Sosiologi

Radikalisme: Pengertian, Sejarah, Ciri-Ciri, dan Cara Menangkal

Radikalisme adalah
Written by Aris

Radikalisme adalah – Dalam era globalisasi saat ini, munculnya ideologi pemikiran radikalisme menjadi salah satu ancaman yang dihadapi banyak negara. Pemikiran ini sering dikaitkan dengan pandangan ekstrim dan keinginan untuk perubahan sosial yang instan.

Padahal secara bahasa radikalisme memiliki arti yang sangat luas. Salah satunya adalah paham yang dapat mempengaruhi kondisi politik dan sosial suatu negara, seperti konsep terorisme dan ekstrimisme. Radikalisme berasal dari aliran pemikiran yang muncul di Eropa pada abad ke-18 mengenai perubahan yang sangat besar.

Seiring berjalannya waktu, radikalisme mulai dipandang sebagai hal yang berbahaya dan ditentang oleh banyak negara. Maka dari itu dalam artikel ini kita akan membahas tentang pengertian, sejarah, ciri-ciri, hingga faktor yang menyebabkan munculnya radikalisme di Indonesia.

Pengertian Radikalisme

Radikalisme adalah

pixabay.com

Istilah radikalisme merupakan pengembangan dari kata “radikal” yang berasal dari bahasa latin “radix” atau akar. Dengan kata lain, “radikal” mengacu pada hal-hal fundamental, dasar, dan esensial dari berbagai macam gejala.

Sementara itu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, radikalisme memiliki tiga arti:

  • Paham atau aliran yang radikal dalam politik
  • Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis
  • Sikap ekstrem dalam aliran politik

Dalam ranah sosial dan politik, radikalisme merupakan paham yang menginginkan perubahan, pergantian, dan juga perombakan suatu sistem masyarakat hingga ke akarnya. Sedangkan dalam ranah keagamaan, radikalisme adalah gerakan yang berusaha merombak total tatanan sosial dan juga politik yang sudah ada dengan menggunakan kekerasan.

Kemudian, Hafid (2020) menguraikan bahwa radikalisme merupakan sikap yang membawa pada tindakan untuk melemahkan serta mengubah tatanan yang sudah mapan dan menggantinya dengan gagasan atau pemahaman yang baru, terkadang gerakan perubahan ini disertai dengan tindak kekerasan.

Dari uraian singkat ini, bisa disimpulkan bahwa radikalisme merupakan suatu gagasan, ide, atau gerakan yang menghendaki perubahan secara menyeluruh baik dalam lingkup sosial, politik, maupun keagamaan dengan mengandalkan kekerasan.

Seperti yang dijelaskan oleh Ignasius Jonan, Abhan, Puspitasari, J. Kristiadi, Satya Arinanto, Sulistyowati Irianto, Ari Nurcahyo dalam buku Ancaman Radikalisme dalam Negara Pancasila. Buku ini dapat menjadi “alarm” bagi kita bersama. Menimbang fenomena pelbagai aksi yang merongrong Pancasila di ruang publik.

Radikalisme adalah

Sejarah Radikalisme di Indonesia

Dilihat dari sejarahnya, radikalisme pertama kali menguat pada periode pasca kemerdekaan dan pasca reformasi. Sekitar tahun 1950-an, ada sebuah operasi yang mengatasnamakan agama di bawah bendera Darul Islam (DI) pimpinan Kartosuwiryo.

Operasi ini berhasil digagalkan, namun kembali muncul pada di awal-awal masa pemerintahan Soeharto melalui intelijen Ali Moertopo dengan operasi khususnya. Saat itu, Ali dibantu oleh Bakin untuk merekrut mantan anggota DI/TII dan mengajak mereka melakukan aksi-aksi Komando Jihad yang bertujuan memojokkan Islam.

Sekitar tahun 1976, kelompok Komando Jihad melakukan peledakan tempat ibadah. Setahun kemudian, Front Pembebasan Muslim Indonesia melakukan hal yang sama. Pada tahun 1978, kelompok Pola Perjuangan Revolusioner Islam semakin memperburuk keadaan dengan melakukan banyak tindakan teror.

Setelah Soeharto memundurkan diri, Indonesia mulai masuk pada era demokrasi dan kebebasan. Di masa ini, kelompok radikal menjadi lebih militan dan vokal. Apalagi kehadiran media elektronik secara tidak langsung membuat eksistensi mereka lebih terlihat.

Pasca reformasi, Dr. Azhari dan Noordin M. Top memimpin beberapa gerakan berbau radikal yang tersebar di beberapa wilayah Indonesia, seperti Ambon, Poso, dan yang lainnya.

Lambat laun, gerakan-gerakan radikalisme mulai memiliki tujuan yang berbeda. Ada gerakan yang ingin mengimplementasikan syariat Islam di Negara Indonesia, ada yang ingin mendirikan negara Islam Indonesia, ada pula yang ingin mendirikan “kekhalifahan Islam”.

Disamping itu, pola organisasinya pun jadi lebih beragam. Mulai dari gerakan moral ideologi seperti Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dan Majelis Mujahidin Indonesia, hingga gerakan yang bergaya militer seperti Front Pembela Islam (FPI) dan Laskar Jihad.

Ciri-Ciri Radikalisme

Radikalisme adalah

pixabay.com

Untuk bisa memahami paham dan sikap radikal secara menyeluruh, kita harus mengenali ciri-cirinya terlebih dulu. Sebab, jika radikalisme sudah teraktualisasi dalam sikap, paham, dan tindakan akan selalu bisa ditandai dengan ciri-cirinya.

Syahrin Harahap dalam buku Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme Dan Terorisme menjelaskan bahwa secara garis besar ada 10 ciri kaum radikalis, yaitu:

1. Kaku dan tekstualis dalam bersikap serta memahami teks-teks suci

Kelompok radikalisme umumnya memahami teks dengan cara yang kaku dan tekstual, sehingga menghasilkan kesimpulan yang lompat. Contohnya seperti petunjuk kitab suci mengenai kaum kafir mereka jadikan sebagai dasar untuk mengkafirkan orang lain yang tidak seagama atau tidak sepaham.

2. Ekstrem, fundamentalis, dan eksklusif

Ekstrem adalah sikap selalu berbeda dengan arus umum, yang mainstream, terutama pemerintah. Hal ini didasarkan pada sikapnya yang kaku. Sedangkan fundamentalis adalah orang yang berpegang teguh pada dasar-dasar sesuatu secara kaku dan tekstualis.

3. Eksklusif

Kelompok radikalisme selalu menganggap bahwa paham dan cara yang mereka anut adalah yang paling benar. Sedangkan paham dan cara pandang orang lain selalu dianggap salah dan keliru.

4. Selalu bersemangat mengoreksi orang lain

Karena sikap eksklusifnya, kelompok radikalisme mempunyai semangat yang sangat tinggi untuk mengoreksi, menolak, bahkan melawan yang lain.

5. Menggunakan kekerasan

Kaum radikalisme membenarkan cara-cara kekerasan dan menakutkan dalam mengoreksi orang lain, serta dalam menegakkan dan mengembangkan paham maupun ideologinya.

6. Memiliki kesetiaan lintas negara

Kesetiaan kelompok radikalisme tidak terhalang oleh jarak sama sekali. Oleh karena itu, tindakan kelompok ini bisa dikontrol dari jarak jauh. Di sisi lain, karena kesetiaan yang kuat, mereka rela mengorbankan diri sendiri untuk membalas apa yang dialami kelompoknya di negara lain. Misalnya seperti muslim di Indonesia yang ingin menuntut pembalasan atas pembantaian muslim di Rohingnya.

7. Musuh yang tidak jelas identitasnya

“Musuh” kelompok radikalisme seringkali tidak jelas identitasnya karena mereka menganggap orang yang tidak sepaham sebagai musuh. Artinya, siapa saja yang memiliki keyakinan, prinsip, pendapat, dan latar belakang yang berbeda berpotensi menjadi musuh kelompok radikal.

8. All out war

Sebagai imbas dari identitas musuh yang tidak jelas, mereka melakukan all out war atau perang mati-matian terhadap musuh agamanya serta yang melakukan kemungkaran. Bagi mereka, membunuh dan mengusir musuh menjadi syarat perang agama.

9. Concern pada isu-isu penegakan negara agama

Kelompok radikal menganggap negara agama (seperti kekhilafahan dalam Islam) mampu mewujudkan tatanan dunia yang lebih adil dan sejahtera karena menjadikan agama sebagai dasar negara dan hukumnya secara eksplisit.

10. Mengafirkan orang lain

Kaum radikal sangat menekankan tauhidiyyah hakimiyyah dan menghukum kafir orang-orang yang tidak menjadikan agama sebagai dasar hukum bernegara dan bermasyarakat.

Misalnya seperti kelompok radikalisme Islam yang menjadikan QS. Al-Maidah ayat 44, 45, dan 47 sebagai dasar dari tindakannya.

Temukan penjelasan lebih lengkap tentang ciri-ciri kelompok radikalisme, khususnya di Indonesia, dalam buku Upaya Kolektif Mencegah Radikalisme Dan Terorisme yang ditulis Prof. Dr. H. Syahrin Harahap, M.A. Buku ini menjadi salah satu referensi yang tepat untuk belajar bagaimana upaya yang dapat dilakukan secara komunal atau bersama sama dalam menghadapi hal tersebut.

Radikalisme adalah

Faktor yang Mempengaruhi Kemunculan Radikalisme

Radikalisme adalah

pixabay.com

Pada dasarnya, manusia memiliki kecenderungan destruktif yang dapat menjadi akar permasalahan utama dari kemunculan setiap jenis kejahatan di bumi ini. Akan tetapi, kecenderungan destruktif ini tidak akan terwujud menjadi tindakan nyata jika tidak diberi peluang oleh faktor lain.

Dengan kata lain, radikalisme muncul karena berbagai macam faktor eksternal yang terdiri dari:

1. Faktor Politik – Sosial

Jika dilihat dari akar permasalahannya, radikalisme cenderung berhubungan dengan faktor politik dan sosial dalam kerangka historisitas manusia di masyarakat. Kelompok radikal memakai kekerasan untuk menentang dan membenturkan dirinya dengan kelompok lain dalam masalah politik sehingga menimbulkan banyak konflik.

Mereka juga kerap membawa bahasa, simbol, dan slogan agama untuk menyentuh sisi keagamaan seseorang ketika menggalang kekuatan untuk mencapai tujuan politiknya.

2. Faktor Emosi Keagamaan

Penyebab lain yang memicu munculnya gerakan radikalisme adalah faktor sentimen keagamaan yang berhubungan dengan solidaritas saat ada yang merasa tertindas oleh kekuatan tertentu.

Rasa solidaritas ini cenderung didasari oleh emosi keagamaan daripada ajaran agamanya. Emosi keagamaan di sini adalah suatu pemahaman realitas yang sifatnya interpretatif.

3. Faktor Kultural

Faktor kultural mempunyai peranan yang cukup besar dalam kemunculan radikalisme. Faktor ini adalah antitesa terhadap budaya sekularisme yang dianggap musuh oleh budaya barat. Faktor kultural juga menunjukkan dominasi Barat dalam aspek negara dan budaya.

4. Faktor Ideologis Anti Westernisme

Gerakan anti westernisme tidak bisa dipandang sebagai suatu kesalahan jika dilihat dari perspektif keagamaan. Namun, kaum radikalisme justru menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam memposisikan diri sebagai pesaing budaya dan peradaban dengan menggunakan jalan kekerasan.

5. Faktor Kebijakan Pemerintah

Ketidaksanggupan pemerintah berbagai negara Islam dalam merespon dominasi ideologi, ekonomi, serta militer dari negara-negara besar juga menjadi faktor kemunculan radikalisme. Hal ini membuat umat Islam merasa marah dan frustasi.

Pemerintah elit di berbagai negara belum dapat mencari akar yang menjadi penyebab munculnya radikalisme sehingga tidak dapat mengatasi problematika sosial yang dihadapi umat.

Grameds bisa menemukan faktor-faktor lain yang menyebabkan kemunculan radikalisme di Indonesia dalam buku Radikalisme & Terorisme: Akar Ideologi & Tuntutan Aksi yang ditulis oleh Achmad Jainuri. Buku ini cocok bagi siapa pun yang memiliki niat untuk menemukan pemahaman yang komprehensif, bukan parsial terkait fenomena radikalisme dan terorisme.

Radikalisme adalah

Contoh Radikalisme di Indonesia

Di Indonesia ada beberapa contoh radikalisme yang bisa kamu pelajari dari sejarah, di antaranya:

  • Gerakan Reformasi 1998 yang menentang dan menggulingkan rezim Orde Baru
  • Kelompok Kristen Anabaptis yang pro perdamaian serta menolak segala bentuk tindakan kekerasan
  • Pasangan LGBT.

Menurut seorang pegiat anti radikalisme, Haidar Alwi, di Indonesia ini terdapat 3 macam radikalisme yaitu keyakinan, tindakan dan politik. Menurutnya, radikalisme keyakinan muncul karena banyak orang yang senang mengkafirkan orang lain dan menilai orang lain di luar kelompoknya akan masuk neraka.

Sementara itu, radikalisme tindakan cenderung menghalalkan segala cara bahkan pembunuhan atas nama agama untuk mendukung pemikirannya. Seperti yang dilakukan oleh Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Kemudian, radikalisme politik merupakan kelompok yang ingin menggantikan ideologi Pancasila dengan ideologi khilafah.

Beberapa tahun belakangan ini, kasus radikalisme di Indonesia semakin marak terjadi dan memakan banyak korban. Seperti kasus bom bali yang menggemparkan di seluruh dunia. Lalu, ada kasus teror bom bunuh diri yang menyasar 3 gereja besar di Surabaya, yaitu Gereja Pentakosta, GKI Diponegoro dan Gereja Santa Maria Tak Bercela.

Semua peristiwa ini memakan korban dalam jumlah yang cukup banyak. Berdasarkan penyelidikan kepolisian, pelaku bom bunuh diri di Surabaya adalah satu keluarga yang baru datang dari Suriah.

Mereka juga menjadi simpatisan Negara Islam, Irak, dan Syam (ISIS). Tak hanya itu, keluarga tersebut juga menjadi bagian dari jaringan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) dan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

Cara Menangkal Radikalisme

Radikalisme adalah

pixabay.com

1. Memperkenalkan ilmu pengetahuan dengan baik dan benar

Pengenalan tentang ilmu pengetahuan sudah seharusnya ditekankan kepada siapapun termasuk pada generasi muda. Pasalnya, pemikiran generasi muda masih mengembara karena didorong oleh rasa keingintahuannya.

Memperkenalkan ilmu pengetahuan bukan hanya sebatas ilmu umum, tetapi juga ilmu agama. Karena ilmu agama dapat membangun pondasi yang kuat terhadap sikap, perilaku dan keyakinan pada Tuhan.

Dengan catatan, ilmu umum dan ilmu agama ini harus seimbang agar bisa menciptakan pemikiran yang seimbang.

2. Pemahaman ilmu pengetahuan yang baik dan benar

Setelah memperkenalkan ilmu pengetahuan, langkah berikutnya adalah memaksimalkan pemahaman yang baik dan benar. Dengan begitu, pemikiran masyarakat Indonesia akan semakin kokoh, kuat, dan tidak mudah dipengaruhi oleh paham-paham radikalisme.

3. Meminimalisir kesenjangan sosial

Kesenjangan sosial dapat memicu kemunculan paham radikalisme dan tindakan terorisme. Dengan demikian kesenjangan sosial harus diminimalisir, terutama kesenjangan antara pemerintah dan rakyat.

Pemerintah harus merangkul pihak media yang menjadi perantara mereka dengan rakyat, selain itu pemerintah juga harus melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat. Sementara itu, rakyat harus selalu mendukung dan memberikan kepercayaan kepada pemerintah agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

4. Menjaga persatuan dan kesatuan

Menjaga persatuan dan kesatuan bisa dilakukan untuk menangkal radikalisme dan terorisme di masyarakat. Salah satu contohnya adalah dengan memahami dan menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

5. Mendukung aksi perdamaian

Aksi perdamaian dari negara, individu, maupun organisasi dapat mencegah munculnya tindakan terorisme. Umumnya tindakan terorisme ini berawal dari pemikiran radikalisme yang menyimpang dan menimbulkan konflik.

Maka dari itu, kita harus mendukung setiap aksi perdamaian untuk meredam setiap tindakan terorisme.

6. Berperan aktif dalam melaporkan radikalisme dan terorisme

Kita juga harus berperan aktif untuk melaporkan kemunculan pemahaman radikalisme dan tindak terorisme di sekitar kita kepada pihak berwajib.

Misalnya, jika di dekat rumahmu muncul pemahaman baru tentang keagamaan yang menimbulkan keresahan di masyarakat, langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah melaporkannya kepada tokoh masyarakat atau polisi.

Dengan begitu, nantinya para tokoh masyarakat atau polisi dapat mengambil tindakan pencegahan awal seperti berdiskusi tentang pemahaman baru tersebut atau yang lainnya.

7. Meningkatkan pemahaman hidup kebersamaan

Dengan meningkatkan pemahaman hidup kebersamaan kita dapat terus mempelajari dan memahami cara bermasyarakat di tengah banyaknya perbedaan. Hal ini dapat memicu tumbuhnya sikap solidaritas dan toleransi tanpa harus mengesampingkan peraturan yang berlaku di masyarakat.

8. Menyaring setiap informasi

Cara lain yang bisa kita lakukan untuk mencegah radikalisme dan tindakan terorisme yaitu dengan selalu menyaring informasi yang ada di internet. Informasi-informasi yang tersebar di berbagai media sosial sering kali mengundang kebingungan dan keanehan karena kebenarannya tidak pasti.

Oleh karena itu, kita harus menyaring informasi dengan baik agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.

9. Ikut aktif mengedukasi masyarakat tentang radikalisme dan terorisme

Selanjutnya, kita dapat ikut aktif mengedukasi masyarakat tentang radikalisme dan terorisme. Dengan begitu, kita membantu masyarakat memahami apa yang dimaksud dengan paham radikal dan terorisme.

Selain itu, kita juga bisa menjelaskan tentang budaya radikal, dampak negatif yang ditimbulkan, dan cara-cara untuk menghindari pengaruh radikalisme ataupun terorisme.

Radikalisme bertujuan untuk membuat perubahan drastis dengan menggunakan kekerasan. Perbuatan ini bertentangan dengan agama karena pada dasarnya semua agama mengajarkan perdamaian dan kasih sayang kepada umatnya.

Radikalisme adalah

Dari pembahasan di atas dapat dikatakan bahwa radikalisme adalah paham yang menginginkan perubahan, pergantian, dan juga perombakan suatu sistem masyarakat hingga ke akarnya. Demikian pembahasan tentang radikalisme. Setelah membaca artikel ini sampai selesai, semoga saja kita semua bisa terhindar dari kegiatan yang mengarah kepada radikalisme.

Jika ingin mencari buku tentang radikal, maka kamu bisa mendapatkannya di gramedia.com. Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Gilang Oktaviana Putra

BACA JUGA:

  1. Ideologi: Pengertian, Fungsi, Sejarah, dan Jenisnya 
  2. Contoh Sikap Toleransi dalam Kehidupan Sehari-Hari 
  3. Pengertian Toleransi dan Contoh Sikap yang Penting untuk Diterapkan 
  4. Pengertian Pluralisme: Macam, Bentuk, dan Manfaatnya 
  5. Mengapa Kita Harus Hidup Rukun? 

About the author

Aris

Saya sangat dengan dunia menulis karena melalui menulis, saya bisa mendapatkan banyak informasi. Karya yang saya hasilkan juga beragam, dan tema yang saya suka salah satunya adalah sosiologi. Tema satu ini akan selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan selalu menarik untuk dibicarakan.

Kontak media sosial Twitter saya M Aris