Sosiologi

Teori Sosiologi: Sejarah, Pengertian, Penyebab

pengertian sosiologi
Written by Aris

Teori sosiologi – Untuk memahami bagaimana manusia dan masyarakat berperilaku dan bertindak, kita memerlukan ilmu sosiologi. Ilmu ini membantu peradaban untuk menyelesaikan konflik dan mengatasi masalah yang sedang terjadi. Apa saja yang menjadi dasar teori sosiologi? Bagaimana perkembangannya di jaman dewasa ini? Grameds, sekarang saatnya kita membahas teori sosiologi agar kita mengenal bagaimana melihat masyarakat dari sudut pandang ilmu pengetahuan.

Sejarah Sosiologi Sebelum Masehi

Cerita tentang pengetahuan di jaman mitologi Yunani mempunyai banyak kisah yang menarik. Salah satunya tentang bagaimana pengelompokkan ilmu pengetahuan bermula. Pada awalnya, semua ilmu pengetahuan masuk dalam kategori filsafat alam. Seiring dengan perkembangannya, ilmu-ilmu terseut bercabang menjadi filsafat sosial.

Saat itu filsafat sosial lebih membahas bagaimana seseorang seharusnya beretika dan bersikap dalam kehidupan bermasayarakat. Plato dan Aristoteles yang merupakan ilmuwan kondang di jaman itu, memusatkan perhatian yang berbeda. Plato memfokuskan diri pada sosiologi dalam bernegara, sementara Aristoteles memfokuskan diri pada etika sosial.

Seiring dengan waktu, ilmu sosiologi dan filsafat sosial tidak lagi dapat disatukan. Hal ini karena adanya kesadaran bahwa sosiologi lebih membahas realita yang terjadi di dalam masayarakat, bukan mengatur bagaimana masyarakat seharusnya bersikap.

Pengertian Sosiologi

Pertanyaan pertama yang paling penting untuk ditanyakan dalam mempelajari sesuatu yang baru adalah 5 W + 1 H (what, where, when, who, why + how). Dengan memahami poin-poin masalah tersebut, secara perlahan kita akan memahami persoalan secara keseluruhan.

Sosiologi, dari segi Bahasa terdiri dari dua Bahasa, yakni socius dalam Bahasa Yunani yang berarti kawan dan logos dalam Bahasa Latin yang berarti pengetahuan. Jika digabungkan, sosiologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Sementara itu, sosiologi memiliki beragam pengertian dari para ilmuwan. Sesuai dengan siapa yang mencetuskan teori dasarnya, definisi tersebut mengikuti tokoh yang menyampaikannya. Berikut ini merupakan definisi sosiologi menurut beberapa ahli ilmu sosial.

1. August Comte

Pada tahun 1838, August Comte mengenalkan istilah sosiologi untuk pertama kalinya dalam karyanya yang berjudul Cours De Philosophie Positive. Karena itu juga, Comte dijuluki sebagai The Father of Sociology atau Bapak Sosiologi.

Comte mengartikan sosiologi sebagai ilmu positif yang dapat digunakan untuk memahami dan mempelajari gejala-gejala sosial dalam hidup bermasyarakat berdasarkan analisa logika yang rasional dan ilmiah. Dengan demikian, gejala sosial yang ada di masyarakat dapat dikenali dan dapat diantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuknya sebelum benar-benar terjadi.

2. David Émile Durkheim

Émile Durkheim merupakan tokoh yang memperluas sosiologi menjadi sebuah disiplin ilmiah. Ia memandang bahwa sosiologi merupakan ilmu yang mengkaji fakta di masyarakat dan dapat menjadi institusi sosial dalam tatanan kehidupan masyarakat. Dari fakta yang menggambarkan cara berfikir, sikap dan bertindak masyarakat tersebut, Émile Durkheim meyakini ada satu pola yang dapat digunakan untuk mengendalikan kumpulan individu tersebut.

3. Karl Marx

Meskipun tidak secara eksplisit mendefinisikan apa itu sosiologi, Karl Marx dalam karyanya yang berjudul The Communist Manifesto menyatakan bahwa sosiologi dapat dijadikan senjata untuk membebaskan masyarakat dari kurungan sistem kapitalisme sehingga dapat tercapai masyarakat tanpa kelas.

4. Max Weber

Max Weber memiliki pandangan bahwa sosiologi dapat digunakan sebagai suatu kajian yang dapat melihat tindakan sosial. Dengan demikian, fenomena-fenomena sosial tertentu dapat dijelaskan sebab-akibatnya.

5. Herbert Spencer

Filsuf Inggris ini menyatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang dapat digunakan untuk mengamati proses sosial dan susunan sosial sebagai sebuah sistem yang memiliki elemen-elemen berkaitan.

Grameds, kami merekomendasikan buku Pengantar Sosiologi bagi Anda yang ingin mempelajari sosiologi lebih dalam.
Pengantar Sosiologi

beli sekarang

Penyebab Lahirnya Teori Sosiologi

George Ritzer, seorang sosiolog dari Amerika Serikat, menjelaskan ada kekuatan besar yang menyebabkan lahirnya teori sosiologi, yakni kekuatan sosial dan kekuatan intelektual yang terjadi selama beberapa kurun waktu tertentu. Setidaknya ada tujuh kekuatan sosial yang menjadi penyebab lahirnya teori sosiologi, yakni:

1. Revolusi politik yang berawal dari Revolusi Perancis

Peristiwa berdarah yang terjadi pada tahun 1789 tersebut membawa dampak positif sekaligus dampak negatif dalam kehidupan masyarakat. Dampak negatif terhadap masyarakat adalah terjadinya chaos dan masyarakat tidak memiliki struktur yang teratur.

Para tokoh dan ilmuwan menginginkan adanya dasar-dasar baru agar masyarakat dapat terintegrasi dengan baik. Atas dasar itulah, August Comte dan Emile Durkheim memberikan sumbangsih pemikirannya.

2. Revolusi Industri dan kapitalisme

Revolusi industri merupakan salah satu peristiwa penting yang merubah kebiasaan hidup masyarakat Eropa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Revolusi industri dan beberapa kejadian terdekatnya mentransformasikan masyarakat saat itu dari budaya bertani berubah haluan menjadi budaya industry. Hal ini mengakibatkan banyaknya petani yang pindah ke kota untuk bekerja di industri-industri.

Sementara itu, para kapitalis (pemodal) yang jumlah sedikit semakin mendapatkan keuntungan yang besar dengan bertambahnya pekerja di bidang industri. Revolusi industry dan kapitalisme tersebut menghasilkan reaksi pertentangan sehingga menimbulkan gejolak yang begitu dahsyat di Eropa. Hal ini mendorong beberapa pemikir seperti Emile Durkheim, Max Weber, Karl Max, George Simmel untuk memahami permasalahan yang terjadi dan mencari jalan keluar dari realita yang sedang terjadi.

3. Bangkitnya gerakan feminisme

Pada awal pergerakannya di tahun 1630-an, gerakan feminisme tidak begitu mencolok. Namun gerakan ini memiliki pengaruh dahsyat baru pada tahun 1780 dan seterusnya. Terlebih di tahun 1850-an, mereka memiliki mobilisasi yang terorganisir dengan baik sehingga mereka dapat menyuarakan suara mereka untuk menentang perbudakan, mendukung hak-hak politik kelas menengah, dan hak politik perempuan.

Karya-karya para feminis seringkali terpinggirkan oleh karya para sosiolog laki-laki yang menyusun sosiologi sebagai basis kekuatan professional. Karya para feminisi seperti Harriet Martineu, Charlotte Perkins Gilman, Jane Addams, Florence Keller, dan lainnya masih sering ditanggapi secara konservatif daripada ditanggapi secara kritis oleh para sosiolog laki-laki.

4. Bangkitnya Sosialisme

Akibat besar yang ditimbulkan oleh kapitalisme mendorong Karl Marx untuk menawarkan sistem sosialimes sebagai solusi baru. Namun demikian, ide Karl Marz yang revolusioner tersebut ditentang oleh sosiolog lainnya seperti Max Weber dan Emil Durkheim. Kedua tokoh tersebut memilih untuk memperbaiki sistem kapitalisme ketimbang melakukan revolusi besar-besaran ala Karl Marx.

5. Urbanisasi


Besarnya arus urbanisasi akibat revolusi industri terjadi karena kota telah menjadi pusat pendidikan, hiburan, pendirian pabrik, dan aktivitas ekonomi. Hal ini tidak hanya berdampak positif bagi kehidupan kota saja, namun kehidupan kota semakin banyak terjadi kriminalitas, kelebihan penduduk, kemacetan, pengangguran, dan lain-lainnya. Kondisi ini menarik para sosiolog untuk mengkaji kondisi tersebut sesuai keilmuan mereka sehingga dapat menemukan solusi yang tepat.

6. Perubahan Kehidupan Keagamaan

Terjadinya revolusi industri, revolusi sosial, dan urbanisasi dalam waktu yang berdekatan memberikan dampak yang besar dalam berbagai sendi kehidupan, salah satunya kehidupan keagamaan. Perubahan yang dirasakan dalam kehidupan beragama adalah otoritasnya yang seakan-akan berkurang dalam menjaga moral masyarakat.

Hal ini sangat dirasakan oleh dua sosiolog yang sangat taat dalam beragama. Emil Durkheim dalam karyanya yang berjudul The Elementary Forms of Religious Life dan Max Weber dalam The Protestan Ethic and The Spirit of Capitalism yang merindukan kehidupan beragama yang teratur di masa lampau. Keduanya menelit hubungan masyarakat dengan keagamaan. Adapun sosiolog lainnya, yakni Karl Marx justru menganggap bahwa agama adalah candu masyarakat.

7. Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan

Saat teori sosisologi dibangun oleh para ilmuwan, minat akademisi dan masyarakat dalam ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat. Baik di dalam kehidupan universitas, aplikasi dalam industri, maupun pemikiran-pemikiran dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini tidak lepas dari keberhasilan penelitian-penelitian di bidang sains dan teknologi seperti fisika, kimia, biologi, dan matematika yang mendapatkan tempat terhormat sehingga menginspirasi banyak orang.

Beberapa Teori Sosiologi Menurut Ilmuwan

Beberapa ilmuwan merumuskan teori sosiologi. Untuk lebih detail, kita akan sebutkan beberapa bahasan yang diungkap oleh ilmuwan. Namun demikian, mungkin pembahasan kita tidak akan sampai ke akar-akarnya.

Untuk Grameds yang ingin menambah referensi mengenai sosiologi, kami siapkan buku terbaik untuk Anda.

beli sekarang

1. Teori August Comte

Filsuf Perancis ini mengenyam pendidikan di bidang kedokteran di Montpellier. Menurut Comte, agar tercipta masyarakat yang adil, setidaknya diperlukan metode postif yang tidak dapat ditawar. Metode positif tersebut harus mempunyai empat ciri-ciri, yaitu mengarah pada fakta dan realita, perbaikan yang berkesinambungan sebagai syarat hidup, menuju kepastian, dan menuju kecermatan.

August Comte juga membagi ilmu sosiologi menjadi dua, yakni social statics dan social dynamic. Ia memandang bahwa social statics sebagai sebuah studi tentang hukum aksi-reaksi yang terjadi antara satu bagian sistem sosial dengan bagian yang lain.

Bagian yang paling penting adalah social dynamic karena bagian ini merupakan bagian yang mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Menurutnya, manusia ditentukan oleh pertumbuhan dari perkembangan pemikirannya. Maka sudah selayaknya hukum tertinggi dalam sosiologi seharusnya memfokuskan kajian pada perkembangan intelegensia manusia. Hal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Dalam teorinya, August Comte juga menjelaskan tahap perkembangan masyarakat hingga kebudayaan materiil dan kebudayaan non-materiil.

2. Teori Emile Durkheim

Filsuf asal Perancis ini merupakan keturunan pendeta Yahudi namun pada akhirnya ia menolak untuk menjadi pendeta. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan menjadikan perhatiannya terhadap akademi bersifat akademis, bukan lagi teologis. Dalam teorinya, ia membahas tentang fakta sosial sebagai objek kajian sosiologi, solidaritas sosial, asal-usul agama, bunuh diri, pendidikan, dan moralitas.

3. Teori Max Weber

Maximilian Weber nama lengkapnya. Ia lahir di Erfrut, Jerman pada 21 Juni 1864 di keluarga kelas menengah Eropa. Akibat kehidupan orang tuanya yang bertolak belakang, ayahnya seorang borjouis yang suka kemewahan dunia sementara ibunya seorang Calvnis yang taat rela menjalani hidup prihatin, orientasi intelektual dan padangan kehidupannya benar-benar terpengaruh. Ia dikatakan lebih banyak memfokuskan perhatian hidupnya untuk tujuan akhirat. Ia termasuk sosiolog yang resah saat agama tidak memiliki otoritas yang kuat dalam menjaga nilai-nilai moral di Eropa.

Ia memberikan pandangan posisi metodologi Max Weber, menjelaskan konsep tipe ideal, menjabarkan etika Protestan dan spirit kapitalisme, berbicara tentang birokrasi, agama dan kapitalisme di India dan China.

4. Teori Karl Marx

Karl Marx merupakan pencetus ide sistem sosialisme, sebuah sistem yang menciptakan masyarakat tanpa kelas. Dalam teorinya, Karl Marx menyampaikan bahwa chaos yang terjadi saat itu hanya dapat diatasi dengan sosiologi yang meneraplan sistem sosialisme.

Karl Marx juga menyatakan bahwa agama merupakan candu masyarakat, yang digunakan oleh mereka yang lemah untuk mengadu kepada Tuhan. Karl Marx juga mengungkapkan beberapa teori sosiologi, yakni materialisme historis, nilai lebih atau surplus value, kesadaran palsu dan munculnya kesadaran kelas, teori moda produksi, dan alienasi.

5. Teori George Simmel

George Simmel merupaka filsuf dari Jerman yang lahir pada tahun 1858 di Berlin. Simmel terkenal karena karya-karyanya tentang sosiologi yang banyak berkaitan dengan masalah skala kecil, seperti tindakan dan interaksi individual. Ia berpendapat, tugas utama sosiologi adalah memahami interaksi antar individu sehingga dapat memahami interaksi skala besar (populasi).

Oleh karena Simmel fokus pada masalah-masalah ini, ia dikenal ahli dalam membahas tentang interaksi. Awalnya interaksi yang ia amati hanyalah interaksi dua atau tiga orang. Atau sedikit lebih banyak. Namun kemudian, dapat dipahami bahwa pemahaman tersebut dapat mengantarkan pada pemahaman pada hubungan yang lebih luas.

Setidaknya Simmel telah menulis lebih dari 200 artikel dan 20 buku dengan berbagai macam tema. Beberapa di antaranya adalah Philosophie des Geldes (1900), Soziologie (1908), Undpsykologische Untersuchungen, Leipzig (1890), dan lainnya. Simmel juga membahas tentang masyarakat sebagi hasil dari timbal balik, bentuk versus isi, konsep dyad dan tryad, superordinasi dan subordinasi, uang, serta kerahasiaan dalam pandangan Simmel.

Teori Dasar Sosiologi

Beberapa teori dasar mengenai sosiologi dapat dijelaskan seperti di bawah ini:

1. Teori Fungsionalisme Struktural

Teori ini merupakan hasil dari imajinasi Emile Durkheim yang membayangkan masyarakat sebagai suatu kelompok yang tersusun dari berbagai komponen dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Melalui teori ini, Durkheim mengajarkan kepada kita bahwa masyarakat terdiri dari sistem yang tersusun secara stuktural. Masing-masing bagian memiliki peran dan jika peran tersebut dijalankan dengan baik, kehidupan sosial akan memiliki kestabilan dan tatanan yang baik.

Dari sudut pandang tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem sosial akan berjalan dengan baik apabila elemen-elemen penyusunnya melaksanakan peran masing-masing. Saat malfungsi terjadi dan tidak dibenahi, maka sistem sosial tersebut akan meredup dan hilang.

2. Teori Konflik

Teori ini merupakan hasil dari pemikiran Karl Marx yang menyebutkan bahwa perbedaan kepentingan yang diusung masing-masing kelas sosial dapat menciptakan hubungan sosial berkonflik.

Kelas sosial yang terbagi menjadi dua, yakni borjuois (orang-orang kaya)  dan proleetar (orang-orang biasa) akan menciptakan jarak sosial yang dinamakan kesenjangan sosial. Kesenjangan ini yang nantinya dapat menimbulkan gesekan yang dikhawatirkan akan pecah menjadi revolusi. Oleh karena itu, melalui sistem sosialismenya, Karl Marx menawarkan sistem sosial tanpa kelas.

3. Teori Interaksionisme Simbolik

Perpaduan dari pemikiran Herbert Blumer, George Herbert Mead dan Max Weber, melahirkan teori ini yang memberikan analisa tentang masyarakat berdasarkan subjektivitas yang diciptakan oleh individu dalam interaksi sosial.

Teori ini meyakini bahwa seseorang bergerak berdasarkan apa yang diyakini selama ini, bukan secara obyektif. Keyakinan tersebut kemudian dinamakan sebagai representasi sosial yang memberikan definisi dalam kehidupan sosial.

Untuk menambah kedalaman pemahaman Anda mengenai teori sosiologi, Anda dapat memiliki buku pilihan kami ini.

beli sekarang

Grameds, demikianlah pembahasan kita mengenai teori sosiologi. Gramedia tidak pernah absen sedikitpun dalam menjadi #Sahabattanpabatas Anda dengan memberikan buku-buku terbaik pilihan kami.

Penulis: Nanda Iriawan Ramadhan

About the author

Aris

Saya sangat dengan dunia menulis karena melalui menulis, saya bisa mendapatkan banyak informasi. Karya yang saya hasilkan juga beragam, dan tema yang saya suka salah satunya adalah sosiologi. Tema satu ini akan selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan selalu menarik untuk dibicarakan.

Kontak media sosial Twitter saya M Aris