Ekonomi

Mengenal Sistem Ekonomi Tradisional: Pengertian, Ciri-ciri, Kelemahan, dan Kelebihan

Written by Adila Verni

Sistem ekonomi tradisional ditemukan dalam masyarakat yang masih menerapkan cara-cara konvensional dalam mengelola kehidupan finansialnya. Oleh karena itu, sistem ekonomi ini mengadopsi nilai-nilai tradisi yang termuat dalam lingkup masyarakat, Grameds.

Grameds, kamu pasti tahu bahwa dalam tatanan sosial terdapat norma, tradisi, dan adat yang tak lekang oleh waktu sehingga tetap diwariskan dari generasi ke generasi. Nah, ragam nilai inilah yang melandasi sistem ekonomi tradisional. Tidak hanya tentang adat istiadat saja, sejarah dan kepercayaan yang melekat dalam masyarakat juga mendasari terbentuknya sistem ekonomi tradisional.

Sumber: Unsplash.com

Berdasarkan konsepnya, sistem ekonomi sangat cocok diterapkan di wilayah perdesaan yang masih menjunjung tinggi tradisi leluhur. Sistem perekonomian di perdesaan juga sangat menghargai cara konvensional yang menghasilkan lebih sedikit limbah.

Lantas, bagaimana peran sistem ekonomi tradisional di era sekarang yang serba digital? Sebelum membahas lebih jauh, mari kita dalami pengertian sistem ekonomi tradisional itu sendiri sehingga kita dapat memahami kelebihan dan kelemahannya.

 

Pengertian Sistem Ekonomi Tradisional

sumber: pexels

Secara sederhana, sistem ekonomi tradisional adalah mekanisme perekonomian yang berasal dari tanggapan masyarakat yang secara aktif mendukung kebudayaan dan lingkungan sehingga berupaya memenuhi kebutuhan dengan pola tradisional. Oleh sebab itu, pelaksanaan sistem ini sangat erat kaitannya dengan cara-cara tradisional, seperti bertani dan berladang.

Dalam realisasinya, sistem ekonomi tradisional banyak digunakan dalam sektor-sektor agraris, seperti pertanian, peternakan, dan perkebunan. Hal ini karena upaya pengelolaan pada sektor-sektor tersebut masih difungsikan untuk mencukupi kebutuhan dasar manusia, seperti ketersediaan pangan.

Jika mengulik lebih dalam, mekanisme ekonomi ini juga relevan dengan sistem barter atau pertukaran barang untuk memenuhi tuntutan hidup. Hal ini karena sistem barter menganut gaya konvensional dalam upaya pemenuhan barang. Dapat disimpulkan bahwa sistem ekonomi ini digerakkan oleh wawasan dan kebiasaan yang sudah melekat dalam pola pikir masyarakat.

Grameds, itu sebabnya sistem ini juga dikenal dengan sebutan ekonomi primitif karena masih bergantung pada sumber daya alam. Di kehidupan nyata, sistem ini sesuai untuk negara yang mengandalkan hasil bumi, seperti negara kita. Lebih luas lagi, ekonomi tradisional sangat sesuai untuk menunjang perekonomian negara-negara berkembang.

Makna sistem ekonomi tradisional selaras dengan pendapat Mohammad Hatta yang dikenal sebagai Bapak Ekonomi. Bung Hatta yakin bahwa sistem ekonomi yang ideal adalah mekanisme yang berlandaskan asas kekeluargaan sesuai dengan nilai luhur bangsa.

Lantas, apakah kamu pernah bertanya bagaimana peran masyarakat sebagai para pelaku ekonomi dalam sistem ini? Nah sebelum lanjut, kamu bisa memahami dasar-dasar ekonomi melalui buku ini, lho, Grameds. Dengan wawasan yang luas terkait ilmu ekonomi, kamu dapat memahami sistem ini dengan lebih mendalam. Buku ini akan mengupas ekonomi dari dasarnya, yaitu masalah yang ada, produksi, distribusi, konsumsi, kegiatan ekonomi secara menyeluruh, hingga permintaan dan penawaran.

dasar dasar ekonomi

button rahmad jpg

 

Peran Masyarakat dalam Sistem Ekonomi Tradisional

Dalam sistem tradisional, masyarakat memiliki peran ganda sebagai produsen sekaligus konsumen karena teknologi yang digunakan terbatas. Penggunaan alat, fasilitas, dan teknologi untuk menggerakkan sistem ini masih bergantung pada model kuno. Alat-alat yang sederhana ini kurang memadai untuk menopang kegiatan produksi dalam skala besar. Oleh karena itu, produksi barang dan jasa memiliki batasan dengan kualitas yang cukup rendah. Alhasil, produktivitas dalam kegiatan ekonomi dapat dikatakan termasuk rendah.

Di era sekarang, masih ada negara-negara berkembang yang bertahan dengan sistem ini, yaitu Ethiopia, Malawi, dan desa-desa di Afrika Tengah. Jika ditelusuri ada setidaknya tiga desa di Afrika Tengah yang menganut sistem ini, yaitu Mobaye, Mbaiki, dan Batangafo. Apakah Indonesia masih menerapkan sistem ini? Secara keseluruhan, sistem ekonomi Indonesia sudah mengadopsi lima sila Pancasila yang disebut sistem ekonomi Pancasila. Akan tetapi, ada beberapa wilayah di Papua yang masih menerapkan sistem ini, lho, Grameds. Salah satunya adalah Lembah Baliem di wilayah pegunungan Jayawijaya.

Jika kamu penasaran ingin mengenal sistem ekonomi Pancasila, buku ini dapat menjadi panduan yang tepat. Dalam buku ini akan dijabarkan pikiran dan cita-cita para pendiri bangsa dalam menentukan tonggak perekonomian bangsa.

sistem ekonomi pancasilabutton rahmad jpg

Nah, Grameds kamu penasaran tidak dengan peran pemerintah dalam sistem ini? Yuk, simak pembahasannya sebelum kamu menyelami sistem ini lebih dalam.

 

Peran Pemerintah dalam Sistem Ekonomi Tradisional

Sumber: Unsplash.com

Berbeda dengan posisi masyarakat, pemerintah tidak memiliki peran sebagai pengatur kegiatan ekonomi. Sebaliknya peran pemerintah hanya sebatas dalam lingkup ketertiban yang bertugas mengawasi alur kegiatan ekonomi konvensional ini. Meski terhindarkan dari sistem kekuasaan, tetapi pemerintah mengambil peran yang kecil.

Oleh sebab itu, pemerintah tidak terlibat dalam alur ekonomi karena sistem ini tidak ditujukan untuk transaksi perdagangan yang menguntungkan. Hal ini sangat berbeda dengan sistem ekonomi lainnya yang melibatkan pemerintah dalam kapasitas yang besar, bahkan sistem ekonomi Pancasila pun tetap menjadikan pemerintah sebagai poros utama. Jadi, pemerintah sebagai pengawas ketertiban dalam kegiatan ekonomi menjadi ciri khas di sistem ini, Grameds.

Grameds, apakah kamu sudah mulai mengenal sistem ini? Mungkin kamu masih belum mendapat gambaran yang jelas, ya. Jadi, mari kita kupas lebih dalam ciri-ciri sistem ekonomi tradisional.

 

Ciri-ciri Sistem Ekonomi Tradisional

sumber: pexels

Sistem ekonomi ini memiliki tujuan yang lebih sempit sehingga kurang sesuai untuk mendongkrak perekonomian dalam skala besar, Grameds. Hal ini karena produksi, distribusi, dan konsumsi dalam sektor barang atau jasa masih difokuskan untuk pada satu tujuan saja.

Nah, selain ciri khas tersebut, ada ciri-ciri sistem ekonomi tradisional yang lebih detail dan telah dirangkum sebagai berikut:

  1. Jenis produksi barang dan jasa masih disesuaikan dengan keperluan masyarakat.
  2. Alat untuk menunjang masih sederhana dan bergaya konvensional.
  3. Proses produksi menggunakan teknik yang diajarkan turun temurun.
  4. Produktivitas dalam sektor produksi rendah dan terbatas.
  5. Tidak ada pembagian kerja atau peran yang detail.
  6. Memegang teguh asas kekeluargaan dan adat istiadat.
  7. Terikat pada hasil bumi sebagai sumber kegiatan ekonomi.
  8. Proses distribusi barang dan jasa didasarkan pada pola kebiasaan.
  9. Mengandalkan sektor pertanian, peternakan, atau perikanan.
  10. Belum terlalu terbuka dengan hal-hal baru pada sistemnya.

Ciri-ciri sistem ini sangat berbeda dengan sistem ekonomi Pancasila (SEP) yang saat ini diterapkan di Indonesia, ya. Meski begitu, rasa kekeluargaan yang hangat dari sistem ini ternyata selaras dengan proses demokrasi dalam ekonomi Pancasila, lho.

Nah, sekarang kamu tentu sudah memiliki bayangan yang jelas mengenai sistem ini, ya. Kalau begitu, mari kita kupas contoh sistem ekonomi tradisional yang masih hidup di tanah air dan luar negeri, Grameds.

 

Contoh Sistem Ekonomi Tradisional

Di wilayah Papua, tepatnya Lembah Baliem masih ditemukan kegiatan produksi bahan pangan yang mengandalkan cara tradisional, yaitu bercocok tanam. Sistem ini sesuai dengan lokasinya yang terletak di dataran tinggi, tepatnya 1.600 meter di atas permukaan laut.

Selain itu, lokasi Lembah Baliem ini juga menjadi rumah bagi tiga suku mayoritas, lho. Selaras dengan dominasi sukunya, masih banyak wilayah di Papua yang terisolasi dari dunia luar dan sentuhan modern. Oleh karena itu, tak heran jika warganya masih mengadopsi tradisi dalam mencari nafkah.

Kalau penasaran ingin menyelami kehidupan di sana, kamu bisa menyimak kisah-kisah tentang tanah Papua dalam buku ini, ya, Grameds. Menambah wawasan tentang Papua dapat memberikan pemahaman yang lebih matang tentang sistem ekonomi di sana.

melayani papua dengan hatibutton rahmad jpg

Mari kita pergi ke negara lain, yaitu Afrika Tengah dan Ethiopia. Di Afrika Tengah, ada tiga wilayah yang masih menganut sistem tradisional, seperti ibu kota Mbaiki yang didominasi oleh lahan pertanian kopi dan kayu. Beralih ke bagian selatan, kita akan menemukan wilayah Malawi yang belum terjamah akses-akses modern. Wilayah dengan area perdesaan yang luas ini menggantungkan kegiatan ekonominya pada hasil pertanian.

Grameds, apakah di kampung halaman kamu masih ada sistem tradisional seperti ini? Sistem ekonomi ini memang kurang relevan untuk diterapkan di era modern, ya. Jadi, berikut ini sudah dirangkum kelemahan dan kelebihannya agar wawasan kamu lebih luas, Grameds!

 

Kelemahan Sistem Ekonomi Tradisional

sumber: unsplash

Nah, ada beberapa kelemahan yang membuat sistem tradisional ini kurang cocok untuk memajukan perekonomian suatu bangsa, termasuk sebuah wilayah. Penyebab utamanya tidak hanya terletak pada ikatan tradisi, tetapi juga keterbukaan terhadap teknologi. Berikut ini sudah dirangkum aspek-aspek kelemahannya.

  1. Dalam beberapa wilayah masih mengandalkan barter yang sudah terlalu kuno.
  2. Sulit menentukan kesesuaian dan kelayakan nilai tukar dalam sistem barter.
  3. Kegiatan ekonomi terlalu fokus pada kebutuhan sehingga kurang meningkatkan taraf hidup masyarakat.
  4. Kegiatan ekonomi tidak difokuskan untuk peningkatan keuntungan.
  5. Tingkat penerimaan terhadap teknologi modern masih rendah.
  6. Pola pikir yang terikat pada tradisi membuat masyarakat kerap menolak kemajuan.
  7. Kualitas barang dan jasa cenderung rendah.

Aspek-aspek kelemahan ini sebagian besar berasal dari kebiasaan mengikuti tradisi, ya, Grameds. Oleh sebab itu, sistem ini dapat menghambat perkembangan masyarakat di wilayah desa yang sebenarnya memiliki akses ke sumber daya alam. Tak hanya itu, penolakan terhadap perubahan juga membuat pihak desa dengan pihak lain sulit dipertemukan.

Jika ditarik kesimpulan maka sistem ini sangat tergantung pada kinerja yang efektif untuk memastikan kemakmuran warga desa. Berkaca dari fakta ini, pertumbuhan ekonomi di desa bisa lebih lambat. Meski memiliki banyak kekurangan, tetapi sistem ekonomi tradisional memuat aspek-aspek kelebihan juga, lho.

Kelebihan Sistem Ekonomi Tradisional

Kelebihan sistem ini hanya terpusat pada rasa kekeluargaan yang kental, seperti yang dirangkum di bawah ini.

  1. Memungkinkan tiap warga memiliki kemampuan memproduksi barang dan jasa.
  2. Asas kekeluargaan membuat ketimpangan sosial menjadi lebih rendah.
  3. Tidak ada monopoli kekuasaan karena pemerintah tidak campur tangan.
  4. Sistem barter menciptakan kerukunan, kepedulian, dan kejujuran yang tinggi.
  5. Kegiatan ekonomi berjalan sehat karena tidak ada persaingan negatif dalam mencari keuntungan.
  6. Kegiatan produksi yang masih sederhana berperan menjaga kelestarian alam.
  7. Tidak banyak limbah produksi yang dihasilkan dan berpotensi mengganggu kehidupan masyarakat.
  8. Ada peluang jalinan kerja sama yang tidak curang atau kompetitif.

Kesimpulan 

Sistem ekonomi tradisional unggul dalam asas kekeluargaan yang mementingkan alam dan kegiatan ekonomi yang sehat. Meski kegiatan ekonominya terhindar dari unsur persaingan dan kecurangan, tetapi sistem ini kurang cocok untuk tujuan memajukan taraf hidup. Sistem ini masih terikat pada tradisi, pola pikir, dan kebiasaan yang sulit menerima perubahan.

Berangkat dari fakta ini, sistem tradisional akan sulit memodifikasi alat modern yang mampu meningkatkan kinerja produksi dan distribusi produk. Kesimpulannya, sistem ini hanya relevan digunakan di wilayah perdesaan yang belum sepenuhnya tersentuh akses modern. Desa yang memegang kuat nilai sosial dan komunitas menjadi lahan yang tepat untuk sistem ini.

Penulis: Gheani

About the author

Adila Verni