.

nepi aing ka Panjalin.
Sacu(n)duk aing ka Se(m)bung,
ngalalar ka Paka(n)dangan.
Sadatang ka Padanara,
nu(n)juk gunung nyangkidulkeun:
765 itu ta na gunung Rahung,
ti kulonna gunung Diheng,
itu ta gunung Sundara,
itu ta na gunung Kedu,
ti kidul gunung Damalung

Letusan terakhir gunung ini tercatat pada 1730, yang membentuk kubah lava dengan aliran lava ke arah bibir kawah terendah. Gunung Sumbing mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Sebagian besar wilayah lereng gunung ini telah digunakan untuk lahan pertanian.

Jalur pendakian Gunung Sumbing paling populer adalah melalui Pos Garung. Garung adalah sebuah desa yang berada di kaki bagian utara Gunung Sumbing (kawasan Kledung Pass). Dekat dengan Desa Garung tersebut juga terdapat basecamp untuk pendakian ke Gunung Sindoro. Selain itu, juga terdapat jalur lain seperti Bowongso, Cepit, Lamuk, Banaran, Butuh Kaliangkrik, dan Mangli Kaliangkrik.

Letak Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro saling berhadapan. Inilah yang membuat banyak masyarakat menyebut bahwa Gunung Sindoro-Sumbing adalah gunung kembar layaknya Gunung Merapi-Merbabu; tingginya tidak jauh berbeda dan juga kondisi alam gunung yang juga hampir sama. Bagi para pendaki Gunung Sumbing, mereka beranggapan jika gunung ini memiliki trek yang lebih berat daripada Gunung Sindoro dikarenakan gradien kemiringan yang terjal dan rute yang lebih panjang.

4. Gunung Arjuno

Gunung Arjuno dan Welirang dilihat dari puncak Gunung Penanggungan (Harris Frilingga K./Attribution Harris Frilingga K.).

Gunung Arjuno (terkadang dieja Gunung Arjuna) merupakan sebuah gunung berapi kerucut yang berada di Provinsi Jawa Timur, dengan ketinggian 3.339 m dpl. Gunung ini secara administratif terletak di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang, dan Kabupaten Pasuruan dan berada di bawah pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soerjo.

Gunung Arjuno merupakan gunung tertinggi kedua di Jawa Timur setelah Gunung Semeru, serta menjadi yang tertinggi keempat di Pulau Jawa. Biasanya, gunung ini dicapai dari tiga titik pendakian yang cukup dikenal, yaitu dari Lawang, Tretes, dan Batu. Nama Arjuno berasal dari salah satu tokoh pewayangan Mahabharata, yaitu Arjuna.

Gunung Arjuno bersebelahan dengan Gunung Welirang, Gunung Kembar I, dan Gunung Kembar II. Puncak Gunung Arjuno terletak di satu punggungan yang sama dengan puncak Gunung Welirang, sehingga kompleks ini sering disebut juga dengan Arjuno-Welirang.

Kompleks Arjuno-Welirang sendiri berada di dua gunung berapi yang lebih tua, yaitu Gunung Ringgit di sebelah timur dan Gunung Lincing di sebelah selatan. Area fumarol dengan cadangan belerang ditemukan di sejumlah lokasi pegunungan ini, seperti di puncak Gunung Welirang, puncak Gunung Kembar II, dan di sejumlah jalur pendakian.

Gunung Arjuno merupakan salah satu tujuan pendakian. Selain tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, banyak objek wisata di gunung ini, salah satunya adalah objek wisata Air Terjun Kakek Bodo, yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Arjuno.

5. Gunung Raung

Gunung Raung dilihat dari pesawat tahun 2013 (Geoethno/Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0 Unported).

Gunung Raung (puncak tertinggi: 3.344 mdpl) adalah gunung berapi kerucut yang terletak di ujung timur Pulau Jawa. Secara administratif, kawasan gunung ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten di wilayah Besuki, Jawa Timur, yaitu Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember.

Secara geografis, lokasi gunung ini berada dalam kawasan kompleks Pegunungan Ijen dan menjadi puncak tertinggi dari gugusan pegunungan tersebut. Dihitung dari titik tertinggi, Gunung Raung merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Arjuno, serta menjadi yang tertinggi kelima di Pulau Jawa.

Kaldera Gunung Raung juga merupakan kaldera kering yang terbesar di Pulau Jawa dan terbesar kedua di Indonesia setelah Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat Terdapat empat titik puncak di gunung ini, yaitu Puncak Bendera, Puncak 17/Puncak Bendera (3159 mdpl), Puncak Tusuk Gigi,(3300 mdpl) dan yang tertinggi adalah Puncak Sejati (3.344 mdpl). Jika dilihat dari vegetasinya, Gunung Raung memunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.

6. Gunung Lawu

Gunung Lawu pada 1979 (J. Matahelumual (Volcanological Survey of Indonesia)/Public Doman Indonesia).

Gunung Lawu (3.265 mdpl) berada di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gunung ini terletak di antara tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Karanganyar di Jawa Tengah; Kabupaten Ngawi dan Kabupaten Magetan di Jawa Timur. Status gunung ini adalah gunung api “istirahat” (diperkirakan terakhir meletus pada 28 November 1885) dan telah lama tidak aktif, terlihat dari rapatnya vegetasi dan puncaknya yang tererosi. Studi yang dilaksanakan pada 2019 tentang geothermal heat flow menyugestikan bahwa Gunung Lawu masih aktif sampai sekarang.

Ada kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air (fumarol) dan belerang (solfatara) di lerengnya. Gunung Lawu memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous. Gunung Lawu adalah sumber inspirasi dari nama kereta api Argo Lawu, kereta api eksekutif yang melayani jurusan Solo Balapan–Jakarta Gambir.

Gunung tersebut memiliki tiga puncak, yaitu Hargo Dalem, Hargo Dumiling, dan puncak tertinggi bernama Hargo Dumilah. Ada sejumlah tempat yang populer sebagai tujuan wisata di lereng gunung ini, terutama di daerah Tawangmangu, Cemorosewu, dan Sarangan.

Agak ke bawah, terdapat dua komplek percandian dari masa akhir Majapahit di sisi barat, yaitu Candi Sukuh dan Candi Cetho. Selain itu, juga terdapat kompleks permakaman kerabat Praja Mangkunagaran di kaki gunung ini, yaitu Astana Girilayu dan Astana Mangadeg. Bangunan lain yang ada di dekat kompleks ini adalah Astana Giribangun, mausoleum untuk keluarga presiden kedua Indonesia, Soeharto.

7. Gunung Welirang

Gunung Arjuno dan Welirang dilihat dari puncak Gunung Penanggungan (Harris Frilingga K./Attribution Harris Frilingga K.).

Gunung Welirang merupakan sebuah gunung berapi aktif dengan ketinggian 3.156 m dpl yang secara administratif terletak di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Gunung Welirang berada dalam pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soerjo.

Gunung ini bersebelahan dengan Gunung Arjuno, Gunung Kembar I, dan Gunung Kembar II. Puncak Gunung Welirang terletak di satu punggungan yang sama dengan puncak Gunung Arjuno, sehingga kompleks ini sering disebut juga dengan Arjuno-Welirang.

Kompleks Arjuno-Welirang sendiri berada di dua gunung berapi yang lebih tua, yaitu Gunung Ringgit di timur dan Gunung Lincing di selatan. Area fumarol dengan cadangan belerang ditemukan di sejumlah lokasi pegunungan ini. Welirang atau walirang (nama kunonya) dalam bahasa Jawa berarti “belerang”.

Sepanjang lerengnya, gunung tersebut ditumbuhi tetumbuhan kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung. Jalur pendakian dapat dilakukan melalui Desa Claket, Kecamatan Pacet, Mojokerto. Ada tumbuhan endemik hidup yang dinamakan penduduk setempat sebagai manis rejo di bagian sekitar puncak gunung ini.

About the author

Mochamad Harris

Menulis artikel merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk dapat mengetahui berbagai macam hal serta informasi terupdate yang sedang terjadi pada saat ini. Saya suka dengan tema olahraga dan juga travelling.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Harris