Sosial Budaya

Apa Itu Feminisme? Ketahuilah Segala Hal Pentingnya!

Feminisme adalah
Written by Umam

Feminisme adalah istilah yang tentu sudah tidak asing lagi di telinga Grameds. Pada umumnya, banyak orang awam yang mengaitkan feminisme dengan kesetaraan gender serta perempuan. Beberapa yang lain memahaminyaa sebagai suatu istilah yang mengacu pada ketidakadilan terhadap perempuan untuk memiliki kesempatan yang sama di masyarakat yang cenderung dikendalikan oleh para pria atau dikenal pula dengan patriarki.

Apakah istilah feminisme benar mengacu pada pengertian tersebut? Agar lebih mengenal dan memahami istilah tersebut, berikut penjelasan mengenai feminisme yang perlu Grameds ketahui.

Pengertian Feminisme

Feminisme adalah

Pexels.com

Perjuangan penting yang diusung oleh gerakan feminisme adalah untuk memberdayakan seluruh perempuan dalam mewujudkan hak penuh milik mereka. Contohnya, menyamakan lapangan permainan antara laki-laki serta perempuan dengan memastikan bahwa perempuan memiliki kesempatan hidup yang sama untuk memilih peran serta haknya seperti halnya laki-laki.

Istilah ini sebenarnya berasal dari bahasa Prancis dari kata feminin atau femininitas. Femininine merupakan sebuah kata adjektif atau kata sifat yang artinya adalah kewanitaan atau menunjukan sifat perempuan. Sehingga dapat diartikan, bahwa feminisme adalah sebuah aliran pergerakan wanita yang memperjuangkan hak perempuan.

Istilah ini juga dapat didefinisikan sebagai gerakan politik, sosial serta ideologi yang memiliki tujuan untuk memperjuangkan hak wanita, di antaranya adalah untuk membangun, mendefinisikan serta mencapai perlakukan gender yang bernaung pada Hak Asasi Manusia di lingkup ekonomi, politik, pribadi dan sosial.

Feminisme adalah

Gerakan ini menggabungkan dua posisi, bahwa masyarakat selalu memprioritaskan sudut pandang laki-laki dan perempuan selalu diperlakukan dengan tidak adil dalam masyarakat. Sehingga feminisme hadir, sebagai sebuah upaya untuk merubah hal tersebut, termasuk memerangi stereotip gender dan berusaha membangun peluang pendidikan serta profesional yang setara dengan laki-laki.

Para feminis secara aktif terus mengkampanyekan hak perempuan, termasuk hak untuk memegang jabatan politik, memilih, bekerja, mendapatkan upah yang adil, upah yang setara, memiliki properti, menghilangkan kesenjangan upah antar gender, mendapatkan pendidikan, memiliki hak yang sama dalam pernikahan, mendapatkan cuti kehamilan dan masuk kontrak.

Selain itu, melalui program-programnya, para feminis pun turut berusaha untuk melindungi perempuan dari segala tindak kekerasan integrasi sosial, melindungi perempuan dari pelecehan seksual, pemerkosaan hingga kekerasan dalam rumah tangga.

Beberapa cendekiawan menganggap, bahwa kampanye ini merupakan kekuatan utama di balik perubahan sosial dalam sejarah terutama mengenai hak-hak perempuan, khususnya di Barat. Di mana para feminis di Barat, hampir secara universal dihargai atas pencapaiannya untuk memiliki hak pilih perempuan, bahasa netral gender, hak reproduksi perempuan dan lainnya.

Meskipun gerakan feminis yang utama berfokus pada hal-hal perempuan, akan tetapi beberapa feminis seperti Bell Hooks berpendapat bahwa pembebasan laki-laki perlu dimasukan dalam tujuan feminisme. Sebab feminis percaya bahwa laki-laki juga dirugikan oleh peran gender tradisional yang hadir di masyarakat.

Teori mengenai feminis muncul dari gerakan feminisme yang memiliki tujuan untuk memahami sifat ketidaksetaraan gender dengan memeriksa peran sosial serta pengalaman hidup perempuan, telah mengembangkan beragam teori dalam berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi isu-isu mengenai gender.

Banyak gerakan serta ideologi feminisme yang telah berkembang selama beberapa terakhir dan mewakili berbagai sudut pandang serta tujuan banyak pihak. Beberapa bentuk feminisme juga mendapatkan kritikan, karena dianggap hanya memperhitungkan perspektif orang kulit putih, berpendidikan tinggi serta kelas menengah.

Kritik tersebut kemudian mengarahkan pada penciptaan bentuk-bentuk yang lebih spesifik secara etnis, multikultural, termasuk interseksional dan kulit hitam.

Sejarah Feminisme

Feminisme adalah

Pexels.com

Gerakan ini pertama kali dimulai sejak akhir abad ke-18 dan mulai berkembang pesat sepanjang abad ke-20 yang dimulai dengan penyuaraan feminis pada persamaan hak politik bagi perempuan.

Tulisan salah satu tokoh feminis bernama Mary Wollstonecraft yang berjudul A Vindication of The Right of Woman dianggap sebagai salah satu tulisan feminis awal yang berisi mengenai kritik pada Revolusi Prancis yang hanya berlaku untuk laki-laki, akan tetapi tidak untuk perempuan.

Satu abad setelahnya, di Indonesia Raden Ajeng Kartini pun turut menyuarakan pemikirannya mengenai kritik atas keadaan perempuan Jawa yang tidak mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki, selain kritik pada kolonialisme Belanda.

Kemudian pada abad ke 20, gerakan feminisme banyak dipandang sebagai gerakan Critical Legal Studies yang memberikan banyak kritik pada logika hukum yang selama ini digunakan, sifat manipulatif serta ketergantungan hukum pada politik, ekonomi, peran hukum untuk membentuk pola hubungan sosial serta pembentukan hierarki oleh ketentuan hukum yang tidak mendasar.

Meskipun pendapat feminis bersifat pluralistik, akan tetapi satu hal yang menyatukan para feminis adalah keyakinan mereka bahwa masyarakat serta tatanan hukum memiliki sifat patriarki.

Aturan hukum yang dikatakan netral serta objektif sering kali hanya sebagai kedok terhadap pertimbangan-pertimbangan politis serta sosial yang disetir oleh ideologi para pembuat keputusan, akan tetapi ideologi yang dimiliki oleh para pembuat keputusan sering kali tidak berpihak pada kepentingan wanita.

Patriarki yang ada pada masyarakat serta ketentuan hukum adalah penyebab dari subordinasi, dominasi dan ketidakadilan terhadap perempuan. Sehingga sebagai konsekuensinya, feminis menuntut kesetaraan gender. Namun kesetaraan gender tidak dapat dicapai, apabila struktur institusional ideologis yang saat ini berlaku tidak berubah.

Para feminis menitikberatkan perhatian mereka pada analisis peranan hukum terhadap bertahannya hegemoni patriarki. Seluruh analisis serta teori yang telah dikemukakan oleh para feminis diharapkan dapat diberlakukan secara nyata.

Karena seluruh upaya feminis bukan hanya untuk menghiasi lembaran sejarah perkembangan manusia saja, akan tetapi lebih pada upaya manusia untuk dapat bertahan hidup. Timbulnya gerakan feminis adalah gambaran, bahwa ketentuan yang abstrak tidak dapat menyelesaikan ketidaksetaraan gender.

Feminisme merupakan sebuah paradigma, suatu pemahaman yang komprehensif mengenai keadilan berbasis gender yang dapat dijadikan sebagai pijakan untuk gerakan, pemikiran serta kebijakan. Feminisme secara umum, dapat dikelompokan menjadi tiga spektrum yaitu sebagai gerakan sosial, ilmu pengetahuan dan alat analisis. Ketiga spektrum tersebut, saling melengkapi feminisme sebagai gerakan maupun ideologi.

Berbagai Aliran Feminisme

Feminisme adalah

Pexels.com

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa perkembangan feminisme ternyata menghadirkan kritik dari beberapa pihak, sebab dianggap mementingkan masyarakat tertentu saja. Seperti orang kulit putih, masyarakat menengah dan masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi saja. Sehingga, terbentuklah feminisme yang lebih spesifik.

Feminisme adalah

Feminisme memiliki delapan aliran yang memiliki cara pandang berbeda-beda mengenai isu sosial maupun politik. Karena memiliki cara pandang yang berbeda, maka wajar apabila ada perbedaan pendapat dalam kelompok feminis mengenai berbagai isu. Apa saja kedelapan aliran feminisme tersebut? Berikut penjelasannya.

1. Liberal

Aliran feminis yang pertama adalah feminisme liberal yang menitikberatkan pada kebebasan individu bagi perempuan. Pada masa awal kemunculannya, yaitu pada abad ke 19 hingga 20, perjuangan aliran feminisme liberal lebih mengarah pada hak individu perempuan pada ranah ekonomi, politik serta lingkup sosial.

Feminisme liberal merupakan pandangan untuk menempatkan perempuan agar memiliki kebebasan secara penuh serta individual. Aliran ini menyatakan bahwa kesamaan serta kebebasan individu berakar pada rasionalitas serta pemisahan antara dunia publik serta dunia private.

Menurut para penganut feminisme liberal, mereka berpendapat bahwa setiap manusia memiliki kapasitasnya untuk berpikir serta bertindak secara rasional, begitu pula seorang perempuan.

Penganut aliran feminisme liberal memiliki pandangan, bahwa negara yang memiliki kuasa dan tidak memihak kepentingan kelompok yang berbeda yang berasal dari teori pluralisme negara. Feminis liberal sadar bahwa, negara didominasi oleh pria yang terefleksikan menjadi kepentingan yang memiliki sifat maskulin.

Aliran feminisme liberal berusaha untuk menyadarkan perempuan, bahwa mereka adalah golongan yang tertindas. Pekerjaan yang dilakukan oleh perempuan pada sektor domestik dikampanyekan sebagai suatu hal yang tidak produktif serta menempatkan perempuan pada posisi subordinat.

Akar teori ini bertumpu pada kebebasan serta kesetaraan rasionalitas. Perempuan merupakan makhluk yang rasional, kemampuannya sama seperti laki-laki, sehingga perempuan juga pantas mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki.

Feminisme liberal, terbagi menjadi dua bagian yaitu feminisme liberal egalitarian dan feminisme liberal klasik. Bentuk pertama yaitu feminisme liberal egalitarian lebih menitikberatkan pada kesempatan perempuan untuk setara serta adil dalam mengakses sumber daya.

Sedangkan feminisme liberal klasik lebih menitikberatkan pada kebebasan hak-hak sipil individu seperti hak memiliki tanah, hak pilih perempuan dan kebebasan dalam berekspresi.

2. Radikal

Feminisme radikal merupakan aliran feminisme yang memiliki fokus pada hal-hal yang lebih mendasar atas ketimpangan-ketimpangan yang dialami oleh para perempuan. Pada aliran feminisme radikal, ada dua sudut pandang yang berbeda, yaitu radikal libertarian dan radikal kultural.

Feminisme radikal libertarian, pertama kali muncul pada tahun 1960 hingga 1980 dan gerakannya fokus pada berbagai macam pilihan pribadi perempuan atas seksualitas dan tubuh mereka, entah perempuan tersebut adalah seorang heteroseksual, transgender maupun lesbian.

Feminisme radikal libertarian percaya, bahwa identitas gender feminin dapat membatasi perempuan untuk dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya serta menganggap musuh utama dari perempuan adalah patriarki.

Pandangan ini tentu saja berbeda dari aliran radikal yang kedua yaitu radikal kultural. Aliran feminisme radikal kultural berpendapat, bahwa selain patriarki, laki-laki menjadi bagian dari munculnya opresi terhadap para perempuan.

Penganut aliran feminisme ini menganggap bahwa laki-laki memiliki kendali atas seksualitas perempuan untuk kepuasan laki-laki semata saja. Karena pandangan tersebutlah, banyak perempuan penganut aliran feminisme radikal kultural memilih untuk hidup selibat dan menjadi lesbian merupakan salah satu cara untuk dapat bebas dari pembatasan yang dibangun oleh budaya heteroseksual yang ada pada masyarakat.

Aliran feminisme radikal muncul sebagai reaksi dari kultur seksisme ataupun dominasi sosial yang berdasar pada jenis kelamin di Barat pada sekitar tahun 1960-an, terutama untuk melawan kekerasan seksual serta industri pornografi yang merajalela saat itu.

3. Marxis Sosialis

Sesuai dengan namanya, aliran  marxis sosialis terfokus untuk membebaskan perempuan dari kotak-kotak kelas, seks, patriarki serta kapitalisme. Aliran  ini muncul karena isu pekerja perempuan dalam lingkup domestik serta publik dalam mengampanyekan perubahan kerja domestik untuk perempuan, sosialisasi pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan terhadap anak.

Feminisme marxis sosialis memandang masalah perempuan pada kerangka kritik kapitalisme, yang beranggapan bahwa sumber penindasan para perempuan berasal dari eksploitasi kelas serta cara produksi.

Teori Friedrich Engels kemudian dikembangkan menjadi landasan aliran marxis sosialis, yang menyatakan bahwa status perempuan jatuh karena ada konsep kekayaan pribadi atau private property. Kegiatan produksi yang pada mulanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, berubah menjadi keperluan exchange atau pertukaran.

Laki-laki dianggap mengontrol produksi untuk keperluan pertukaran dan sebagai konsekuensinya, mereka mendominasi hubungan sosial di masyarakat. Sementara perempuan direduksi menjadi salah satu bagian dari properti.

Sistem produksi yang terbentuklah tersebut, kemudian berorientasi pada keuntungan yang menyebabkan terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat seperti kelas borjuis dan proletar. Sehingga, apabila kapitalisme tumbang, maka struktur yang ada di masyarakat pun dapat diperbaiki serta penindasan terhadap perempuan dapat dihapus.

Penganut aliran feminisme marxis sosialis berpendapat, bahwa negara bersifat kapitalis, negara bukan hanya sekadar institusi saja akan tetapu juga perwujudan dari interaksi serta hubungan sosial.

Kaum marxis berpendapat, bahwa negara memiliki kemampuan untuk memelihara kesejahteraan masyarakat, akan tetapi di sisi lain negara juga bersifat kapitalis yang turut menggunakan sistem perbudakan kaum perempuan sebagai pekerja.

4. Psikoanalis Gender

Kemunculan aliran feminisme yang keempat adalah sebagai bentuk perlawanan pada tokoh-tokoh Psikoanalis yaitu Sigmund Freud. Sigmund Freud pernah mengatakan, bahwa perempuan mengalami penis envy atau iri pada laki-laki karena perempuan tidak memiliki penis, sehingga membuat perempuan merasa diri mereka inferior dibandingkan dengan laki-laki.

Aliran feminisme psikoanalis gender menggugat pernyataan dan pemikiran Freud tersebut, dengan mengatakan bahwa opresi yang dialami oleh para perempuan dipengaruhi oleh adanya konstruksi sosial serta tidak terlalu berhubungan dengan biologi para perempuan.

5. Feminisme Eksistensialis

Aliran  eksistensialis merupakan aliran feminisme yang masuk dalam gelombang kedua feminisme serta berkembang pada sekitar tahun 1940-an. Aliran ini sangat mendukung para perempuan untuk dapat bebas mendefinisikan makna keberadaan perempuan di dunia ini. Feminisme eksistensialis juga mengajak para perempuan agar menjadikan dirinya sebagai subjek yang ia inginkan, alih-alih hanya menjadi objek.

6. Feminisme Pasca Modern

Aliranyang selanjutnya dikenal pula dengan sebutan feminisme bagi kalangan akademis, aliran feminisme yang satu ini lebih sulit untuk dipahami serta dianggap tidak ikut terlibat dalam perjuangan revolusioner yang sebenarnya, seperti boikot, protes serta demonstrasi. Aliran pasca modern membalikan keadaan dengan cara merayakan penindasan yang diterima.

Meskipun aliran-aliran sebelumnya menolak konsep gender yang ada pada masyarakat, akan tetapi aliran  pasca modern justru kembali menerima feminitas pada perempuan seperti gender yang hadir dalam masyarakat, merayakan otherness perempuan dengan cara berada, keterbukaan, berpikir, perbedaan dan keberagaman.

Salah satu ajakan aliran pasca modern adalah menulis dan menggali informasi maupun ilmu pengetahuan dengan mengedepankan feminine writing, sebab salah satu sumber opresi pada perempuan adalah melalui bahasa.

7. Feminisme Multikutural dan Global

Perempuan dipandang heterogen oleh aliran ini, akan tetapi memiliki beragam irisan yang bertaut pada status sosial, umur dan lainnya. Setiap kelompok perempuan dapat merasakan bentuk penindasan yang berbeda-beda seiring dengan beragamnya pengalaman serta identitasnya.

Feminisme adalah

8. Ekofeminisme

Aliran terakhir lebih menitikberatkan pada hubungan perempuan secara spiritual pada ekologi yang ada di sekitarnya. Posisi perempuan dianggap sebagai perawat yang lebih membutuhkan serta lebih dekat dan peka dengan alam dibandingkan laki-laki.

Sebagaimana yang telah diulas, feminisme adalah gerakan sosial dan ideologi yang memiliki berbagai cara pandang berbeda sesuai dengan alirannya. Apabila Grameds tertarik untuk mempelajari lebih dalam tentang gerakan feminisme, Grameds bisa membaca buku terkait di Gramedia.com. Sebagai #SahabatTanpaBatas, gramedia.com menyediakan buku-buku yang berkualitas agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Khansa

BACA JUGA:

  1. Buku Tentang Feminisme: Memahami Kesetaraan Gender
  2. Rekomendasi Buku Tentang Perempuan
  3. Rekomendasi Buku Tentang Wanita
  4. Karya-Karya Populer dengan Pesan Feminis yang Inspiratif 
  5. Mengenal Penulis Roxane Gay si Bad Feminist

About the author

Umam

Perkenalkan saya Umam dan memiliki hobi menulis. Saya juga senang menulis tema sosial budaya. Sebelum membuat tulisan, saya akan melakukan riset terlebih dahulu agar tulisan yang dihasilkan bisa lebih menarik dan mudah dipahami.