Geografi

9 Fauna Asiatis yang Kini Terancam Punah

Written by Dini

Beragam fauna asiatis dengan segala keelokannya selalu menarik untuk dibahas. Betapa gagahnya Harimau Bengal atau betapa kuatnya Gajah Asia selalu menjadi favorit pecinta satwa di seluruh dunia. Fauna Asiatis  memiliki peranan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Berikut kita akan bahas tentang fauna asiatis serta upaya-upaya pelestarian yang ditempuh untuk melindungi keanekaragaman hayati

Pengertian Fauna Asiatis

Fauna Asiatis mengacu pada keanekaragaman hayati atau kelompok hewan yang dapat ditemukan di wilayah Asia. Sebagai benua terbesar di dunia, menawarkan berbagai ekosistem, iklim, dan habitat yang mendukung keragaman hayati. Fauna Asiatis mencakup berbagai spesies hewan, mulai dari mamalia, burung, reptil, amfibi, hingga serangga.

Jenis-Jenis Fauna Asiatis

Fauna Asiatis mencakup berbagai jenis hewan yang mendiami wilayah Asia yang luas dan beragam. Dengan keanekaragaman ekosistem mulai dari hutan hujan tropis hingga padang rumput, fauna Asiatis meliputi mamalia, burung, reptil, amfibi, dan serangga. Berikut adalah beberapa jenis fauna Asiatis:

Harimau Bengal (Panthera tigris tigris)

Sumber : https://id.wikipedia.org/

Harimau Bengal (Panthera tigris tigris), salah satu subspesies harimau yang memukau karena kegagahannya. Harimau Bengal mendiami wilayah Asia Selatan, termasuk India, Bangladesh, Bhutan, dan Nepal. Dengan ciri khas belang garis-garis vertikal dan tubuh yang besar, Harimau Bengal memiliki berat badan yang dapat mencapai lebih dari 200 kilogram untuk individu jantan.

Mereka hidup di berbagai habitat, mulai dari hutan hujan tropis, padang rumput, hingga hutan mangrove di wilayah Bengal. Harimau Bengal dikenal sebagai pemburu yang tangguh dan dapat mencapai kecepatan hingga 65 km/jam dalam mengejar mangsa.

Sayangnya, Harimau Bengal saat ini dihadapkan pada berbagai ancaman terutama karena hilangnya habitat, perburuan ilegal, dan konflik dengan manusia. Meskipun terdapat upaya konservasi yang signifikan, jumlah populasi Harimau Bengal terus menurun, dan spesies ini terdaftar sebagai Rentan (Vulnerable) dalam daftar Merah IUCN.

Program konservasi dan upaya pelestarian habitat alam menjadi krusial untuk memastikan kelangsungan hidup dan perlindungan bagi Harimau Bengal, yang juga menjadi simbol kebanggaan dan warisan budaya di beberapa negara Asia Selatan.

Fun encyclopedia

button rahmad jpg

Gajah Asia (Elephas maximus)

Sumber : https://nationalgeographic.grid.id/

Gajah Asia  merupakan mamalia besar yang tersebar di sejumlah negara Asia, termasuk India, Sri Lanka, Thailand, dan Indonesia. Gajah Asia merupakan spesies yang lebih kecil dibandingkan dengan saudaranya, Gajah Afrika. Mereka memiliki ciri khas gading melingkar yang lebih kecil dan telinga yang lebih kecil pula. Gajah Asia memiliki berbagai warna kulit, dari abu-abu tua hingga coklat gelap, dan beberapa spesies bahkan memiliki bercak-bercak putih pada tubuhnya.

Gajah Asia hidup di beragam habitat, mulai dari hutan hujan tropis hingga padang rumput dan dataran rendah. Mereka termasuk herbivora yang memakan berbagai tumbuhan, termasuk rumput, daun, buah-buahan, dan kulit pohon. Gajah Asia memiliki kehidupan sosial yang kompleks. Mereka sering membentuk kelompok keluarga yang terdiri dari betina, anak-anak, dan kadang-kadang disertai oleh gajah jantan.

Sayangnya, Gajah Asia juga menghadapi berbagai ancaman, termasuk hilangnya habitat akibat perambahan lahan, perburuan ilegal untuk perdagangan gading, dan konflik dengan manusia. Mereka sering menjadi simbol penting dalam budaya dan spiritualitas di beberapa masyarakat Asia.

Upaya konservasi yang terus menerus dilakukan untuk melindungi dan memelihara populasi Gajah Asia yang semakin terancam, termasuk pembentukan kawasan konservasi, penegakan hukum terhadap perdagangan gading ilegal, dan program pendidikan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian spesies ini.

Orangutan (Pongo abelii dan Pongo pygmaeus)

Sumber : https://diskominfo.kaltimprov.go.id/

Primata besar yang merupakan satwa endemik Indonesia ini terdiri dari dua spesies utama: Orangutan Sumatra (Pongo abelii) dan Orangutan Kalimantan (Pongo pygmaeus). Keduanya merupakan satu-satunya anggota genus Pongo dan endemik di pulau Sumatra dan Kalimantan (Borneo), Indonesia. Orangutan memiliki karakteristik yang khas, seperti tubuh yang besar dan kuat, lengan yang panjang, serta rambut panjang yang meliputi tubuh mereka, memberikan perlindungan ekstra di lingkungan hutan yang lebat.

Keunikan Orangutan terutama terletak pada kecerdasan dan kemampuan hidup di alam. Mereka mampu menggunakan alat sederhana, seperti cabang atau daun, untuk membantu dalam mencari makanan. Pada tingkat kecerdasan yang tinggi, Orangutan juga terkenal karena kemampuan mereka memecahkan masalah dan strategi bertahan hidup seperti layaknya manusia. Mereka sering menghabiskan sebagian waktunya untuk bermain-main di atas pohon.

Sayangnya, Orangutan menghadapi ancaman serius terutama akibat deforestasi dan hilangnya habitat alam. Perambahan hutan untuk pertanian, eksploitasi kayu, dan konversi lahan menjadi faktor utama yang menyebabkan terancamnya populasi Orangutan. Kondisi ini telah menyebabkan penurunan drastis populasi, dan kedua spesies Orangutan saat ini masuk dalam kategori “Terancam Punah” dalam daftar merah IUCN.

Upaya konservasi yang luas telah dilakukan untuk melindungi Orangutan, termasuk pembentukan taman-taman nasional dan program rehabilitasi. Organisasi dan lembaga konservasi berkolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat setempat untuk mendukung pelestarian habitat, melibatkan masyarakat dalam upaya pelestarian, dan menegakkan hukum untuk mengurangi ancaman terhadap spesies ini. Orangutan, dengan kecerdasan dan keunikan biologisnya, menjadi simbol penting dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati dan kelestarian hutan tropis di Indonesia.

Macan Tutul Asia (Panthera pardus delacouri)

Sumber : https://en.wikipedia.org/

Macan Tutul Asia yang juga dikenal sebagai Leopard Indochina, adalah salah satu subspesies macan tutul yang dapat ditemukan di wilayah Asia Tenggara. Mereka tersebar di beberapa negara seperti Vietnam, Laos, Thailand, dan Malaysia. Keunikan Macan Tutul Asia terletak pada corak belangnya yang indah dan adaptasinya terhadap berbagai habitat, mulai dari hutan hujan tropis hingga daerah pegunungan.

Macan Tutul Asia memiliki tubuh yang lentur dan cekung, dengan bulu yang pendek dan tebal. Pola belangnya bervariasi tergantung pada habitat tempat mereka hidup, namun umumnya termasuk lingkaran atau roset berbentuk bunga yang khas. Macan Tutul Asia memiliki kemampuan beradaptasi yang baik, yang memungkinkan mereka hidup di berbagai tipe habitat seperti hutan dataran rendah, hutan pegunungan, dan bahkan lahan pertanian.

Meskipun merupakan predator puncak di ekosistem tempat mereka hidup, Macan Tutul Asia menghadapi berbagai ancaman terutama karena kehilangan habitat dan perburuan ilegal. Deforestasi, perambahan lahan untuk pertanian, dan konflik dengan manusia semakin mereduksi populasi mereka. Kondisi ini menyebabkan Macan Tutul Asia terdaftar sebagai vulnerable dalam daftar merah IUCN.

Upaya konservasi untuk melindungi Macan Tutul Asia termasuk pembentukan kawasan konservasi, pemantauan populasi, dan kampanye untuk mengurangi perburuan ilegal dan perdagangan bagian tubuhnya.

Burung Merak (Pavo muticus)

Sumber : https://www.kompas.com/

Burung Merak (Pavo muticus) yang juga dikenal sebagai Merak Hijau, adalah salah satu spesies burung yang memikat dengan keindahan bulu dan tarian khasnya. Burung ini merupakan fauna asli Asia Tenggara yang dapat ditemukan terutama di Indonesia dan Indocina.

Burung Merak jantan memiliki bulu berwarna hijau metalik yang berkilau dan panjang, serta ekor yang membentang ke atas membentuk corak yang memukau saat mereka memperlihatkan diri. Ciri khas lainnya adalah mahkota kepala berwarna biru dan kulit wajah yang tidak berbulu berwarna merah dan putih. Sementara itu, burung Merak betina memiliki penampilan yang lebih sederhana dengan bulu berwarna coklat dan ekor yang lebih pendek.

Selain kecantikan penampilan fisiknya, Burung Merak terkenal dengan ritual kawinnya yang spektakuler. Jantan akan membuka dan menutupkan ekornya yang memukau, serta mengeluarkan suara dan menari untuk menarik perhatian betina. Tarian dan penampilan bulu ini menjadi salah satu atraksi alam yang memukau dan menjadi daya tarik bagi para penonton.

Meskipun memiliki daya tarik yang kuat, Burung Merak juga menghadapi berbagai ancaman terutama akibat hilangnya habitat dan perdagangan ilegal. Bulunya banyak diburu dan dijual demi keuntungan pribadi, sehingga perlu kesadaran untuk melindungi satwa ini dari kepunahan.

Komodo (Varanus komodoensis)

Sumber : https://kids.nationalgeographic.com/

Komodo yang kerap dikenal sebagai Komodo Dragon, adalah spesies kadal raksasa yang menjadi ikon Pulau Komodo di Indonesia. Hewan yang memiliki alir lir beracun ini memiliki panjang tubuh yang dapat mencapai lebih dari 3 meter dan berat yang mencapai ratusan kilogram, Komodo adalah kadal terbesar di dunia. Spesies ini terkenal dengan penampilannya yang perkasa, kulit bersisik abu-abu, dan lidah bifid yang dapat mendeteksi bau mangsa.

Komodo memiliki keunikan biologis, termasuk racun dalam saliva mereka yang digunakan untuk mematikan atau melemahkan mangsa. Meskipun tidak bisa membunuh mangsa seketika, racun tersebut membantu dalam proses pencernaan dan membuat mangsa kehilangan energi. Komodo merupakan predator karnivora yang mampu memburu dan memakan mangsa besar seperti rusa, babi hutan, dan kadang-kadang kerbau liar.

Populasi Komodo terutama terdapat di Pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Padar. Habitatnya meliputi hutan kering, sabana, dan pantai berbatu. Meskipun terlihat perkasa, Komodo menghadapi ancaman ekstensif, termasuk hilangnya habitat akibat aktivitas manusia dan penurunan jumlah mangsa akibat perburuan ilegal.

Ensiklopedia saintis cilik: fauna

button rahmad jpg

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)

Sumber : https://ksdae.menlhk.go.id/

Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) adalah spesies badak yang merupakan salah satu mamalia terancam punah dengan populasi yang sangat terbatas.  Dikutip dari CNN Indonesia, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) mengungkap tahun ini ditemukan kelahiran satu ekor anakan Badak Jawa. Dijumlahkan dengan angka 2022 (80 individu), totalnya menjadi 81 individu Badak Jawa yang berada di Ujung Kulon.

Badak Jawa adalah badak terkecil dari semua spesies badak hidup. Berat badan mereka dapat mencapai sekitar satu ton, dan panjang tubuh mereka dapat mencapai sekitar 3-3,8 meter. Ciri khas lainnya adalah adanya satu atau dua tanduk pada hidung, yang seringkali lebih kecil atau bahkan tidak ada pada beberapa individu.

Badak Jawa hidup di berbagai tipe habitat, termasuk hutan hujan tropis, savana, dan lahan gambut. Mereka merupakan herbivora, dengan makanan utama berupa dedaunan, ranting, dan tunas-tunas pohon. Meskipun bersifat pemalu dan cenderung aktif pada malam hari, Badak Jawa tetap membutuhkan wilayah habitat yang besar untuk memenuhi kebutuhan makanan dan kehidupan mereka.

Sayangnya, Badak Jawa menghadapi ancaman yang serius terutama akibat hilangnya habitat dan perburuan ilegal. Kehilangan habitat karena perambahan lahan untuk pertanian dan proyek-proyek pembangunan telah menyusutkan ruang hidup mereka. Selain itu, perburuan ilegal untuk mendapatkan tanduk badak yang dicari sebagai bahan baku tradisional dan dianggap sebagai barang mewah semakin mengancam kelangsungan hidup spesies ini.

Kucing Batu (Prionailurus bengalensis)

Sumber : https://kaltim.inews.id/

Kucing batu (Pardofelis marmorata) adalah kucing liar kecil dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Dikutip dari Wikipedia, Sejak 2002, ia terdaftar dalam spesies rentan oleh IUCN seperti yang terjadi kepadatan yang rendah, dan ukuran total populasi efektif diduga kurang dari 10000 individu dewasa, dengan tiada populasi tunggal berjumlah lebih dari 1000.

Kucing batu juga dikenal sebagai Leopard Kucing atau Kucing Batu Asia, adalah spesies kucing kecil yang mendiami wilayah Asia dan merupakan anggota dari genus Prionailurus. Ciri fisik yang membedakan Kucing Batu adalah bulu berkilau dengan pola belang yang khas, ekor panjang, dan ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan kucing domestik pada umumnya.

Populasi Kucing Batu tersebar di berbagai habitat, termasuk hutan hujan, pegunungan, dan lahan pertanian. Mereka memiliki adaptasi yang baik terhadap berbagai tipe habitat, dan kehadiran mereka dapat ditemukan di sejumlah negara di Asia, seperti India, Sri Lanka, Nepal, Bangladesh, dan Indonesia. Kucing Batu adalah karnivora, memakan berbagai mangsa seperti burung, mamalia kecil, reptil, dan serangga.

Kucing Batu memiliki kebiasaan soliter dan terkenal dengan keterampilan berburunya yang luar biasa. Kemampuannya untuk memanjat dan melompat dengan gesit membuatnya menjadi pemburu yang efisien. Selain itu, mereka dapat berenang dengan baik, suatu keterampilan yang jarang dimiliki oleh kucing kecil lainnya.

Meskipun Kucing Batu saat ini tidak termasuk dalam kategori terancam punah, ancaman terhadap keberlangsungan hidup mereka terus meningkat. Perambahan hutan untuk keperluan pertanian, perburuan ilegal, dan perdagangan ilegal menjadi faktor-faktor yang dapat mengancam populasi Kucing Batu. Upaya konservasi melibatkan pembentukan kawasan konservasi, penegakan hukum terhadap perdagangan ilegal, dan pendidikan masyarakat tentang pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati.

Storypedia flora fauna

button rahmad jpg

Lumba-Lumba Moncong Botol (Orcaella brevirostris)

Sumber: https://www.greeners.co/

Lumba-lumba Moncong Botol (Orcaella brevirostris), juga dikenal sebagai lumba-lumba air tawar, merupakan spesies lumba-lumba yang dapat dijumpai di sungai-sungai dan daerah air tawar di wilayah Asia Tenggara. Spesies ini memiliki penampilan yang unik, dengan warna abu-abu atau coklat muda, tubuh yang berbentuk silindris, dan moncong yang mirip muncung botol.

Dari luvne.com, Lumba-lumba Moncong Botol memiliki ukuran tubuh yang kecil hingga sedang, dengan panjang mencapai sekitar 2,5 meter dan berat dapat mencapai 150 kilogram. Keunikan spesies ini terletak pada moncongnya yang pendek dan rata, yang berbeda dari lumba-lumba air asin yang memiliki moncong yang lebih panjang. Meskipun biasanya hidup di perairan tawar, Lumba-lumba Muncung Botol juga dapat ditemui di muara sungai dan estuari yang saling terhubung dengan laut.

Lumba-lumba Moncong Botol hidup dalam kelompok sosial yang disebut pod, dan mereka dapat membentuk hubungan yang erat dengan sesama anggota pod. Mereka biasanya bersahabat dengan manusia dan sering terlihat melompat-lompat di permukaan air, menunjukkan perilaku yang ramah dan menyenangkan.

Meskipun dalam beberapa area populasi Lumba-lumba Moncong Botol masih stabil, spesies ini juga menghadapi ancaman yang meningkat. Perubahan habitat akibat pembangunan dan aktivitas manusia, pencemaran perairan, serta perangkap peralatan tangkap ikan yang tidak selektif menjadi faktor yang mempengaruhi populasi mereka.

 

Grameds, itulah fauna asiatis yang populasinya kini terbatas sehingga terancam punah. Dengan melibatkan komunitas lokal, pemerintah, dan organisasi konservasi, kita dapat bekerja sama untuk melestarikan lingkungan hidup dan memberikan perlindungan yang lebih baik bagi fauna Asiatis. Grameds bisa mendapatkan buku ensiklopedia mengenai hewan yang ada di Gramedia.com. 

About the author

Dini