Geografi

Teori Sektoral: Tata Ruang Struktur Kota

Written by Mochamad Harris

Teori sektoral – Sebagai cabang ilmu yang mempelajari mengenai planet Bumi, Geografi juga mempelajari banyak hal, dimana bukan hanya mengenai bentuk permukaan Bumi maupun kerak bumi yang ada saja, namun juga berbagai hal yang ada di dalamnya. Geografi merupakan cabang ilmu yang memiliki cakupan yang sangat luas. Oleh sebab itu, untuk lebih mengelompokkan fokus pembelajarannya, terdapat cabang ilmu geografi.

Selain itu, terdapat pula beberapa teori yang dapat kita pelajari dalam ilmu geografi. Salah satu teorinya adalah teori yang membahas mengenai tata ruang suatu tempat maupun tata letak dari suatu daerah. Terdapat beragam teori yang membahas mengenai tata ruang sendiri, dan salah satunya adalah teori sektoral yang akan kita bahas lebih dalam saat ini. Simak informasi berikut.

Teori Sektoral

Pembahasan mengenai tata ruang sendiri setidaknya terbagi menjadi tujuh teori yaitu, Teori konsentris, teori sektoral, teori inti ganda, teori konsektoral tipe Eropa, teori konsektoral tipe Amerika Latin, teori poros, dan teori historis.

Secara khusus, teori sektoral membahas mengenai pengelompokan penggunaan lahan kota menjulur yang ada sehingga akan nampak seperti potongan kue tart. Namun, hal tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi geografis kota serta rute transportasi yang ada.

Teori sektoral sendiri dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1939. Dimana dalam kajian pembahasannya, teori sektoral merupakan berbagai unit kegiatan yang ada di perkotaan yang tidak mengikuti zona teratur secara konsentris, namun membentuk berbagai sektor yang memiliki sifat lebih bebas.

Teori sektoral sendiri diperkenalkan oleh Homer Hoyt dalam rangka mengatasi ketidaksesuaian terhadap teori konsentris yang pada sebelumnya sudah dikemukakan oleh orang lain yaitu E.W Burgess.

Berdasarkan teori sektoral ini, struktur ruang kota yang ada cenderung berkembang berdasarkan sektor dibandingkan dengan berdasarkan lingkaran konsentrik. Pada teori ini, Pusat Daerah Kegiatan atau yang bisa disingkat dengan PDK dan yang biasa disebut dengan Central Business District atau CBD berada pada wilayah pusat kota, sementara lingkungan di sekitarnya dapat dikembangkan menjadi sektor lain, termasuk di dalamnya kawasan industri serta pemukiman bagi penduduk.

Pemukiman penduduk yang ada pun juga dibagi menjadi tiga golongan yang terdiri dari kaum buruh, kaum menengah, dan juga kaum elit.

Teori ini juga mengundang berbagai pendapat yang berhubungan seperti, daerah yang memiliki harga tanah dan juga sewa yang tinggi pada umumnya terletak di kawasan luar kota, dan daerah yang memiliki harga tanah dan juga sewa yang rendah berupa jalur yang memiliki bentuk memanjang yang terbentang dari pusat kota hingga ke daerah perbatasan.

Menata Kota Melalui Rencana Detail Tata Ruang

beli sekarang

Konsep Teori Sektoral

konsep teori sektoral

Sebagai salah satu teori geografi yang membahas mengenai tata letak sebuah daerah maupun kawasan, teori sektoral memiliki konsep yang dapat kamu pahami melalui penjelasan yang ada dibawah ini. Berdasarkan gambar yang ada di atas, penjelasan mengenai konsep dari teori sektoral sebagai berikut.

1. Central Business District atau Daerah Pusat Kegiatan

Nomor 1 pada gambar menunjukkan sektor pusat kegiatan bisnis. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari berbagai bangunan kantor, hotel, pasar, bank, pusat perbelanjaan, bioskop serta berbagai sektor publik serta perputaran ekonomi lainnya.

2. Industri atau Perdagangan

Nomor 2 pada gambar menunjukkan sektor kawasan industri ringan serta perdagangan. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari berbagai pabrik kecil maupun ringan serta berbagai toko.

3. Low Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Bawah

Nomor 3 pada gambar menunjukkan sektor kaum buruh maupun kaum murba. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari tempat tinggal bagi kaum buruh serta kaum murba. Biasanya juga pemukiman yang ada dekat dengan lokasi pusat perdagangan karena kaum buruh yang bekerja di tempat dan lokasi yang menjadi pusat bisnis.

4. Middle Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Menengah

Nomor 4 pada gambar menunjukkan sektor madyawisma. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari tempat tinggal bagi para kaum menengah.

5. High Class Residential atau yang dikenal dengan Pemukiman Kelas Atas

Nomor 5 pada gambar menunjukkan sektor adi wisma. Pada kawasan tersebut pada umumnya terdiri dari tempat tinggal bagi golongan atas maupun kaum elit. Biasanya sektor ini diisi oleh para kaum pejabat serta para eksekutif.

Asumsi Teori Sektoral

  • Asumsi yang pertama adalah faktor ekologis serta konsep sewa ekonomi yang digunakan untuk menjelaskan pola penggunaan lahan.
  • Asumsi yang kedua adalah menekankan pada peran rute transportasi dalam mempengaruhi penataan ruang kota
  • Asumsi yang ketiga adalah baik jarak serta arah pertumbuhan dari pusat kota dipertimbangkan.
  • Asumsi yang keempat adalah membawa lokasi nilai kemudahan industri serta lingkungan sebagai penentu di tempat tinggal.
  • Asumsi yang kelima adalah berbagai jalur yang ada di sepanjang pusat kota yang terbentang hingga perbatasan memiliki harga jual serta sewa tanah yang relatif rendah.

Pelajari berbagai konsep geografi lainnya melalui buku Sistem Informasi Geografis: Konsep2 Dasar Edisi Revisi karya Eddy Prahasta yang bisa kamu dapatkan di Gramedia.

beli sekarang

Teori Mengenai Tata Ruang 

Di Indonesia sendiri dengan total jumlah penduduk mencapai 265 juta orang dan akan terus bertambah, tata ruang menjadi salah satu penting yang harus dilakukan. Pahami secara sederhana mengenai tata ruang wilayah ini pada buku Tata Ruang Sungai Aluvial Dan Sungai Non-Aluvial dibawah ini.

beli sekarang

Selain teori sektoral, terdapat enam teori lainnya yang membahas mengenai tata ruang. Berbagai teori mengenai tata ruang tersebut dapat kamu pelajari melalui informasi di bawah ini.

1. Teori konsentris

Teori mengenai tata ruang yang pertama adalah teori konsentris. Menurut teori konsentris ini, kota yang mengalami perkembangan dimulai dari pusatnya yang kemudian dengan seiring adanya pertambahan penduduk maka akan meluas ke daerah pinggiran menjauhi pusatnya.

Interaksi antara penggunaan lahan serta manusia, baik dalam segi ekonomi, sosial, maupun politik menjadi pembentuk beberapa zona konsentris. Teori konsentris sendiri memiliki kekurangan yaitu tidak berlaku di negara lain di luar Amerika Serikat.

Beberapa contoh kota yang menganut teori konsentris ini adalah Chicago, Kalkuta, Adelaide, London, dan sebagian besar kota yang ada di Indonesia.

Terdapat pula asumsi teori konsentris, antara lain:

  • Populasi yang memiliki sosial budaya yang heterogen
  • Industri komersil yang menjadi basis dari ekonomi
  • Persaingan ruang di dalam zona ekonomi serta private ownership atau yang disebut juga sebagai ruang pribadi
  • Perluasan area serta peningkatan populasi di sebuah kota
  • Transportasi yang ada dinilai mudah, cepat, serta murah di setiap zona yang ada di sebuah kota
  • Pusat sebuah kota merupakan pusat dari kegiatan ekonomi yang ada sehingga ruang di dekat pusat dapat menjadi terbatas serta memiliki nilai yang tinggi.

Susunan Ruang Kota pada Teori Konsentris, terdiri dari:

1. Central District Business atau Zona Pusat Kegiatan, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  • Yang pertama, zona pusat kegiatan merupakan inti dari sebuah kota.
  • Yang kedua, zona pusat kegiatan memiliki intensitas yang tinggi dalam kegiatan komersil serta pemerintahan yang dapat dilihat melalui gedung perkantoran, pertokoan, dan sebagainya yang ada di sekitarnya.
  • Yang ketiga, zona pusat kegiatan memiliki nilai harga jual maupun sewa tanah yang tinggi.
  • Yang keempat, zona pusat kegiatan memiliki populasi untuk pemukiman yang sangat sedikit.
  • Yang kelima, zona pusat kegiatan memiliki aksesibilitas mudah serta laju orang masuk maupun keluar dalam jumlah besar setiap harinya.

2. Transition Zone atau zona peralihan, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  • Yang pertama, zona peralihan terikat dengan central district business atau zona pusat kegiatan.
  • Yang kedua, zona peralihan memiliki populasi penduduk yang heterogen serta tidak stabil baik dalam segi pemukiman maupun kegiatan sosial ekonomi di dalamnya.
  • Yang ketiga, zona peralihan merupakan daerah yang ada pada sebuah kota dengan penduduk yang relatif miskin.
  • Yang keempat, zona peralihan memiliki kualitas lingkungan permukiman yang semakin lama memburuk, dimana sering ditemukan daerah slum atau daerah permukiman dengan penduduk kumuh.
  • Yang kelima, zona peralihan dapat diubah menjadi komplek untuk industri manufaktur, bidang perhotelan, apartemen, dan sebagainya yang digunakan sebagai rencana pembangunan kota.
  • Yang keenam, zona peralihan memiliki tingkat kejahatan serta penyakit yang tertinggi pada sebuah kota.

3. Low Class Residential atau Workingmen’s Homes yang dikenal juga sebagai Zona Pemukiman Kelas Proletar

  • Yang pertama, zona pemukiman kelas proletar pada umumnya memiliki kondisi pemukiman yang lebih baik dimana terdiri dari berbagai rumah kecil maupun rumah susun.
  • Yang kedua, zona pemukiman kelas proletar memiliki populasi penduduk yang terdiri dari para pekerja yang memiliki penghasilan kecil seperti buruh.
  • Yang ketiga, zona pemukiman kelas proletar memiliki transportasi yang dapat dikatakan masih relatif mudah serta murah yang dapat digunakan menuju tempat kerja.

4. Medium Class Residential Zone atau Zona Kelas Menengah

  • Yang pertama, zona kelas menengah memiliki daerah permukiman yang pada umumnya diisi oleh para pekerja yang memiliki penghasilan menengah.
  • Yang kedua, zona kelas menengah memiliki kondisi daerah permukiman yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelas proletar, dimana pada umumnya memiliki bentuk permukiman horizontal maupun permukiman vertikal seperti contohnya sebuah apartemen.
  • Yang ketiga, zona kelas menengah memiliki lokasi yang strategis dengan pusat perbelanjaan yang pada umumnya memiliki kondisi yang hampir sama dengan pusat perbelanjaan yang ada di pusat kota.

5. Commuters Zone atau Zona Penglaju

  • Yang pertama, zona penglaju memasuki daerah belakang atau hinterland yang merupakan daerah yang menjadi batas antar desa dengan kota.
  • Yang kedua, zona penglaju memiliki penduduk yang pada umumnya tinggal di pinggiran kota namun mereka bekerja di kota.
  • Yang ketiga, zona penglaju memiliki biaya transportasi yang relatif tinggi menuju CBD jika dibandingkan dengan zona lainnya.
  • Yang keempat, zona penglaju pada umumnya memiliki penduduk yang mempunyai pendapatan yang relatif tinggi.

Dalam menjelaskan teori konsentris ini, Burgess juga selalu menggunakan istilah ekologis seperti contohnya adalah dominasi, invasi, serta suksesi. Istilah ekologis ini kemudian lebih diperjelas lagi secara terperinci oleh McKenzie. Menurut McKenzie, invasi sendiri dapat dibagi menjadi tiga tingkatan, yang terdiri dari:

1. Tahap permulaan atau initial stage

Tingkatan yang pertama adalah tahap permulaan. Dimana proses pada tingkatan ini ditandai dengan adanya gejala ekspansi geografis yang berasal dari sebuah kelompok sosial yang kemudian akan memperoleh tantangan dari penduduk daerah tersebut yang akan terkena dampak dari ekspansi yang dilakukan.

2. Tahap lanjutan atau secondary stage

Tingkatan yang kedua adalah tahap lanjutan. Dimana proses pada tingkatan ini dapat dilihat melalui terjadinya persaingan yang diikuti dengan proses perpindahan atau displacement, seleksi, serta asimilasi. Pada umumnya, kelompok yang kalah bersaing akan melakukan ekspansi ke wilayah lain yang lebih lemah.

3. Tahap klimak atau climax stage

Tingkatan yang ketiga adalah tahap klimak. Dimana proses pada tingkatan ini dapat dilihat jika sudah berada di wilayah maupun daerah yang lemah dimana proses seleksi baru terjadi dan pada saat itulah proses yang ada sudah mencapai tahap klimak.

2. Teori sektoral

Teori mengenai tata ruang yang kedua adalah teori sektoral. Menurut teori sektoral ini, adanya pengelompokan dalam penggunaan lahan kota menjulur yang membuat potongan kue tart yang disesuaikan dengan kondisi geografis kota serta rute transportasi yang ada pada kota tersebut.

3. Teori inti ganda

Teori mengenai tata ruang yang ketiga adalah teori inti ganda. Menurut teori inti ganda ini, sebuah kota berawal dari sebuah pusat yang kemudian menjadi sebuah bentuk yang kompleks. Bentuk kompleks tersebut terjadi disebabkan adanya kemunculan berbagai nukleus baru yang dapat berupa perguruan tinggi, bandara, dan juga sebagainya.

Terdapat pula asumsi teori inti ganda, antara lain:

  • Perbedaan yang ada terhadap fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu, seperti contohnya kegiatan industri.
  • Aktivitas yang memiliki kemiripan dapat dikelompokkan bersama untuk mencapai keuntungan ekonomi yang dapat membuat munculnya beberapa zona khusus yang digunakan untuk perekonomian.
  • Aktivitas perekonomian serta nilai pendapatan yang memiliki perbedaan dapat menjadi faktor penyebab adanya pemisahan antara zona untuk tempat tinggal.

Susunan Ruang Kota pada Teori Inti Ganda, terdiri dari:

  1. Zona pertama yang terdiri dari pusat kota atau CBD.
  2. Zona kedua yang terdiri dari daerah grosir serta manufaktur yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan niaga serta industri ringan.
  3. Zona ketiga yang terdiri dari pemukiman kelas rendah yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan murbawisma.
  4. Zona empat yang terdiri dari pemukiman kelas menengah yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan madyawisma.
  5. Zona kelima yang terdiri dari pemukiman kelas tinggi yang pada umumnya digunakan sebagai kawasan adiwisma.
  6. Zona keenam yang terdiri dari daerah manufaktur berat yang pada umumnya digunakan sebagai pusat dari industri berat.
  7. Zona ketujuh yang terdiri dari daerah luar CBD atau pusat kota yang menjadi pusat niaga lain yang ada di pinggiran kota.
  8. Zona kedelapan yang terdiri dari pemukiman suburban yang merupakan sebuah upakota untuk kawasan madyawisma serta adiwisma.
  9. Zona kesembilan yang terdiri dari daerah industri suburban yang merupakan sebuah upakota untuk kawasan industri.

4. Teori konsektoral tipe Eropa

Teori mengenai tata ruang yang keempat adalah teori konsektoral tipe Eropa. Menurut teori konsektoral tipe Eropa ini merupakan gabungan antara teori konsentris dengan sektoral. DImana penekanan konsentris yang ada lebih ditekankan atau ditonjolkan.

5. Teori konsektoral tipe Amerika Latin

Teori mengenai tata ruang yang kelima adalah teori konsektoral tipe Amerika Latin. Dimana teori konsektoral tipe Amerika Latin ini pertama kali dikemukakan oleh Ernest Griffin serta Larry Ford tepatnya pada tahun 1980 yang didasari kajian penelitian yang dilakukan di Amerika Latin.

6. Teori poros

Teori mengenai tata ruang yang keenam adalah teori poros. Teori poros sendiri pertama kali dikemukakan oleh Babcock tepatnya pada tahun 1932. Di dalam teori ini dibahas dan ditekankan pada peranan sebuah transportasi yang dapat mempengaruhi struktur keruangan kota.

7. Teori historis

Teori mengenai tata ruang yang ketujuh adalah teori historis. Teori historis sendiri didasari pada analisis kenyataan historis yang memiliki kaitannya dengan perubahan tempat tinggal penduduk yang terjadi di dalam sebuah kota.

About the author

Mochamad Harris

Menulis artikel merupakan salah satu hal yang menjadi daya tarik saya untuk dapat mengetahui berbagai macam hal serta informasi terupdate yang sedang terjadi pada saat ini. Saya suka dengan tema olahraga dan juga travelling.

Kontak media sosial Linkedin saya Mochamad Harris