Sosiologi

Pengertian Teori Struktural Fungsional Menurut Beberapa Ahli

Teori Struktural Fungsional
Written by Aris

Teori Struktural Fungsional  – Setiap manusia pasti akan berhubungan dengan manusia lainnya, baik itu dalam keluarga, dalam pekerjaan, dalam pendidikan, dan lingkungan-lingkungan lainnya. Untuk bisa berhubungan dengan baik antar setiap manusia, maka dibutuhkan yang namanya peran atau fungsinya masing-masing. Dari fungsi manusia pada suatu lingkungan itulah memunculkan tugas-tugas yang harus dapat diselesaikan dengan baik. Tugasnya yang tidak dapat diselesaikan bisa menyebabkan suatu lingkungan masyarakat menjadi tidak harmonis dan tidak teratur.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pembagian tugas yang diberikan oleh setiap manusia disesuaikan dengan fungsi dari manusia itu sendiri dalam lingkungan masyarakat. Rasanya akan sulit untuk diterima oleh setiap manusia jika tugas-tugas yang diberikan tidak sesuai dengan fungsi atau peran manusia dalam lingkungan masyarakat.

Bukan hanya fungsi dari setiap manusia yang perlu diperhatikan, tetapi struktur sosial dalam lingkungan masyarakat juga perlu diperhatikan. Struktur sosial yang baik dan benar akan menciptakan lingkungan masyarakat yang harmonis dan teratur. Apabila struktur sosial dalam suatu lingkungan masyarakat berantakan, maka anggota masyarakat tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik, sehingga bisa terjadi saling menyalahkan antara anggota yang satu dengan yang lainnya.

Pada dasarnya banyak sekali teori-teori struktural fungsional menurut beberapa ahli, seperti Emile Durkheim, Talcott Parsons, dan Robert King Merton. Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang teori struktural fungsionalisme menurut beberapa ahli tersebut.

Beli Buku di Gramedia

Teori Struktur Fungsionalisme Emile Durkheim

Teori struktur fungsionalisme yang dicetuskan oleh Emile Durkheim ini berasal dari pemikiran ahli sosiologi Auguste Comte dan Herbert Spencer.

Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Makhluk sosial itu sendiri dapat diartikan sebagai setiap manusia pasti akan melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Dengan adanya interaksi itu, hubungan manusia satu dengan manusia lainnya akan terjalin dengan baik. Interaksi sosial ini sudah terjadi mulai dari lingkungan keluarga, kemudian lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, dan lain-lain. Hampir semua aktivitas yang dilakukan oleh setiap manusia membutuhkan interaksi sosial dengan orang lain.

Dalam lingkungan masyarakat, lingkungan pendidikan, lingkungan kantor, lingkungan ibadah, dan lingkungan-lingkungan lainnya pasti membutuhkan seseorang atau sekelompok orang untuk menjalankan lingkungan tersebut. Oleh karena itu, berjalannya suatu lingkungan tak bisa dilepaskan dari peran atau fungsi manusia itu sendiri dalam suatu lingkungan, mengapa begitu? Hal ini dikarenakan setiap manusia pasti memiliki tugasnya masing-masing dalam suatu lingkungan yang dimana setiap tugas itu disesuaikan dengan fungsi dari manusia itu sendiri.

Pada umumnya, setiap tugas yang dimiliki oleh setiap manusia sudah diatur dalam sebuah aturan yang sudah disepakati oleh anggota masyarakat yang ada di suatu lingkungan. Oleh sebab itu, sebelum masuk ke sebuah lingkungan, setiap manusia perlu memahami aturan-aturan yang ada di dalam lingkungan tersebut.

Jika setiap manusia sudah mengetahui pembagian tugasnya masing-masing dalam bermasyarakat, maka kehidupan bermasyarakat akan menjadi harmonis, teratur, dan tertib. Setiap tugas yang dimiliki manusia berbeda dan akan disesuaikan dengan lingkungannya. Misalnya, tugas manusia sebagai seorang karyawan akan berbeda tugas manusia sebagai seorang suami. Jadi, bisa dikatakan bahwa tugas yang diterima oleh setiap manusia sesuai dengan fungsi atau peran manusia itu sendiri.

Menurut Emile Durkheim, pencapaian kehidupan sosial manusia dan eksistensi keteraturan sosial dalam masyarakat, disebut dengan solidaritas sosial. Solidaritas sosial yang diungkapkan oleh Durkheim ini sangat berkaitan dengan yang namanya fakta sosial. Selain itu, beliau juga menambahkan bahwa fakta sosial itu berada di “eksternal dan “mengendalikan” setiap manusia.

Fakta-fakta sosial yang diungkapkan oleh Durkheim tidak dapat dilihat secara jelas. Meskipun tidak dapat terlihat dengan jelas, tetapi fakta sosial itu bisa menentukan kehidupan dari manusia itu sendiri. Oleh karena itu, Durkheim mengatakan bahwa masyarakat adalah realitas sui generis. Sui generis adalah masyarakat yang memiliki eksistensinya sendiri.

Durkheim mengatakan bahwa permasalahan umum yang sering terjadi pada solidaritas sosial adalah keturunan. Dalam hal ini, keturunan yang dimaksud adalah perbedaan generasi yang satu dengan generasi lainnya. Misalnya, solidaritas sosial pada generasi masyarakat tradisional akan berbeda dengan solidaritas pada generasi masyarakat modern.

Pembagian tugas pada masyarakat tradisional sangat sederhana atau bisa dikatakan peran yang dimiliki manusia dalam masyarakat tidak begitu banyak. Masyarakat tradisional tidak begitu menginginkan untuk melihat dunia lebih luas karena kehidupan yang mereka jalani hanya tidak begitu variasi atau hanya menjalankan tugas-tugas yang sudah ditetapkan dalam sebuah aturan masyarakat. Maka dari itu, solidaritas dalam masyarakat tradisional mudah untuk diwujudkan.

Sedangkan kehidupan yang dijalani oleh masyarakat modern lebih kompleks, sehingga bisa dikatakan jika pembagian kerja pada masyarakat modern menjadi lebih kompleks juga. Jika dalam masyarakat tradisional hanya memiliki satu atau dua peran saja, lain halnya dengan masyarakat modern yang memiliki banyak sekali peranan dalam masyarakat. Misalnya, perempuan dari masyarakat modern akan memiliki banyak peran, seperti bekerja, membersihkan rumah, mengasuh dan mendidik anak, dan sebagainya.

Oleh sebab itu, pada kehidupan masyarakat modern bisa dibilang cukup individualisme, sehingga solidaritas sosial akan sulit untuk diwujudkan. Bahkan dalam kehidupan masyarakat modern ini bisa memunculkan disintegrasi sosial. Hal seperti itu bisa terjadi karena masyarakat modern akan memunculkan sifat individualisme yang kaku dan berlebihan, sehingga individu-individu tersebut memiliki sifat anti sosial. Durkheim menyebut anti sosial ini dengan sebutan anomi.

Dari permasalahan yang terjadi pada masyarakat modern membuat Emile Durkheim ingin menyampaikan beberapa hal agar solidaritas sosial pada masyarakat modern bisa terwujud. Beliau memberikan jawaban dari permasalahan itu berupa setiap manusia memiliki peranan-peranannya masing-masing atau bisa dibilang setiap manusia harus menjalani kehidupannya sesuai fungsinya.

Dengan demikian, Durkheim sangat menginkan jika masyarakat modern mengurangi sifat individualismenya. Dengan peranan atau fungsi tersebut, masyarakat modern bisa menjalani tugas-tugasnya dengan bantuan orang lain. Jika tugas-tugas yang dimiliki dapat diselesaikan secara bersama-sama, maka solidaritas sosial akan muncul dan kehidupan masyarakat menjadi lebih harmonis dan teratur.

Beli Buku di Gramedia

Kelemahan Teori Struktur Fungsional Emile Durkheim

Teori struktural fungsionalis yang dicetuskan oleh Emile Durkheim memiliki empat kelemahan, yaitu:

1. Adanya kecenderungan inheren bahwa fungsionalisme melakukan “refikasi” masyarakat.

2. Penjelasan tentang adanya perubahan sosial secara cepat kurang begitu jelas.

3. Terlalu melebih-lebihkan aspek sosial dari manusia.

4. Kurang memerhatikan persoalan atau pembahasan tentang kekuasaan dan konflik yang ada di dalam masyarakat.

Teori Struktur Fungsionalis Talcott Parsons

Berangkat dari kelemahan yang ada di dalam teori struktur fungsional milik Emile Durkheim, Talcoot Parsons yang merupakan antropolgi sosial ini membuat teori struktur fungsional. Parsons membuat teori struktur fungsional berdasarkan tindakan sosial yang dilakukan oleh setiap manusia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.

Parsons dalam membuat atau menciptakan teorinya memakai sebuah kerangka alat tujuan yang berfungsi supaya teori yang dibuatnya mudah dipahami oleh setiap manusia. Adapun kerangka alat tujuan yang dibuat oleh Parsons, yaitu: Pertama, tindakan sosial akan diarahkan pada suatu tujuan atau sudah mempunyai suatu tujuan. Kedua, tindakan sosial dapat terjadi karena adanya beberapa elemen sudah pasti ada, sedangkan elemen-elemen lainnya dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Ketiga, secara normal, tindakan sosial itu dilakukan berdasarkan pemilihan alat dan tujuan.

Dari kerangka tujuan yang diungkapkan oleh Parson, maka dapat disimpulkan bahwa semua tindakan sosial yang dilakukan manusia dapat dilihat sebagai wujud dari kenyataan sosial yang paling kecil dan paling fundamental. Sementara itu, dalam kerangka tujuan Parsons itu, elemen-elemen dasar tindakan sosial adalah tujuan, kondisi, norma, dan alat.

Teori struktur fungsional Talcott Parsons bukan hanya melalui tindakan sosial, tetapi beliau juga mengungkapkan empat syarat agar fungsional dalam sebuah sistem sosial dapat berjalan dengan baik, yaitu: Adaptation, Goal Attainment, Integration, Laten Pattern Maintenance

1. Adaptation

Syarat pertama adalah adaptation, pada syarat ini, sistem sosial dalam masyarakat harus bisa menghadapi sebuah lingkungan yang sifatnya transformasi aktif. Transformasi aktif ini biasanya berasal dari sebuah situasi atau keadaan yang dapat dimanipulasi sebagai alat agar sebuah tujuan dapat tercapai. Tujuan yang ingin dicapai itu merupakan suatu keadaan yang sudah tidak bisa atau sulit sekali untuk diubah.

2. Goal Attainment

Syarat kedua dari fungsional dalam sebuah sistem sosial adalah goal attainment. Persyaratan yang dibuat oleh Parsons ini adalah suatu tindakan sosial yang selalu diarahkan pada suatu tujuan khususnya tujuan-tujuan yang berkaitan dengan sebuah kelompok dalam suatu sistem sosial.

3. Integration

Syarat ketiga dari fungsional dalam sebuah sistem sosial adalah integration. Pada persyaratan ini sebuah integritas anggota pada suatu sistem sosial harus diperhatikan. Dengan kata lain, jika ada anggota yang memiliki sikap intoleransi, maka bisa dikeluarkan atau dijauhkan dari suatu sistem sosial.

4. Laten Pattern Maintenance

Syarat keempat atau syarat fungsional pada sistem sosial yang terkahir adalah laten pattern maintenance. Pada syarat ini, manusoa sudah mulai berhenti untuk melakukan interaksi sosial dengan orang lain yang dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti letih atau malas dan harus patuh pada suatu sistem sosial yang berlaku.

Dari keempat syarat fungsional pada sistem sosial di atas, maka dapat dikatakan bahwa Parsons memandang lingkungan sosial terdiri dari lingkungan fisik, sistem budaya, tingkah laku. Dam sistem kepribadian.

Beli Buku di Gramedia

Kelemahan Teori Struktur Fungsional Talcott Parsons

Adapun beberapa kelemahan yang ada pada teori struktur fungsional Talcott Parsons, di antaranya:

1. Parsons terlalu memfokuskan teori ini pada suatu mekanisme yang dapat meningkatkan stabilitas dan keteraturan dalam sistem sosial.

2. Teori yang dicetuskan oleh Parsons ini terlalu kaku terutama ketika melihat suatu perubahan terutama yang terjadi di luar sistem sosial.

3. Teori ini terlalu memandang segala hal dari sudut pandang yang baik, sehingga konflik sosial dianggap sebagai hal yang remeh.

Teori Struktur Fungsionalis Robert King Merton

Setelah teori struktur fungsional yang dicetuskan oleh Talcott Parsons mengalami kekurangan, maka Robert King Merton mulai membuat sebuah teori struktur fungsional dengan menyempurnakan teori fungsional yang berasal Emile Durkheim dan Talcott Parsons. Robert King Merton berhasil menyelesaikan teori struktur fungsional pada tahun 1949. Dalam membuat teori tersebut beliau sudah berjuang sejak tahun 1936 atau bisa dibilang beliau membutuhkan waktu selama 13 tahun untuk menyelesaikan teori struktur fungsional.

Robert King Merton membuat teori ini dengan tujuan untuk memberikan poin-poin penting dalam satu panduan sistem sosial agar peneliti lainnya memiliki kemudahan dalam melakukan sebuah analisis fungsional yang lebih memadai dan bermanfaat. Hadirnya analis fungsional yang diciptakan oleh Robert King Merton berangkat dari sebuah kritik yang ingin disampaikan kepada pembuat teori struktur fungsional sebelumnya.

Robert King Merton menyatakan bahwa analis fungsional yang dulu memiliki beberapa permasalahan atau kekurangan, sehingga sulit untuk diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Kekurangan yang ada pada analisis fungsional terdahulu, seperti masyarakat hanya dipandang dalam satu badan yang utuh dan pakaian yang digunakan saja, kemudian tindakan sosial yang dilakukan harus memiliki tujuan tertentu, gagasan tentang fenomena sosial dan fungsi-fungsi sosial tidak bisa dijadikan sebagai elemen dalam pendekatan fungsionalis, bahkan menurut Robert King Merton, sebaiknya gagasan tersebut harus ditinggalkan.

Berdasarkan dari hasil kritik itu, maka dapat disimpulkan bahwa adanya keterkaitan antara analisis fungsional dengan akibat-akibat yang disebabkan oleh tindakan-tindakan sosial tertentu terhadap struktur-struktur sosial harus dianalisis dan dinilai secara empiris.

Robert King Merton juga menyatakan beberapa syarat untuk memenuhi suatu analisis fungsional yang baik dan benar. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa syarat tersebut.

1. Unit-Unit Sosial

Kelayakan analisis fungsional hanya bisa didapatkan melalui unit-unit sosial yang umumnya terjadi. Dengan kata lain, jika unit-unit sosial berada di luar standar, maka analisis sosial bisa dikategorikan belum layak.

2. Perbedaan Fungsi

Syarat kedua analisis fungsional yang dimiliki oleh Robert King Merton adalah perbedaan fungsi. Dalam hal ini, ketika melakukan analisis fungsional harus membedakan antara suatu penjelasan atau pembahasan dengan akibat-akibat dari objek yang tidak direncanakan.

3. Pengkategorian

Syarat ketiga dari analisis fungsional Robert King Merton adalah pengkategorian. Akibat-akibat yang terjadi karena ketidaksengajaan atau tidak ada dalam sebuah rencana harus dikategorikan ke dalam sebuah jaringan atau gambaran keseimbangan. Keseimbangan yang dimaksud adalah akibat yang positif dan akibat yang negatif.

4. Hubungan Akibat Dengan Struktur Sosial 

Syarat keempat dari analisis fungsional Robert King Merton adalah hubungan akibat dengan struktur sosial. Akibat-akibat fungsional yang terjadi harus dihubungkan dengan unit-unit struktur sosial tertentu. Dengan catatan, hubungan tersebut harus dijadikan sebagai objek dari suatu analisis yang sedang dilakukan.

5. Pembahasan Harus Memuaskan

Syarat kelima dari analisis fungsional Robert King Merton adalah pembahasan dari suatu analisis fungsional harus dapat memuaskan pembaca atau penulis itu sendiri. Pembahasan yang memuaskan dapat diartikan sebagai pembahasan yang memberikan atau menghasilkan alternatif-alternatif fungsional.

Kelemahan Teori Struktur Fungsional Robert King Merton

Teori fungsional yang dicetuskan oleh Robert King Merton memiliki beberapa kekurangan, yaitu:

1. Pada teori fungsional ini, potensi terjadinya suatu konflik sosial tidak dipersiapkan.

2. Terlalu memfokuskan pada keseimbangan sosial dalam masyarakat.

Rekomendasi Buku Teori Sosiologi

Beli Buku di Gramedia

Beli Buku di Gramedia

Beli Buku di Gramedia

Beli Buku di Gramedia

Beli Buku di Gramedia

Beli Buku di Gramedia

Kesimpulan Teori Struktural Fungsional

Dalam kehidupan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari yang namanya bersosialisasi, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial. Kehidupan masyarakat saat bersosialisasi tidak bisa dilepaskan dari struktur fungsional yang ada di dalam masyarakat. Teori struktur fungsional ini diungkapkan oleh beberapa ahli, seperti

Setiap teori struktur fungsional yang disampaikan atau diungkapkan oleh para ahli tersebut merupakan penyempurnaan dari teori struktur fungsionalis sebelumnya. Maka dari itu, setiap teori struktur fungsionalis yang diungkapkan oleh para ahli pasti memiliki kelemahan.

Sumber: Dari berbagai macam sumber

About the author

Aris

Saya sangat dengan dunia menulis karena melalui menulis, saya bisa mendapatkan banyak informasi. Karya yang saya hasilkan juga beragam, dan tema yang saya suka salah satunya adalah sosiologi. Tema satu ini akan selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan selalu menarik untuk dibicarakan.

Kontak media sosial Twitter saya M Aris