Business

Prototype Adalah: Pengertian, Manfaat, Tujuan, dan Contohnya

Written by Hendrik

Prototype adalah – Untuk sebagian besar bisnis yang mempunyai ide produk baru, tentu akan selalu ada riset dan juga pengembangan terlebih dulu. Awalnya, ide tersebut masih di dalam pikiran dan juga gambaran di atas kertas saja, tetapi sebelum diproduksi secara massal, perusahaan akan membuat satu contoh atau yang biasanya disebut dengan prototype.

Kerap kali, di dalam proses pengembangan produk tersebut, salah satu langkah kuncinya yaitu membuat sampel ataupun prototype produk sebelum diproduksi. Prototype adalah bentuk draft kasar dari sebuah produk yang dibuat untuk menunjukkan dasar-dasar seperti apa produk tersebut nantinya. Kemudian, apa yang akan dilakukan oleh produk tersebut, dan bagaimana produk tersebut beroperasi.

Prototype tersebut akan mengalami perubahan apabila diperlukan. Namun, terdapat beberapa hal yang belum diketahui oleh banyak orang mengenai apa itu prototype. Untuk lebih lengkapnya, kita akan membahasnya secara lebih lengkap di bawah ini.

Prototype Adalah

Perlu dipahami bahwa pengertian prototype adalah sebuah proses perancangan sistem dengan cara membentuk contoh dan juga standar ukuran yang akan dikerjakan nantinya. Apabila perusahaan menggunakan prototype, maka para pengembang dan pelanggan akan saling berinteraksi sampai hasil yang terbaik keluar.

Tentu saja, perusahaan harus mengetahui kunci dari prototype adalah prosesnya secara lancar yang sesuai dengan kebutuhan dengan sebagian adanya perangkat lunak yang direkayasa kualitasnya.

Secara umum, prototype adalah skalabilitas, model, ataupun standar ukuran yang dibentuk berdasarkan suatu skema rancangan sistem. Tujuannya sendiri adalah untuk menguji proses kerja dan juga konsep dari sebuah produk sebelum diedarkan.

Prototype akan memungkinkan para pengembang dan juga pengguna melakukan interaksi dengan model tersebut secara langsung tanpa perlu membuat real produknya terlebih dulu. Dengan kata lain, prototype bukanlah produk jadi yang sudah siap untuk dirilis.

Prototype bisa dibilang sebagai purwarupa ataupun pemodelan produk yang dibuat untuk keperluan awal pengembangan, baik itu produk fisik ataupun digital. Selain itu, prototype dapat membantu para pengemabng untuk mengetahui lebih awal kesalahan dan kekurangan fitur produk sebelum resmi dirilis dan juga disebarluaskan.

Menurut karya tulis yang diterbitkan oleh Universitas Bina Nusantara, yakni menurut Satzinger, Jackson, dan juga Burd (2010), prototype adalah sebuah model kerja awal dari sebuah sistem yang lebih besar. Kemudian, menurut Cegielski, Prince, dan juga Rainer (2013), pengertian dari prototype adalah sebuah model kerja yang berskala kecil dari keseluruhan sistem ataupun model yang hanya berisi mengenai komponen dari sistem yang baru.

Jadi, dari kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sederhananya, prototype adalah sebuah versi dari suatu sistem yang tersedia untuk para pengembang dan calon pengguna supaya mendapatkan gambaran dari sistem yang akan dibuat.

Proses pembuatan prototype sendiri disebut dengan prototyping, yang memerlukan beberapa metode sampai sebuah prototype berhasil dibuat dan kemudian akan dikembangkan ke dalam sistem yang sebenarnya.

Jenis-Jenis Umum Prototype

pixabay

Gambaran sebuah sketsa di atas kertas adalah bentuk dari prototype yang paling umum dan juga sederhana. Namun ternyata, jenis pengembangan prototype ini dapat dibagi menjadi dua, antara lain:

1. Evolutionary Prototype

Evolutionary prototype ini adalah jenis prototype yang dikembangkan secara terus menerus hingga memenuhi fungsi dan prosedur yang diperlukan sebuah sistem.

2. Requirement Prototype

Requirement Prototype adalah jenis prototype yang digunakan para pengembang dengan memberikan definisi dari fungsi dan juga prosedur dari sebuah sistem yang akan dirancang oleh pengembang tersebut.

Tujuan Prototype 

Pada dasarnya, tujuan dari prototype adalah untuk mengembangkan skema rancangan produk sampai akhirnya menjadi produk final yang sesuai dengan kebutuhan dan juga permintaan pasar. Kebanyakan developer secara terbuka menerima berbagai macam masukan dan juga feedback dari pengguna supaya program tersebut bisa dibangun dengan fitur dan fungsi yang lengkap. Selain berperan sebagai penghubung pengembang dan pengguna, pembuatan prototype ini bisa menekan biaya produksi.

Sebab, pengembang tidak lagi memerlukan proses trial and error. Sehingga beban biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih hemat. Selain itu, adanya prototype juga dapat meringankan beban kerja tim pengembang dan proses pengerjaannya juga bisa dilakukan dengan cepat.

Manfaat Prototype

pixabay

Prototype mempunyai berbagai manfaat yang dapat dirasakan saat mengembangkan produk, di antaranya yaitu sebagai berikut:

1. Bisa Menghemat Biaya Produksi

Pembuatan prototype ini sekilas tampak membutuhkan biaya yang besar, terlebih pada tahap awal pengembangan. Akan tetapi, bila ditinjau secara keseluruhan, prototype jelas bisa menghemat biaya produksi. Sebab, ada realisasi konsep dan juga evaluasi hasil dari percobaan tertentu, di mana hal tersebut menjadikan pembuatan prototype jauh lebih cepat dan hemat biaya.

2. Memudahkan Presentasi Produk

Prototype dapat memungkinkan para developer untuk menuangkan dan mempresentasikan konsep dan ide produk kepada para investor dan calon pengguna. Tanpa adanya prototype, pengemabng akan kesulitan dalam menggambarkan ide produk apabila bermodal teori saja.

3. Menjadi Acuan untuk Pengembangan Produk

Prototype juga dapat memungkinkan para pengembang untuk membuat sebuah produk baru di masa mendatang. Kebutuhan pasar terhadap jenis produk baru bisa dianalisis berdasarkan prototype yang ada saat ini. Selain itu, prototype juga seringkali memunculkan gagasan dan ide kreatif, baik untuk update ataupun pembuatan produk baru.

4. Memberikan Visi yang Lebih Nyata

Prototype bukanlah sekadar teori, tapi juga model dan juga sampe dalam bentuk yang nyata. Gambaran produk dibuat secara detail, riil, dan jelas, sehingga pengembang, pengguna, dan investor bisa melihat visi produk secara transparan. Terlepas dari itu semua, adanya prototype juga memungkinkan diskusi seluruh pihak yang terkait menjadi lebih mudah.

5. Menjadi Tempat Keinginan Pengguna

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa para pengembang sangat terbuka untuk menerima masukkan dari pengguna ataupun klien terkait dengan prototype yang sudah dibuat. Hal tersebut sangat berguna untuk menilai fitur dan fungsionalitas produk sebelum akhirnya dirilis. Selain itu, masukkan dari pengguna juga dapat memunculkan ide lain, misalnya saja penambahan fitur baru di masa mendatang.

6. Mengetahui Kebutuhan Konsumen

Apabila mengingat kembali arti dari prototype, sebenarnya tidak menggambarkan semua fitur dan juga fungsi produk secara keseluruhan. Prototype hanya sebagai gambaran sederhana yang dapat mewakili minat para pengguna. Adanya interaksi dengan calon pelanggan akan memungkinkan pengemabng untuk mengetahui keinginan pengguna secara langsung.

Contoh Prototype

Sistem prototype sendiri mempunyai beberapa contoh yang harus diketahui detailnya. Berikut ini adalah beberapa contoh prototype adalah:

1. Low-fidelity

Contoh sederhana yang pertama yaitu prototype yang dirancang di atas kertas. Ini merupakan jenis prototype yang sangat umum dan paling dasar, karena cara yang satu ini dianggap lebih cepat dan juga murah, digunakan satu kali pakai, mudah untuk diubah dan menguji literasi baru. Selain itu, jenis prototype ini juga dapat memungkinkan tampilan dari keseluruhan produk secara cepat.

Siapapun juga bisa memproduksinya, mendorong pemikiran desain karena prototype ini terlihat belum selesai. Hanya saja, ada satu kekurangannya, yakni prototype jenis ini kurang terlihat nyata, sehingga pengguna mungkin saja akan kesulitan dalam memberikan testimoni atau feedback. Selain itu, sulit juga untuk menerapkan hasil dari versi awal yang kasar, karena mungkin terlalu mendasar untuk mencerminkan pengalaman pengguna produk jadi.

Kurangnya interaktivitas ini membuat para pengguna kehilangan kendali mengenai ide dari produk secara keseluruhan. Sehingga para pengguna harus membayangkan bagaimana mereka akan menggunakan produk tersebut hanya dalam pikiran mereka saja.

2. High-fidelity

Jenis prototype yang kedua ini lebih dekat dengan prototype dalam bentuk ataupun format digital yang dibuat menggunakan perangkat lunak desain khusus. Kelebihan dari jenis high-fidelity ini yaitu kemampuannya dalam melibatkan semua pemangku kepentingan demi mempunyai visi yang diwujudkan di tangan mereka dan bisa menilai seberapa cocok visi tersebut dengan kebutuhan pengguna dan memecahkan masalah mereka.

Pengujian tersebut akan menghasilkan hasil yang lebih akurat dan bisa diterapkan. Sehingga dapat dikatakan jika ini merupakan versi yang paling dekat dengan produk akhir dan bisa memungkinkan pengguna atau pengembang untuk memprediksi bagaimana pengguna akan menggunakannya di pasaran.

Walaupun demikian, jenis prototype yang satu ini akan membutuhkan waktu lebih lama dan juga dana yang lebih besar untuk membuatnya. Target pengguna juga cenderung akan mengomentari secara detail dibandingkan dengan konten produk keseluruhan nya.

3. Paper Prototype

Sesuai dengan namanya, prototype yang satu ini menggunakan kertas sebagai media untuk menyampaikan rancangan dari produk yang nantinya akan dirilis. Paper prototype ini sangat sederhana, namun bisa memberikan beberapa pilihan terkait dengan kekurangan dari sisi tampilan atau fungsionalitas produk.

Sebelum adanya kemudahan akses untuk internet dan juga digital, pembuatan prototype yang paling dasar adalah berbasis kertas. Melalui gambar dua dimensi, prototype tersebut didesain dari awal sebelum uji ide produk. Cara tersebut memang sangat sederhana, karena hanya berbentuk gambar-gambar dua dimensi dan kemudian diuji dengan perilaku seseorang untuk menggunakan produk prototype itu sendiri.

Paper prototype ini mempunyai beberapa keunggulan, mulai dari cepat dibuat, murah, dan bisa menumbuhkan kerja sama tim karena cukup menyenangkan. Tidak hanya itu saja, paper prototype juga mudah untuk didokumentasikan, begitu juga dengan catatan dan revisinya bisa ditulis secara langsung. Proses tersebut biasanya menggunakan metode yang disebut dengan low fidelity prototype yang nantinya akan dikembangkan melalui proses pengkodean.

Akan tetapi, paper prototype juga mempunyai kekurangan, misalnya saja kurang realistis, dapat menimbulkan kesalahan uji produk, dan tidak menimbulkan reaksi tertentu untuk imajinasi pengguna produk.

4. HTML Prototype

Metode pembuatan prototype HTML ini yaitu yang paling rumit dari beberapa contoh yang sudah disebutkan di atas. Oleh karena itu, proses pembuatan prototype jenis ini hanya direkomendasikan untuk para desainer yang mempunyai kemampuan pengkodean yang mumpuni. Secara umum, pembuatan prototype dengan menggunakan metode HTML ini dibentuk dengan kode dasar yang bisa menghemat energi serta waktu. Selain itu, adanya pengkodean yang sudah tersistem juga akan lebih memudahkan pengembangan prototype di masa yang akan datang.

Selain memiliki biaya yang rendah, metode pembuatan jenis prototype ini juga akan memudahkan uji prototype di hampir semua sistem operasional komputer tanpa harus menjalankan perangkat lunak eksternal. Pilihan tersebut menjadi yang paling terjangkau dan ekonomi dari segi kualitas hasil dan pembiayaan dasar. Namun pastinya proses pengkodean yang digunakan juga tidak main-main.

Berbeda dengan dua contoh prototype yang sebelumnya, yang mana mempunyai tahapan sebelum memasuki proses pengkodean, metode HTML ini lebih efisien karena developer bisa langsung membuat prototype melalui pengkodean itu sendiri. Hampir tidak ada limbah dari pembuatan prototype jenis ini, baik itu merupakan prototype sekali pakai, langkah tambahan, dan juga biaya perangkat lunak eksternal.

Akan tetapi, disisi lain, metode yang satu ini memang memerlukan sumber daya manusia yang ahli di bidang pengkodean dan juga komputasi. Selain itu, ketergantungan terhadap keterampilan pengkodean membuat para desainer dan kontribusinya menjadi sangat terbatas. Hasilnya, kebebasan kreativitasnya tidak terlalu besar.

Dari penjelasan umumnya, bisa disimpulkan bahwa prototype mempunyai manfaat yang cukup penting untuk awalan dalam pembuatan produk. Proses pengembangan sebuah produk, baik itu fisik ataupun digital bisa terbantu sedemikian baik dengan adanya purwarupa ataupun prototype karena perannya sebagai acuan ke depannya.

Secara efisiensi dan juga ekonomis, prototype juga mendukung para pengembang atau pengguna dalam berkolaborasi secara sinergis untuk menciptakan sebuah produk dengan fungsi serta kualitas yang terbaik.

Keuntungan dan Kerugian Prototype

Berikut ini adalah beberapa keuntungan yang dapat diperoleh bila melibatkan prototyping saat meneliti ataupun membangun sebuah sistem, antara lain:

  1. Memperoleh komunikasi yang lebih baik antara para pengembang dan pelanggan, sehingga dapat memperoleh tujuan yang sama.
  2. Pengembang ataupun peneliti dapat bekerja sesuai dengan kebutuhan pengguna.
  3. Pengguna bisa berperan dalam proses pengembangan.
  4. Ketika merancang sistem dapat lebih menghemat waktu.
  5. Hasil perancang dapat sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
  6. Para pengembang bisa memperoleh masukan dari para pelanggan ketika melakukan prototype.
  7. Mempersingkat waktu pengembangan.
  8. Memperoleh tingkat kepuasan dari para pelanggan lama atau baru.

Sementara untuk kelemahan adanya prototyping yaitu sebagai berikut:

  1. Permintaan pengguna kadang kala sulit untuk direalisasikan, sehingga ketika berdiskusi awal cukup membutuhkan waktu yang lama.
  2. Proses perancangan prototype umumnya berlangsung cukup lama, karena adanya beberapa koneksi dari pengguna.

Tahapan Merancang Prototype

Setelah memperoleh data-data dari apa saja yang diinginkan oleh para pengguna, maka kita bisa merancang prototype. Terdapat beberapa tahapan saat merancang prototype, antara lain:

  1. Merancang beberapa proses yang akan terjadi, mulai dari proses input sampai proses output.
  2. Merancang UML atau Unified Modelling Language yang harus sesuai dengan spesifikasi sistem yang dibutuhkan dan bagaimana sistem tersebut akan berjalan.
  3. Merancang interface
  4. Melakukan evaluasi terhadap prototype.
  5. Adanya pengujian sistem di prototype.
  6. Melakukan evaluasi terhadap sistemnya setelah adanya pengujian.
  7. Penggunaan sistem prototype kepada para pelanggan akan berguna sebagaimana mestinya.

Jadi, kesimpulannya yaitu setelah kita memiliki sebuah ide, maka kita akan membuat sebuah prototype yang mana merupakan mockup dari solusi ide produk yang akan kita buat. Disini, kita bisa membuat mockup setiap interaksi dan tampilan, sehingga bisa dialami dengan cara yang sama seperti produk yang akan dikembangkan sepenuhnya tanpa melibatkan pengembangan besar-besaran.

Demikian penjelasan mengenai prototype adalah sebuah versi dari sistem yang tersedia untuk para pengembang dan calon pengguna supaya mendapatkan gambaran dari sistem yang akan dibuat. Bagi Grameds yang ingin mengetahui secara lebih mendalam tentang apa itu prototype, kamu dapat membaca buku-buku terkait dengan mengunjungi Gramedia.com.

Untuk mendukung Grameds dalam menambah wawasan, Gramedia selalu menyediakan buku-buku berkualitas dan original agar Grameds memiliki informasi #LebihDenganMembaca.

Penulis: Umam

Rujukan:

  • https://www.ekrut.com/media/prototype
  • https://kumparan.com/how-to-tekno/prototype-adalah-jenis-dan-tahapan-rancangannya-1yVPbe9Qjs8/full

Istilah tentang start up memang sudah tak asing lagi apalagi bagi kalangan para pemuda. Benar sekali, untuk kamu yang ingin membangun usaha start up agar menjadi unicorn, maka bisa menambah informasinya melalui buku Dari Start-Up Menuju UNICORN Kiat Sukses Berkarier di Era Digital.

https://www.gramedia.com/products/dari-start-up-menuju-unicorn?queryID=3ab8f2010f611d2976c850c274d31a78

Jika bicara tentang prototype, konsepnya ini bisa digunakan untuk membangun start up. Terlebih lagi, dalam mengembangkan start up dibutuhkan ide kreatif yang tidak biasa. Melalui buku Silicon Valley Mindset, pembaca akan mengetahui cara mengembangkan ide-ide kreatif.

https://www.gramedia.com/products/conf-sillicon-valley-mindset-membangun-ekosistem-startup-digital-indonesia?queryID=3ab8f2010f611d2976c850c274d31a78

Perkembangan teknologi akan terus berkembang, atau bahkan tak menutup kemungkinan kalau teknologi bisa membantu berbagai macam kegiatan manusia, seperti marketing 5.0. Buku Marketing 5.0 ini cocok untuk kamu yang ingin mengetahui perkembangan marketing di era teknologi 5.0, maka bisa jadikan buku ini sebagai referensi.

https://www.gramedia.com/products/marketing-50-teknologi-untuk-kemanusiaan?queryID=cc7eef0c29d68c63e0ef651f3cefebef

https://www.gramedia.com/products/this-is-marketing-anda-tidak-akan-terlihat-sebelum-anda-belajar-melihat?queryID=cc7eef0c29d68c63e0ef651f3cefebef

 

About the author

Hendrik

Saya Hendrik Nuryanto dan biasa dipanggil dengan nama Hendrik. Salah satu hobi saya adalah menulis berbagai macam tema, seperti teknologi, hingga rumus-rumus beserta soalnya.