Sejarah

Teori Arab: Masuknya Islam ke Nusantara

teori arab
Written by Fandy

Teori Arab – Masuknya agama dan ajaran Islam ke Indonesia dapat kita temukan dalam berbagai bentuk kajian penelitian serta teori. Salah satunya adalah teori Arab atau Mekah yang merupakan teori Islam yang membahas mengenai agama Islam yang masuk ke Indonesia secara langsung dari Arab atau Mekah pada masa kekhalifahan.

Adanya teori ini juga didukung oleh beberapa kajian tokoh agama lainnya seperti J.C van Leur hingga Buya Hamka maupun Abdul Malik Karim Amrullah.

Teori Arab Menurut Para Tokoh

Menurut Buya Hamka, pada bukunya yang memiliki judul Sejarah Umat Islam yang diterbitkan pada tahun 1997 dijelaskan bagaimana banyak bukti masuknya agama serta ajaran Islam di Indonesia. Bukti yang dimaksud sendiri oleh Buya Hamka adalah naskah kuno Cina yang menyebutkan bagaimana sekelompok Bangsa Arab yang menetap di pesisir barat Pulau Sumatera tepatnya pada tahun 625 Masehi.

Selain itu, di kawasan dimana pada saat itu masih merupakan daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, ditemukan pula batu nisan yang bertuliskan nama Syekh Rukunuddin yang meninggal dunia pada tahun 672 Masehi.

Teori Arab ini juga didukung oleh pernyataan dari TW. Arnold yang mengemukakan bahwa pada masa tersebut, Bangsa Arab merupakan sebuah bangsa yang memiliki dominasi dalam perdagangan di nusantara yang kemudian menjalin hubungan dan menikah dengan warga pribumi serta berdakwah dan menyebarkan ajaran Islam di Nusantara.

Untuk lebih memahami mengenai sejarah agama Islam sendiri, Grameds dapat membaca buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap karya Rizem Aizid yang secara laengkap mengenai segala ajaran Islam termasuk bagaimana kehidupan bangsa Arab sebelum adanya Islam.

beli sekarang

Deskripsi Buku

Islam ialah agama monoteisme terakhir yting diturunkari , leh Allaii r.:, wt. sebagai rahmat bagi seluruh ciltim semesta. Islani adalah ailuma hunif, lurus, dan diyakinl sebagai peeyempurna agama-agama lain. Sebcib, semua ajaran yang ada dalam ogaillu agoma sebelumnya (Yahudi dan Kristen), juga ada dalam Islam. Buku ini dapat dikatakan sebagai babon (buku sejarc.th lengkap) agoma Islam. Sebab, di dalamnya tidak hanya dibahas mengendi pengertian agama Islam, dasar-dasar hukumnya, berbagai aliran di dalamnya, dan pokok-pokok ajarannya. Buku ini menerangkan lebih luas dari itu, yakni mulai dari kehidupan bangsa Arab sebelum Islam datang, sejarah hidup Nabi Muhammad Saw., perkembangan Islam awal, perkembangan Islam moso Khulafaur Rasyidin, perkembangan Islam pada masa dinasti-dinasti Islam, hingga sejarah Islam di Asia Tenggara dan Indonesia. Semuanya coba diulas secara detail dan komprehensif dengan bahasa yang cerdas, ringan, dan mudah dimengerti. Buku ini juga diharapkan dapat menambah referensi buku-buku sejarah agama Islam yang telah ada. Dan, yang terpenting, mampu memberikan informasi baru kepada para pembacanya dalam memahami dan mempelajari agama Islam; sejarah, ajaran, dan pengaruhnya terhadap dunia.

Masuknya Agama Islam  ke Indonesia 

Dalam teori Arab atau Mekah dikatakan bahwa proses masuknya agama serta ajaran Islam ke Indonesia secara langsung dari Mekah maupun Arab. Proses masuknya agama Islam ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau pada abad ke tujuh Masehi.

Teori Arab atau yang dikenal juga dengan Teori Timur Tengah ini sendiri dipelopori oleh sebagian sejarawan, yang diantaranya terdiri dari Crawfurd, Keijzer, Naimann, de Hollander, dan juga sejarawan yang berasal dari Indonesia seperti Hasjmi, Al-Attas, Buya Hamka, Hoesein Djajadiningrat, dan Mukti Ali.

Tokoh yang pertama kali memperkenalkan teori adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau yang dikenal dengan HAMKA. Beliau merupakan salah seorang ulama serta sastrawan Indonesia. HAMKA sendiri mengemukakan mengenai pendapatnya tersebut pada tahun 1958, dimana saat itu orasi yang disampaikan pada dies natalis PTIN atau Perguruan Tinggi Islam Negeri yang berlokasi di Yogyakarta.

Haji Abdul Karim Amrullah juga menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan mengenai agama Islam yang datang ke Indonesia secara tidak langsung dari Arab maupun Mekah. Sumber lokal Indonesia serta sumber Arab dijadikan referensi oleh  HAMKA sebagai bahan rujukan yang beliau jadikan bahan dalam berargumentasi.

Menurut pandangan beliau, motivasi awal kedatangan orang Arab ke Indonesia tidak dilandasi oleh berbagai nilai ekonomi, namun didorong adanya motivasi serta semangat untuk menyebarkan ajaran serta agama Islam di Nusantara. Dalam pandangan Haji Abdul Karim Amrullah juga jalur perdagangan yang ada antara bangsa Indonesia dan bangsa Arab sudah terjadi dan berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.

Teori yang dikemukakan oleh Haji Abdul Karim Amrullah juga dapat dijadikan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang memiliki banyak kelemahan. Hal tersebut membuatnya curiga terhadap berbagai prasangka penulis orientalis Barat yang seringkali cenderung untuk memojokkan agama Islam di Indonesia.

Menurut HAMKA terhadap penulis barat sendiri adalah, menurutnya dalam melakukan upaya yang sistematik dalam menghilangkan keyakinan beragam negeri Melayu mengenai hubungan rohani yang mesra yang terjadi antara mereka dengan tanah Arab yang menjadi sumber utama agama Islam yang ada di Indonesia dalam menimba ilmu serta ajaran agama.

Dalam kajiannya juga, Haji Abdul Karim Amrullah menyatakan pandangannya mengenai umat Islam yang ada di Indonesia secara langsung mendapatkan ilmu Islam dari orang pertama yaitu orang Arab, dan bukan hanya dari sekedar perdagangan.

Pandangan HAMKA juga memiliki kemiripan dengan Teori Sufi yang dikemukakan oleh A.H. Johns yang menyatakan bahwa para kaum pengembara atau musafir lah yang telah membawa dan melakukan islamisasi awal di negara Indonesia.

Kaum Sufi pada umumnya mengembara dari satu lokasi ke lokasi lainnya dalam rangka mendirikan kumpulan maupun perguruan tarekat.

Pelajari lebih dalam mengenai sejarah agama dan ajaran Islam melalui buku Ensiklopedi Sejarah Islam yang bisa kamu dapatkan hanya di Gramedia.

beli sekarang

Golongan Pembawa Islam  di Indonesia

Awal mula masuknya agama Islam ke Indonesia dapat kita pelajari dari berbagai penelitian maupun kajian mengenai sejarah Islam. Dalam tulisannya sendiri, para penulis sejarah ada yang menyebutkan awal mulanya dari pedagang, kaum sufi atau mubaligh maupun guru agama, serta ekspedisi negara lain yang datang ke Indonesia.

1.Pedagang

Banyak buku yang membahas hal ini juga mengemukakan bahwa kedatangan agama Islam ke Indonesia dibawa oleh para pedagang. Seperti pada contohnya yang ditulis dalam buku historiografi Indonesia karya Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto yang berjudul Sejarah Nasional Indonesia Jilid III, cetakan kedua dikatakan bahwa agama dan ajaran Islam di Indonesia sendiri dibawa oleh para pedagang, terutama para pedagang dari Arab.

Buku tersebut juga banyak membahas mengenai bagaimana pelayaran serta perdagangan menjadi faktor penting dan memiliki peran aktif dalam proses penyebaran agama serta ajaran Islam ke Indonesia.

Pada buku Nusantara: Sejarah Indonesia karya Bernard H. M. Vlekke yang diterjemahkan oleh Samsudin Berlian, dituliskan bahwa pada abad ke-12 negara Indonesia pada saat itu sedang mengalami perkembangan pesat, khususnya pada bidang perdagangan. Dengan banyaknya kedatangan pedagang dari Barat untuk mengunjungi kepulauan Indonesia dalam rangka membeli rempah, lada serta kayu berharga maupun sekedar beristirahat dalam rangka melanjutkan perjalanan mereka menuju Cina.

Kebanyakan para pendatang tersebut adalah umat muslim yang membuat banyaknya catatan mengenai pelayaran serta perdagangan Arab disekitar Asia bagian selatan dan juga timur. Terdapat pula bukti arkeologis yang ditemukan yaitu, batu nisan yang ditulis menggunakan huruf Arab yang berdiri sendiri tepatnya di Leran yang berlokasi tidak jauh dari kota Surabaya.

Bukti tersebut juga menyebutkan bahwa ada seorang perempuan muda yang menganut agama Islam yang dikuburkan di sana pada tahun 1102. Namun, satu hal yang belum pasti adalah perempuan tersebut merupakan umat muslim asli dari Arab.

Terdapat pula argumen dan pendapat lainnya dari sarjana lain yang mengungkapkan keraguannya akan kemampuan pedagang dalam menyebarkan ajaran dan agama Islam. Mereka menganggap bahwa pedagang tetaplah pedagang, dimana perhatian utama yang ada adalah bisnis dan bukan berfokus pada penyebaran agama.

2.Guru atau Kaum  Sufi

Menurut Azyumardi Azra, penyebaran agama Islam yang terjadi di Nusantara dilakukan oleh para guru profesional maupun kaum sufi yang menyebarkan Islam di Indonesia, termasuk pulau Jawa.

Teori ini juga didukung oleh hampir semua sumber yang berasal dari historiografi tradisional seperti halnya babad, serat, hikayat, dan masih banyak lagi. Hal ini dikarenakan, teori A. H. John ini lebih masuk akal jika dibandingkan dengan pendapat sejarawan lain yang mengemukakan pertimbangan kecil akan kemungkinan para pedagang yang memiliki peran penting dalam penyebaran agama dan ajaran Islam di  Indonesia. John juga menekankan bahwa para kaum sufi atau pengembaralah yang memegang peran penting dalam penyebaran agama Islam di Nusantara.

Azra juga kembali mengemukakan bagaimana teori sufi yang ada berhasil membuat korelasi antara berbagai peristiwa politik serta gelombang konversi kepada agama Islam. Kaum sufi yang ada berhasil mengislamkan masyarakat Indonesia secara besar-besaran setidaknya sejak abad ke tiga belas Masehi.

Menurutnya, hal yang menjadi faktor utama dari keberhasilan kaum sufi untuk menyebarkan ajaran Islam di  Nusantara adalah kemampuan mereka untuk menyajikan ajaran Islam secara atraktif, secara khusus mampu menekankan pada kesesuaiannya dengan Islam maupun kontinuitas.

Dalam mempelajari bagaimana perkembangan agama Islam di Nusantara khususnya Pulau Jawa, buku Sejarah Islam Di Jawa yang membahas mengenai tiga hal pokok, yaitu awal mula kedatangan Islam, penyebar Islam serta strategi penyebaran Islam dapat Grameds baca di bawah ini.

beli sekarang

Deskripsi Buku

Tidak mudah mengkaji sejarah Islam, khususnya di Tanah Jawa, sebab terbatasnya data-data tentang kapan dan bagaimana Islam datang dan berkembang di Jawa. Narasi yang dipahami hingga saat ini bahwa Islam masuk ke Jawa dibawa oleh para pedagang muslim sekaligus pendakwah dan kemudian dikembangkan lebih kreatif oleh para wali, khususnya Walisongo. Tetapi, apakah narasi itu sudah cukup menjelaskan tentang sejarah Islam di Jawa? Para sejarahwan berbeda pendapat. Berbagai hasil riset mereka sudah dibukukan berdasarkan perspektif serta fokus kajian yang berbeda-beda sehingga menghadirkan kebergaman pemahaman. Banyaknya publikasi buku-buku sejarah Islam di Jawa, termasuk buku ini, tentu dapat memperkaya khazanah pemahaman kita tentang bagaimana Islam di Tanah Jawa. Namun, buku ini menjelaskan tiga hal pokok, yaitu awal mula kedatangan Islam, para penyebar Islam dan strategi penyebaran Islam di Tanah Jawa. Keunggulan buku ini adalah pada penjelasan kondisi sosial masyarakatJawa, asal-usul orang Jawa, serta keadaan Jawa pra-Hindu-Budha. Dengan demikian, kajian buku ini lebih komprehensif dari buku lainnya.

3.Golongan Menengah 

Terdapat pula sejarawan yang beranggapan bahwa agama dan ajaran Islam dibawa serta disebarkan oleh golongan menengah. Tidak secara spesifik, namun dapat berupa pedagang, guru maupun mubaligh agama, kaum sufi, hingga bahkan utusan ekspedisi politik, seperti contohnya adalah ekspedisi Cheng Ho dari Cina yang pergi ke beberapa kota dagang di wilayah pantai Utara Jawa tepatnya pada abad XV.

Keberhasilan golongan menengah dalam penyebaran ajaran dan agama Islam sendiri diwadahi oleh struktur yang memiliki basis masyarakat urban khususnya di kota-kota pelabuhan yang ada di Pantai Utara Jawa

Historiografi lokal juga memiliki pandangan serta pendapat mengenai siapa yang menyebarkan agama Islam di Indonesia. Berbagai sumber lokal mengaitkan hal tersebut dengan Walisongo. Dimana mereka percaya bahwa Walisongo turun andil dalam proses islamisasi yang terjadi khususnya di pulau Jawa.

Namun, pernyataan tersebut disangkal dimana penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh Walisongo di pulau Jawa baru mulai terjadi pada abad ke tujuh belas, tepatnya pada masa Kerajaan Mataram.

Pernyataan mengenai agama Islam di Nusantara sendiri juga dinyatakan dalam historiografi arya Ridin Sofwan, Wasit, dan Mundiri khususnya di pulau Jawa yang disebarkan oleh Walisongo. Hal ini dapat dilihat dalam Islamisasi di Jawa: Walisongo, Penyebar Islam di Jawa, Menurut Penuturan Babad, dimana dinyatakan bahwa sebagian besar masyarakat yang ada di pulau Jawa menjadi umat Islam merupakan hasil dari kerja dakwah yang Walisongo lakukan.

Saluran Penyebaran Islam di Nusantara Menurut Teori Arab

Dengan berkembangnya agama Islam di Indonesia, kehadirannya tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor dan penyebarannya dilakukan melalui berbagai saluran. Agama Islam di Indonesia sendiri seperti yang sudah kita pahami dibawa oleh pedagang, mubaligh, wali maupun keramat, ahli tasawuf, guru agama, dan masih banyak lagi.

Selain itu, terdapat pula saluran Islamisasi yang terjadi di Indonesia yang dibahas dalam historiografi Indonesia yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. Simak informasi berikut.

1. Perdagangan

Saluran penyebar Islam di Nusantara yang pertama adalah perdagangan. Indonesia yang merupakan sebuah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai pulau besar yang dikelilingi oleh laut yang seringkali juga disebut sebagai negara maritim.

Maritim sendiri dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berkenaan dengan laut serta memiliki hubungan dengan pelayaran dan perdagangan yang terjadi di laut. Seperti yang kita ketahui, laut digunakan sebagai penghubung perekonomian serta kebudayaan antar negara.

Khususnya pada abad ke tujuh hingga ke enam belas, Indonesia disibukkan dengan berbagai kegiatan perdagangan. Dimana pada saat itu sebagian besar kota dagang berlokasi di tepi pantai.

Pedagang yang datang ke Indonesia berasal dari berbagai negara, namun khususnya pedagang muslim pada umumnya datang dari Arab, Persia, dan juga India. Dengan adanya alur perdagangan ini, ajaran Islam dapat dengan mudah disampaikan kepada pribumi, atau bahkan hingga golongan raja serta bangsawan.

2. Perkawinan

Saluran penyebar Islam di Nusantara yang kedua adalah perkawinan, dimana merupakan salah satu saluran penyebar agama Islam yang paling mudah. Hal ini dikarenakan dengan adanya ikatan lahir batin dalam bentuk perkawinan ini, penyebaran agama Islam yang dilakukan akan lebih mudah di dalam sebuah keluarga.

Pedagang muslim yang datang dari berbagai negara seringkali singgah maupun menetap di suatu tempat untuk beberapa waktu. Dengan begitu, secara tidak langsung mereka akan berinteraksi terus menerus yang dapat menimbulkan ketertarikan terhadap wanita pribumi.

Saluran penyebaran islam yang satu ini akan lebih menguntungkan jika terjadi di golongan saudagar, ulama, maupun golongan lain, dengan bangsawan maupun anak raja serta adipati. Dengan semakin tingginya status sosial-ekonomi yang dimiliki oleh pribumi, maka dapat lebih menguntungkan dan mempercepat proses penyebaran Islam.

3. Tasawuf

Saluran penyebaran Islam di Nusantara yang ketiga adalah tasawuf atau sufisme yang merupakan bentuk arus utama dari pemikiran agama Islam. Dengan adanya dan digunakannya ajaran ini, agama dan ajaran Islam dapat lebih mudah untuk diterima oleh masyarakat nusantara, terutama penduduk Jawa.

Hal ini dikarenakan sufisme dalam berbagai aspek memiliki pandangan yang sejalan dengan keagamaan masyarakat Indonesia, terutama penduduk Jawa yang menganut ajaran Hindu dan Buddha.

Pada wilayah pulau Jawa sendiri, bidang tasawuf yang terkenal adalah Sunan Bonang atau yang dikenal juga dengan sebutan Makhdum Ibrahim. Beliau merupakan tokoh sufi terkemuka di Jawa yang telah melahirkan banyak karya, yang pada umumnya berupa suluk.

Suluk sendiri merupakan sebuah bentuk puisi yang memaparkan jalan kerohanian dalam ilmu tasawuf yang menggunakan perlambang maupun tamsil.

4. Pendidikan

Saluran penyebaran Islam di Nusantara yang keempat adalah pendidikan khususnya melalui pondok pesantren. Terdapat pendapat mengenai bagaimana pesantren yang menjadi kelanjutan dari lembaga serupa yang ada di masa pra-Islam.

Hal ini juga berhubungan dengan apa yang dikatakan oleh Sutedjo Brodjonegoro, dimana sistem pendidikan pondok pesantren yang ada pada awalnya bukan berasal dari Arab, melainkan dari Hindu.

Pesantren sendiri merupakan sebuah tempat yang telah melahirkan berbagai orang alim, ustadz, ulama maupun kiai yang juga kemudian akan menyebarkan serta membagikan ilmu agama yang mereka miliki ke lingkungan mereka masing-masing.

5. Kesenian

Saluran penyebaran Islam di Nusantara yang kelima adalah kesenian yang dapat dalam bentuk seni bangunan, seni ukir maupun pahat, seni tari, seni musik, hingga seni sastra. Kesenian juga menjadi salah satu faktor universal kebudayaan. DImana, kebudayaan agama Islam sendiri berkaitan sangat erat dengan agama Islam yang ada.

Berbagai hasil seni bangunan yang ada pada zaman pertumbuhan serta perkembangan Islam di Indonesia terdapat berbagai macam. Beberapa contohnya adalah Masjid Agung Demak Sendang Duwur Agung Kasepuhan yang berlokasi di Cirebon, Masjid Agung Banten, Baiturrahman yang berlokasi di Aceh, dan masih banyak lagi.

Selain seni bangunan, terdapat pula seni sastra dari agama Islam yang dapat kita lihat dalam bentuk beragam naskah kuno terutama yang berasal dari masa penyebaran agama Islam hingga pertumbuhan serta perkembangan berbagai kerajaan Islam yang ada di Indonesia.

Pada masa Kerajaan Samudera Pasai yang terletak pada abad ke tiga belas dan Malaka pada abad keempat belas yang menjadi periode awal dari perkembangan sastra Islam di Indonesia. Masa ini juga sering disebut sebagai zaman peralihan. Selain itu, berbagai karya sastra yang menunjukkan ciri transisi dari masa Hindu Buddha ke Islam.

About the author

Fandy

Perkenalkan nama saya Fandy dan saya sangat suka dengan sejarah. Selain itu, saya juga senang menulis dengan berbagai tema, terutama sejarah. Menghasilkan tulisan tema sejarah membuat saya sangat senang karena bisa menambah wawasan sekaligus bisa memberikan informasi sejarah kepada pembaca.