Sejarah

Teori Cina: Masuknya Islam ke Nusantara

teori cina
Written by Fandy

Teori Cina – Asal mula masuknya agama Islam ke Indonesia sendiri dapat kita temukan diberbagai kajian teori. Salah satunya adalah teori cina dimana menurut teori tersebut dinyatakan agama Islam masuk ke Indonesia melalui Cina yang dibawa oleh para saudagar Cina yang sejak dulu sudah dikenal sebagai pedagang di Indonesia.

Alasan lain mengenai teori ini juga karena relatif dekatnya jarak antara daratan Cina dengan Indonesia. Menurut kalangan ilmuwan Cina, terutama para ilmuwan Cina muslim menganggap bahwa Cina sudah sangat akrab dengan kota Mekkah serta Madinah.

Pelajari lebih jauh mengenai teori Cina yang menjadi awal mula masuknya agama Islam di Nusantara melalui artikel serta informasi yang ada di bawah ini.

Teori Cina: Masuknya Islam ke Nusantara

Asal mula sejarah masuknya agama Islam ke Nusantara yang berasal dari Cina merupakan inti dari kajian teori Cina yang ada. Agama Islam sendiri berkembang di negara Cina sejak tahun 618 hingga 905 Masehi tepatnya pada masa Dinasti Tang.

Masuknya agama Islam ke Cina sendiri dikatakan dibawa oleh seorang panglima Muslim yang memiliki nama Saad bin Waqash yang berasal dari kota Madinah tepatnya pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan. Selain itu, salah satu kota di Cina pada masa tersebut pernah menjadi pusat dakwah muslim di Cina tepatnya pada kota Kanton.

Menurut Jean A. Berlie pada tahun 2004 pada bukunya Islam in Cina membahas mengenai relasi antara berbagai umat Islam dari Arab dengan berbagai orang yang ada di negara Cina terjadi pada tahun 713 Masehi.

Masuknya agama Islam ke Indonesia juga dipercaya bertepatan dengan banyaknya migrasi orang negara Cina muslim ke negara Asia Tenggara terutama wilayah nusantara yang pada umumnya kebanyakan memasuki daerah Sumatera bagian selatan yang terjadi pada abad ke sembilan Masehi atau pada tahun 879 Masehi.

Terdapat pula bukti lain yang mendukung teori cina yang ada yaitu, banyaknya jumlah pendakwah yang berasal dari keturunan Cina dan memiliki pengaruh yang besar pada masa kerajaan Demak.

Kerajaan Demak sendiri merupakan kerajaan Islam pertama yang ada di pulau Jawa, sehingga hal tersebut menjadi faktor besar dalam teori ini. Terdapat pula penjelasan mengenai kesultanan Demak yang didirikan oleh Raden Patah yang merupakan putra dari Majapahit Islam yang dibahas pada buku sejarah yang ditulis oleh Nana Supriatna.

Banyak orang juga yang meyakini bahwa agama Islam pertama kali masuk ke Indonesia tepatnya pada tahun 700 Masehi atau pada abad ke tujuh, dimana ditemukannya catatan Cina kuno yang menerangkan bahwa pada masa tersebut terdapat perkampungan atau pemukiman Arab yang berlokasi di daerah pesisir barat pulau Sumatera sampai ke sekitar selat Malaka.

Selain melalui kegiatan perdagangan, terdapat pula penyebar agama Islam yang memang murni atau memiliki tujuan serta niat untuk menyebarkan agama Islam melalui cara berdakwah. Seperti salah satu tokoh penyebar agama Islam yang ada di nusantara yang hingga saat ini juga sangat terkenal adalah para walisongo.

Para walisongo tersebut bukan hanya menyebarkan agama Islam melalui berdakwah saja namun juga mengajarkan masyarakat nusantara mengenai ajaran agama Islam yang ada dengan cara mendekati para masyarakat pribumi serta berbaur dan mengikuti berbagai adat istiadat dan kehidupan sosial budaya yang berlaku di daerah tersebut.

Islam Nusantara sebagai gerakan moderasi beragam yang berkelanjutan dan terus bergerak menuju bentuk terbaiknya bagi setiap zaman dapat Grameds pelajari melalui buku Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama Di Indonesia.

beli sekarang

Sinopsis Buku

Apa sesungguhnya yang dimaksud dengan Islam Nusantara? Untuk memulai memahami Islam Nusantara, kita harus membedakan antara Islam di Nusantara dan Islam Nusantara. Islam di Nusantara konotasinya penggambaran existing Islam di wilayah Nusantara, termasuk di dalamnya sejarah perkembangan, populasi, dan ciri khas Islam di kawasan Nusantara. Sedangkan Islam Nusantara lebih kepada keunikan sifat dan karakteristik Islam di kawasan Nusantara. Dengan demikian, orang yang ahli tentang Islam di wilayah Nusantara belum tentu memahami konsep Islam Nusantara itu sendiri. Islam Nusantara melibatkan berbagai disiplin keilmuan, seperti ushul fikih, dan penafsiran terhadap nash atau teks agama. Islam Nusantara lebih banyak berhubungan dengan fenomena Islam “as the Islam” ketimbang Islam “as an Islam”. Hampir setiap Negara yang berpenduduk mayoritas muslim memiliki istilah khusus untuk mencirikan kekhususan umat Islam di negerinya. Perdana Menteri Malaysia, Mahatir Muhammad, pernah memperkenalkan Islam Hadharah, Pak SBY sering menyebut Islam Rahmatan lil Alamin, Mantan PM Benazir Bhutto memperkenalkan Islam inklusif. Maka, istilah Islam Nusantara juga merujuk pada pola keberagamaan muslim Indonesia yang hidup berdampingan dalam keberagaman berbangsa dan bernegara. Islam memiliki ajaran dasar dan non-dasar. Ajaran dasar bersifat absolut, universal, dan eternal, seperti seperti rukun iman dan rukun Islam. Sedangkan ajaran non-dasar bersifat fleksibel, kontemporer, dan umumnya berbicara tentang hal-hal yang bersifat cabang (furu’iyyah). Wacana Islam Nusantara berada di dalam ranah ajaran non-dasar. Selama Islam Nusantara masih tetap di dalam wacana ajaran non-dasar maka tidak perlu dikhawatirkan akan adanya kerancuan ajaran, karena Islam sebagai agama akhir zaman selalu membuka diri untuk menerima dan diterima oleh nilai-nilai lokal, sepanjang masih sejalan atau tidak bertentangan dengan ajaran dasarnya. Islam Nusantara merupakan gerakan moderasi beragama yang berkelanjutan, terus bergerak menuju bentuk terbaiknya bagi setiap zaman. Untuk setiap zaman dengan ragam tantangan dan problematikanya, Islam Nusantara bergerak menempatkan agama sebagai panduan untuk mengkreasi model kehidupan berbangsa yang penuh dengan nilai-nilai toleransi, gotong royong dan rukun sejahtera.

Kontroversi Teori Cina

Terdapat pernyataan Nabi: Uthlub al-’ilm wa alu bi al-Shin yang memiliki arti tuntutlah ilmu walau sampai di tanah Cina yang seringkali dijadikan bukti akan kedekatan antara Cina dengan kota Mekkah serta Madinah.

Dengan adanya pernyataan tersebut, banyak orang mengatakan bagaimana Nabi Muhammad Saw dapat mengetahui tentang Cina jika beliau tidak memiliki wawasan tentang Ccina yang sudah berkembang di kawasan tersebut jauh sebelumnya. Dimana seperti yang kita ketahui, Cina merupakan salah satu peradaban tertua yang ada di dunia juga.

Namun, terdapat pula kontroversi terkait kata shin yang ada di dalam hadis di atas tersebut. Banyak ilmuwan India yang menyimpulkan atau mengklaim bahwa yang dimaksud di dalam hadis tersebut bukan negara Cina yang mat jauh dari tanah Arab tersebut. Namun, sebuah kota yang termasuk ke dalam wilayah India, yaitu kota Sindu atau Sind.

Menurut para ilmuwan India tersebut, klaim yang mereka ungkapkan lebih masuk akal jika dibandingkan dengan pengertian yang beredar. Hal ini dikarenakan India dengan Arab masih dapat ditempuh dengan perjalanan darat, dan lagi pula hubungan dagang serta budaya yang dimiliki antara Arab dengan India sudah terjalin cukup lama.

Namun, anggapan atau klaim tersebut dibantah oleh kalangan ahli sejarah yang ada di Timur Tengah, hal tersebut dikarenakan peradaban China pada zaman tersebut berada di bawah Dinasti Shang sudah tersebar melintang jauh di kawasan Timur Tengah. Bahkan, menurut para ahli tersebut sejumlah keramik yang ditemukan, termasuk keramik yang ada da menempel di dalam Masjid Nabi juga berasal dari negara Cina.

Penemuan kertas yang ada dalam ukuran modern pada zaman tersebut juga sudah mampu dibuat dan diproduksi di Cina yang membuat salah satu barang dagangan Cina ke kawasan tersebut adalah kertas.

Teori Cina menurut Ilmuwan Indonesia

Teori Cina yang ada juga pernah diungkapkan oleh beberapa ilmuwan Indonesia yang ada di Tanah Air, seperti halnya Slamet Mulyana serta Sumanto Al Qurtuby. Namun, penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut sangat disayangkan tidak dapat mereka lanjutkan dalam membuktikan asumsinya agar dapat dipertimbangkan sebagai suatu kebenaran akademik yang mampu dipertanggungjawabkan.

Faktor lainnya juga dikarenakan teori yang ada tersebut sebenarnya sudah sangat masuk akal dengan berbagai pertimbangan yang ada. Seperti halnya ditemukannya sahabat Nabi yang ada di Cina yang secara jelas lebih jauh dari Indonesia.

Para pelaut Arab yang berlayar juga tentu membutuhkan air bersih atau tawar serta bahan makanan dalam melanjutkan perjalanannya menuju ke Cina. Oleh sebab itu, secara logika seharusnya agama Islam sudah terlebih dahulu masuk ke Indonesia, dan kemudian baru negara Cina jika dilihat dari jalur sutra perkembangan Islam yang ada di negara Asia.

Teori Cina ini juga dapat dipertimbangkan sebagai kenyataan sejarah mobilitas para orang Cina muslim menuju Asia Tenggara, secara spesifik Sumatera di bagian Selatan seperti kota Palembang dan Bengkulu yang ada sekarang.

Bukti fisik biologis, dimana para orang Sumatera yang ada di bagian Selatan memiliki pertautan genetik yang membuat postur tubuh serta muka yang mereka miliki terdapat kemiripan antara satu sama lain. Belum lagi, persamaan budaya serta pengaruh budaya negara Cina yang ada di dalam tradisi kesenian Sumatera khususnya bagian Selatan yang sangat kuat akan budaya atau pengaruh negara Cina.

Terdapat pula bukti historis yang dapat menguatkan kajian atau teori ini yaitu, penyeberangan Cina muslim menuju Pulau Jawa seperti halnya Kerajaan Demak yang pernah memiliki keturunan darah Cina yaitu Raden Patah.

Hal yang serupa juga dapat dilacak melalui sejumlah ulama agama Islam yang memiliki darah atau berasal dari keturunan Cina. Seperti salah satu contoh tokoh terkenal yaitu Gus Dur yang mengklaim dirinya berasal atau memiliki darah keturunan Cina. Selain itu juga terdapat kisah nyata yang populer yaitu Laksamana Cheng Ho. Namun, mengenai persoalan apakah agama Islam yang masuk pertama kali di Indonesia berasal dari daratan Cina maupun darat lain tersebut, masih perlu untuk dilakukan pembuktian atau penelitian lebih lanjut untuk menemukan kebenarannya.

Pelajari mengenai tokoh bangsa Indonesia Gus Dur lebih dalam melalui buku Gus Dur: Islam Nusantara & Kewarnegaraan Bineka karya Ahmad Suaedy.

Sejarah Islam Nusantara

beli sekarang

Sinopsis Buku

Sejarah mencatat, kelahiran Agama Islam tidaklah terjadi di Indonesia, namun, anehnya di negeri inilah Islam berkembang secara pesat dan masif. Alhasil, penduduk muslim terbesar di dunia berasal dari Indonesia, bukan dari arab saudi yang sejatinya justru merupakan asal muasal Islam. Lantar, bagaimana Islam masuk ke Indonesia, yang pada masa dahulu lebih dikenal dengan nama nusantara. Dan bagaimana pula islam berkembang menjadi Agama paling populer.

 

Saluran Masuk Agama Islam ke Indonesia

Teori Cina yang membahas mengenai penyebaran agama Islam yang bermula dari Cina ini juga telah dibahas oleh SQ Fatimi yang mendasarkan teori yang ada tersebut kepada perpindahan para umat Islam dari Canton menuju Asia Tenggara yang terjadi pada sekitar tahun 876.

Menurutnya, teori tersebut dapat dilihat melalui adanya perpindahan yang dikarenakan adanya pemberontakan yang mengorbankan hingga ratusan ribu muslim. Menurut Syekh Naquib Alatas, tumpuan perpindahan tersebut adalah kota Kedah serta Palembang.

Dengan terjadi perpindahan tersebut atau hijrah yang dilakukan ke Asia Tenggara telah menjadi salah satu faktor yang membantu dalam perkembangan agama Islam di kawasan tersebut. Di luar kota Palembang serta Kedah, beberapa dari mereka juga memilih untuk menetap di Campa, Brunei, pesisir time tanah melayu seperti Patani, Kelantan, Terengganu serta Pahang, dan juga Jawa Timur.

Di samping hal tersebut, ada pula pendapat atau argumen lainnya yang menyatakan bahwa banyak orang Cina yang telah menjalin hubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum masuk dan dikenalnya agama Islam ke Indonesia.

Hal tersebut dimulai pada masa kerajaan Hindu dan Buddha, dimana etnis Cina maupun Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia lainnya, terutama dikarenakan adanya kontak dagang. Hal ini juga didukung dengan adanya ajaran agama Islam yang telah sampai di Cina pada abad ke tujuh Masehi, dimana agama Islam pada saat itu baru berkembang.

Dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa, Sumanto Al Qurtuby menyatakan menurut kornik di masa Dinasti Tang yang ada pada tahun 618 hingga 960 tepatnya di daerah  Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dan pesisir Cina yang ada di bagian selatan, terdapat sejumlah pemukiman umat Islam.

Teori Cina yang ada sendiri jika dilihat melalui beberapa sumber luar negeri yaitu kronik serta sumber lokal yaitu babad serta hikayat, mampu diterima. Dimana menurut sejumlah sumber lokal juga disebutkan bahwa raja Islam pertama yang ada di Jawa yaitu Raden Patah yang berasal dari Bintoro Demak juga merupakan keturunan Cina.

Dalam kajian tersebut, disebutkan bahwa ibunya berasal dari Campa yang merupakan bagian selatan dari Cina yang saat ini sudah masuk ke dalam Vietnam. Berdasarkan Sejarah Banten serta Hikayat Hasanuddin, nama serta gelar para raja Demak serta leluhurnya juga ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti beberapa contoh sebagai berikut “Cek Ban Cun”, “Jin Bun”, “Cun Ceh”, “Cek Ko Po”, serta “Cu-cu”. Berbagai nama lainnya seperti Munggul serta Moe Choel juga ditafsirkan merupakan kata lain yang berasal dari Mongol yang merupakan sebuah wilayah di utara Cina yang saling berbatasan dengan Rusia.

Dalam proses penyebaran Islam di Indonesia sendiri, terdapat berbagai tokoh yang berperan di dalamnya. Di Indonesia, setidaknya ada tiga orang yang pernah menjadi imam Masjidil Haram yang dapat Grameds pelajari pada buku Ulama-Ulama Nusantara Yang Mempengaruhi Dunia.

Cheng Ho : Penyebar Islam Dari China ke Nusantara

beli sekarang

Sinopsis Buku

Tan Ta Sen, sinolog dan pakar tokoj Zheng He atau Cheng Ho meneguhkan teori “Gelombang Ketiga” dalam sejarah penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara. Didalam buku ini Dipaparkan bagaimana kontak budaya yang bersifat damai tidak saja mendorong terjadinya penularan, perpindahan dan peralihan agama dengan melibatkan umat Islam dari daratan China, Yunnan, Champa, Jawa, Melayu. Arab dan India, tetapi juga memungkinkan bajyak orang China di tanah Melayu tetap dapat memelihara ciri-ciri budaya non-Muslim mereka. Inilah karya tulis pertama tentang ejarah penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara dan Nusantara yang didasarkan naskah-naskah kuno dan sumber-sumber sejarah penting lain yang ada di daratan China. Sebuah buku yang kehadirannya sudah lama ditunggu-tunggu para pakar sejarah penyebaran Islam.

 

Bukti Penyebaran Islam 

Berbagai bukti yang menunjukkan penyebaran ajaran Islam yang dimulai dari Cina adalah dengan ditemukannya batu nisan syekh Abdul Kadir bin Husin syah Alam yang berlokasi di Langgar, Kedah bertahun 903 M, batu yang bertuliskan Phan-rang yang berlokasi di Kamboja bertahun 1025 M, ditemukan pula batu nisan di Pahang yang bertahun 1028 M, batu nisan puteri dari Islam Brunei bertahun 1048 M, batu bersurat Trengganu bertahun 1303 M serta batu nisa Fathimah binti Maimun yang berlokasi di Jawa Timur bertahun 1082 M.

Berbagai bukti lainnya seperti berbagai masjid tua yang memiliki nilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina yang berlokasi di berbagai tempat terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke lima belas yaitu Gresik juga menurut berbagai catatan Cina telah diduduki oleh para pelaut serta pedagang Cina terlebih dahulu.

Dalam proses masuk dan berkembangnya agama dan ajaran Islam ke Indonesia, terdapat beberapa cara maupun saluran yang berkembang yang dapat dibedakan menjadi lima, sebagai berikut.

1. Perdagangan

Cara atau saluran yang pertama berkembangnya ajaran Islam di Indonesia adalah melalui perdagangan. Dimana para pedagang Islam yang berasal dari Arab, Persia, serta Gujarat seringkali bersinggah berbulan-bulan di Malaka serta berbagai pelabuhan lainnya di Indonesia.

2. Perkawinan

Cara atau saluran yang kedua berkembangnya ajaran Islam di Indonesia adalah melalui perkawinan. Dimana di antara para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, serta Gujarat yang telah tinggal dan menetap lama di Indonesia seringkali menjalin hubungan dan menikah dengan para wanita di Indonesia.

Dengan adanya hubungan perkawinan tersebut, terbentuklah ikatan kekerabatan besar agama Islam yang menjadi salah satu faktor awal terbentuknya masyarakat Islam di Indonesia.

3. Pendidikan di Pondok Pesantren

Cara atau saluran yang ketiga berkembangnya ajaran  Islam di Indonesia adalah melalui pendidikan di pondok pesantren. Di dalam pondok pesantren sendiri, para santri yang berasal dari berbagai daerah mendapatkan pendidikan mengenai agama Islam secara mendalam. Hal tersebut yang membuat setelah mereka lulus atau tamat dari proses pembelajaran mereka, memiliki kewajiban untuk menyebarkan agama serta ajaran Islam di sekitar lingkungan mereka.

4. Seni Budaya

Cara atau saluran yang keempat berkembangnya ajaran Islam di Indonesia adalah melalui seni budaya. Dimana seni budaya dapat berupa seni musik tradisional pada saat itu yaitu gamelan dan juga seni pertunjukan yaitu wayang. Dengan adanya pertunjukan seni tersebut, masyarakat sekitar diajak untuk berkumpul dan pada saat itulah dilakukannya dakwah mengenai agama atau ajaran Islam.

5. Ajaran Tasawuf

Cara atau saluran yang kelima berkembangnya ajaran Islam di Indonesia adalah melalui ajaran Tasawuf. Tasawuf yang ada pada agama Islam sendiri mengajarkan umat Islam untuk selalu membersihkan jiwanya serta mendekatkan diri mereka dengan Tuhan.

Hal tersebut sesuai dengan keadaan masyarakat yang ada pada saat itu, dimana banyak dari masyarakat yang dipengaruhi oleh berbagai ajaran serta budaya kerajaan Hindu dan Buddha yang berhubungan dengan memelihara hidup kebatinan.

Seperti itulah kesimpulan mengenai teori cina, atau kajian mengenai bagaimana ajaran Islam yang berkembang di Indonesia memiliki kemungkinan besar berasal dari Cina. Hingga saat ini terdapat berbagai kajian dari berbagai sumber yang menyatakan pendapatnya baik setuju maupun tidak setuju. Grameds dapat mempelajari lebih dalam mengenai penyebaran agama atau ajaran Islam yang ada di Indonesia melalui berbagai referensi dan buku yang bisa kamu dapatkan hanya di Gramedia.

Buku Pintar Islam Nusantara-Hc

Beli Buku di Gramedia

Sinopsis Buku

Banyak yang gagal paham tentang Islam Nusantara. Ada yang menuduh Islam Nusantara merupakan gerakan anti Arab, aliran baru, sekularisasi, pendistorsian, dan pendangkalan Islam. Ada pula yang menggugatnya sebagai bentuk sinkretis antara Islam dan agama Jawa. Bahkan ada yang lebay menganggap ide Islam Nusantara ditunggangi oleh liberalisme dan kapitalisme. Pandangan-pandangan peyoratif tentang Islam Nusantara perlu dijelaskan.

Buku Pintar Islam Nusantara menjawab gagal paham tersebut dengan basis referensi sejarah yang kuat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Endorsemen: “Alhamdulillah, kita Islam Nusantara. Islam yang santun, Islam yang penuh tata krama, Islam yang penuh toleransi. Saya titip, utamanya para ulama, agar disebarkan, diingatkan, dipahamkan kalau kita beragam. Ini anugerah Allah bagi Indonesia.” —Ir. H. Joko Widodo, Presiden Ketujuh Republik Indonesia

“Kalau jadi Hindu jangan jadi orang India, kalau jadi Islam jangan jadi orang Arab, kalau jadi Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang Nusantara dengan adat-budaya Nusantara yang kaya raya ini.” —Ir. H. Sukarno, Presiden Pertama Republik Indonesia

“Islam datang bukan untuk mengubah budaya leluhur kita jadi budaya Arab. Bukan untuk ‘Aku’ jadi ‘Ana’, ‘Sampean’ jadi ‘Antum’, ‘Sedulur’ jadi ‘Akhi’. Kita pertahankan milik kita, kita harus serap ajarannya, bukan budaya Arabnya.” —K.H. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia

“Islam Nusantara adalah Islam yang tidak larut dalam budaya massa. Tetapi terus berkembang berdasarkan dinamika internal masyarakat yang tidak dipaksa lahir oleh globalisasi. Ia tumbuh dari akar sejarah peradaban Islam yang panjang.” —Ahmad Muhaimin Iskandar, Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.