Sosiologi

Landasan, Model, Prinsip Pengembangan Kurikulum

pengembangan kurikulum
Written by Aris

Landasan, Model, Prinsip Pengembangan Kurikulum – Pendidikan merupakan bidang yang penting untuk memajukan suatu bangsa termasuk bangsa Indonesia dimana pendidikan dijamin oleh undang-undang dan peraturan lainnya. Apalagi dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 terdapat cita-cita negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang artinya pendidikan adalah kunci untuk mewujudkannya.

Maju tidaknya masyarakat dalam suatu negara dapat dilihat dari kualitas pendidikan yang telah disiapkan oleh pemerintah atau pihak terkait. Pendidikan yang berkualitas dapat diketahui melalui pengembangan kurikulum yang bertujuan membentuk lingkungan belajar yang nyaman sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Ketika peserta didik dapat belajar dengan nyaman, maka mereka dapat menyerap apa yang disampaikan oleh guru atau pendidik dengan baik.

Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses merencanakan dan mengembangkan kurikulum oleh pemerintah, sekolah, atau pihak yang bersangkutan untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Kurikulum memegang peranan yang strategis dalam pendidikan, sehingga dalam penyusunan dan pengembangannya tidak boleh dilakukan dengan sembarangan oleh siapapun.

Pelaksanaannya harus didasarkan pada nilai-nilai yang bertujuan membangun karakter peserta didik seperti nilai agama, moral, politik, sosial, dan budaya. Disamping itu pula, aspek-aspek lain juga harus dipertimbangkan mulai dari kebutuhan peserta didik, perkembangan zaman, dan kesiapan guru atau pendidikan. Perlu adanya proses yang benar dan matang sehingga output atau hasilnya akan sesuai dengan yang diharapkan oleh semua pihak.

Landasan Pengembangan Kurikulum

Untuk melakukan pengembangan kurikulum, pihak pengembang harus berlandaskan pada suatu pegangan yang jelas sehingga kurikulum dapat terarahkan dengan baik. Apabila tidak memiliki landasan, akibatnya terjadi pada hasil kurikulum itu sendiri yaitu sumber daya manusia tidak dapat terbentuk dengan maksimal. Terdapat empat landasan yang digunakan dalam pelaksanaannya.

1. Landasan Filosofis

Landasan pengembangan kurikulum yang pertama adalah landasan filosofis, yang berkaitan dengan hakikat dari filsafat dan juga pendidikan. Filsafat atau pandangan hidup dalam dunia pendidikan bertujuan untuk memberikan arah bagi peserta didik dalam belajar.

Ketika memiliki arah belajar yang jelas, peserta didik dapat mengeksploitasi kemampuan yang ada dalam dirinya sehingga dapat mencapai hasil terbaiknya. Berkaitan dengan filsafat, setiap bangsa atau pada kelompok masyarakat memiliki tujuan yang berbeda-beda. Maka dari itu arah pendidikan sering kali tidak sama, tetapi hasilnya akan sama yaitu membentuk karakter peserta didik dengan baik.

Indonesia memiliki landasan pengembangan kurikulum yang jelas yaitu pancasila. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan Indonesia adalah membentuk manusia yang dapat hidup bernegara, berbangsa, dan bermasyarakat dengan tuntunan nilai-nilai pancasila.

Sistem pendidikan di negara ini juga telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional). Adanya undang-undang tersebut, maka pelaksanaannya di Indonesia harus berlandaskan pada peraturan tersebut agar tidak melenceng dari arah yang seharusnya dicapai.

2. Landasan Psikologis

Perilaku merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari belajar. Interaksi antar individu akan terjadi dalam lingkungan belajar yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Perubahan akan tercipta pada individu untuk mencapai kedewasaan dalam hidup mulai dari kedewasaan fisik, emosional, mental, intelektual, sosial, dan moral. Pendidikan memang proses untuk mengubah perilaku individu agar lebih baik, tetapi tidak semua perubahan itu terjadi karena adanya pembelajaran.

Ada faktor lain diluar yang berpotensi mengubahnya, yaitu kematangan diri masing-masing dan lingkungan disekitarnya. Perlu adanya suatu sistem pengembangan kurikulum yang digunakan untuk dapat mencapai tujuan dari pendidikan dalam mengubah perilaku peserta didik.

Landasan psikologi harus menjadi landasan pengembangan kurikulum untuk menentukkan bagaimana suatu sistem pengajaran dapat berjalan dengan semestinya. Maka seorang pengembang dapat berpatokan pada dua cabang ilmu psikologi yaitu psikologi pendidikan dan psikologi belajar.

Psikologi pendidikan merupakan ilmu psikologi yang mempelajari bagaimana individu mampu menerima stimulus atau rangsangan dari luar untuk mengubah dirinya menuju kedewasaan hidup. Pendekatan dalam memberikan stimulus atau rangsangan yang tepat dapat membentuk karakter peserta didik sesuai dengan apa yang diinginkan. Ada tiga macam pendekatan yang digunakan dalam psikologi pendidikan yaitu pendekatan secara kognitif, behavioristik, dan humanistik.

Psikologi perkembangan juga menjadi dasar karena dapat memahami proses individu mencapai kematangan perilaku melalui proses yang runtut. Kematangan pada diri seseorang dapat tercapai karena dapat menyelesaikan tugas perkembangan di dalam fase kehidupannya.

Adapun tahap-tahap perkembangan psikologis peserta didik terbagi menjadi tiga, yaitu usia pra sekolah, usia sekolah dasar, dan usia sekolah menengah. Bagaimana pun memahami peserta didik merupakan hal yang penting karena evaluasi atas kurikulum yang telah disusun dapat dilakukan dengan baik. Bahan evaluasi yang dimaksud seperti kemampuan yang dapat dicapai, metode penyampaian materi yang sesuai, dan penyusunan evaluasi pembelajaran.

tombol beli buku

3. Landasan Sosiologis

Apa yang menjadi alasan mengapa pengembangan kurikulum harus dilandaskan pada faktor sosiologis? Hal ini dikarenakan peserta didik merupakan individu sosial yang erat kaitannya dengan interaksi di lingkungan sosial sekitarnya berupa masyarakat. Nilai-nilai yang didapatkan selama proses belajar mengajar harus sesuai dengan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat dalam membangun kehidupan.

Sebab, ketika individu telah selesai menyelesaikan pendidikannya ia akan terjun pada kehidupan masyarakat untuk mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya selama belajar. Budaya-budaya yang berkembang di lingkungan sekitar dan sistem kehidupan bermasyarakat menjadi landasan atau tumpuan kurikulum yang berjalan pada dunia pendidikan.

Pengembangan kurikulum bukan hanya berdasar atas keterampilan saja, namun lebih bersifat global dan teknologis karena zaman terus menerus berkembang. Perubahan budaya dan nilai sosial yang terus terjadi menjadi pertimbangannya, dimana sekarang kebutuhan masyarakat mengalami banyak perubahan.

Kebutuhan masyarakat yang ada di perkotaan akan berbeda dengan masyarakat pedesaan dan masyarakat tradisional akan berbeda dengan masyarakat yang lebih modern. Kurikulum yang dikembangkan tanpa memperhatikan budaya atau nilai-nilai masyarakat akan menciptakan sumber daya manusia yang tidak bisa membangun kehidupan yang lebih baik.

Terutama dalam memecahkan berbagai macam persoalan yang kompleks, lulusan yang berkualitas dan memahami persoalan masyarakat dapat memberikan jalan keluar yang solutif.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologis

Dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami banyak perubahan dibandingkan dengan waktu pertama kali berkembang beberapa abad lalu. Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini banyak didasari oleh penemuan pada abad pertengahan oleh tokoh-tokoh terkenal dibidang-bidang tertentu.

Perubahan-perubahan tersebut memiliki pengaruh yang cukup besar untuk pendidikan terutama dalam dunia industri. Pendidikan diharapkan mampu membentuk manusia yang terampil dan handal dalam mengaplikasikan ilmunya dalam dunia industri. Pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dapat disusun dengan sebaik mungkin.

Penggunaan berbagai peralatan yang menunjang kegiatan belajar mengajar juga diperlukan mengingat perkembangan teknologi belakangan ini semakin canggih. Tuntutan ada apa guru atau pendidik dan pelaksana pendidikan untuk terampil dan cakap dalam menggunakannya sehingga mampu mentransferkannya kepada peserta didik.

Mengingat pendidikan merupakan tempat mempersiapkan manusia dalam menyongsong masa depan, maka pengembangan kurikulum harus berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak secara tidak langsung mencakup pengembangan isi atau materi dan media pembelajaran.

Pendidikan secara tidak langsung dituntut untuk membekali individu agar mampu memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki. Dengan begitu, peserta didik mampu mengubah kehidupan menuju arah yang lebih jelas dan menguraikan permasalahan yang ada.

Model Pengembangan Kurikulum

Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikulum dapat dilakukan melalui 7 model. Adapun model yang dimaksud yaitu Model Administrative, Pendekatan Grass Roots, Model Beauchamp, Model Demonstrasi, Model Pemecahan Masalah, Model Rogers dan Model Taba Terbalik.

1. Model Administrative (Top Down Approach)

Model pertama adalah administratif dimana model ini dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki wewenang atau kebijakan terkait. Alurnya adalah dari atas ke bawah, artinya pemerintah bertugas untuk menyiapkan rancangan pembelajaran. Rancangan tersebut nantinya akan dilakukan oleh satuan pendidikan di wilayah pemerintahan tersebut dan operasinya akan dilakukan oleh para guru dalam pembelajaran.

Segala macam proses mulai dari konsep umum, landasan yang dipakai, analisis kebutuhan, rumusan kurikulum semuanya dilakukan oleh pemerintah. Pihak terkait hanya berperan sebagai pelaksana di tingkat bawah untuk diterapkan pada peserta didik nantinya.

2. Model Pendekatan Grass Roots (Grass Roots Approach)

Model ini merupakan kebalikan dari model administratif, dimana pengembangan kurikulum pada model administratif dilakukan oleh pemerintah secara penuh. Pada model pendekatan grass roots, satuan pendidikan atau sekolah yang mengembangkan model pembelajaran untuk diterapkan dalam proses pembelajaran.

Biasanya hal ini muncul karena sekolah atau guru merasa kurikulum yang ditetapkan oleh pemerintah dirasa tidak sesuai dengan kebutuhan dan keadaan yang terjadi di lapangan. Sebagai konsekuensi, sekolah harus mampu mengembangkan ide-ide inovatif dan memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Keterbukaan akan masukan dan saran dari luar juga harus dimiliki oleh sekolah agar dalam penyusunannya ke depan dapat berjalan lebih baik

Dalam pelaksanaannya, pengembangan kurikulum yang dilakukan bisa dilakukan secara menyeluruh atau untuk sebagian mata pelajaran tertentu saja. Hal ini tergantung dengan kebutuhan satuan pendidikan yang terkait didalamnya. Pengembangan juga dapat dilakukan untuk aspek-aspek lain seperti strategi dan metode pembelajaran, tujuan pembelajaran, visi dan misi, dan lain-lain.

3. Model Beauchamp

Sesuai dengan namanya, model ini dikembangkan oleh Beauchamp yang merupakan ahli di bidang kurikulum. Ia mengemukakan ada 5 tahap pengembangan kurikulum, pertama adalah menentukan ruang lingkup pengembangan. Mula-mula dapat dilakukan di lingkup kelas, kemudian diperluas ke sekolah, lalu dapat diperluas lagi ke tingkat regional atau bahkan nasional.

Kedua adalah penetapan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya yang didalamnya terdapat ahli kurikulum. Ketiga yaitu pembentukan dewan sebagai koordinator dengan tugas sebagai tim penilai dari pelaksanaan kurikulum sebelumnya, pemilihan materi, dan penulis kurikulum yang baru.

Tahap keempat yaitu implementasi kurikulum dengan tugas menetapkan kurikulum baru yang telah ditetapkan. Terakhir adalah evaluasi terhadap pelaksanaan yang sedang berjalan, apakah sudah sesuai dengan tujuan atau belum. Model ini dapat menjadi alternatif yang cukup cocok karena melibatkan ahli-ahli kurikulum.

4. Model Demonstrasi

Model demonstrasi sebenarnya mirip dengan model grass roots, yaitu sama-sama datang dari satuan pendidikan atau dari bawah. Didalamnya terdapat guru yang nantinya akan bekerja sama dengan para ahli dalam mengadakan pengembangan kurikulum. Namun, ruang lingkupnya terbatas hanya pada beberapa sekolah yang berada di sekitarnya saja. Model ini dianggap yang paling sederhana karena skalanya yang kecil.

5. Model Pemecahan Masalah

Perubahan sosial merupakan dasar dari model pemecahan masalah. Dalam prosesnya, model ini melibatkan seluruh pihak untuk sama-sama terlibat yaitu peserta didik, wali murid, dan pihak sekolah sendiri. Melibatkan wali murid secara tidak langsung dapat membantu memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat karena orang wali murid merupakan bagian dari masyarakat.

Ada dua langkah yang ditempuh dalam menyusun kurikulum model ini. pertama melakukan kajian mendalam atas data-data yang diperoleh sebagai dasar penyusunan. Data yang dimaksud harus valid dan reliabel sehingga ada dasar yang kuat atas pengambilan keputusan.

Data-data yang lemah berakibat pada pengambilan keputusan yang salah sehingga tidak bisa memecahkan masalah. Kedua adalah implementasi dari keputusan yang telah diambil dan apabila menemui permasalahan hal itu bisa digunakan sebagai bahan evaluasi.

6. Model Rogers

Model Rogers merupakan buah hasil pemikiran dari Carl Rogers, seorang ahli psikologi. Ia berpandangan bahwa manusia sebenarnya memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan, namun ia memiliki hambatan dalam mengembangkannya.

Manusia secara individu membutuhkan orang lain agar dapat mengatasi hambatan-hambatan dalam dirinya itu. Buah pikirannya itu ia aplikasikan dalam proses belajar mengajar agar individu mampu mencapai aktualisasi diri.

Rogers mengemukakan ada empat tahap pengembangan kurikulum. Pertama pembentukan tim atau kelompok untuk sama-sama membicarakan masalah sistem yang berkendala. Kedua adalah menguraikan permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing orang dalam tim agar dapat berbagi pengalaman.

Selanjutnya pertemuan dengan lingkup yang lebih luas lagi yang melibatkan masyarakat (peserta didik dan wali murid) untuk sama-sama membicarakan permasalahan yang dihadapi. Terakhir adalah mengadakan pertemuan sekali lagi sehingga muncul suatu solusi atas permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya.

7. Model Taba Terbalik

Model ini memiliki nama lain yaitu Taba’s Inverted yang diciptakan oleh Hilda Taba. Pengembangan kurikulum pada umumnya bersifat deduktif, yaitu menyusun sistem dan melakukan evaluasi di akhir pelaksanaan. Taba berpendapat bahwa metode itu kurang cocok dan tidak bisa memberikan inovasi.

Taba mengenalkan metode pengembangan yang diawali dengan pencarian data dan percobaan teori-teori yang ada kemudian diimplementasikan. Hal tersebut bertujuan untuk mencocokan teori yang selama ini digunakan dengan praktik di lapangan.

Tahapan dari model ini terbagi menjadi lima. Pertama menetapkan kebutuhan terkait dengan materi, bahan ajar, serta penilaian untuk disusun dalam suatu unit kurikulum. Selanjutnya dilakukan uji coba untuk mengetahui apa saja kelebihan dan kelemahannya.

Ketiga, melakukan revisi atas kelemahan yang ditemui saat uji coba kurikulum dilakukan. Keempat adalah menyusun kerangka kerja teori dan terakhir menetapkan kurikulum yang baru.

Prinsip Pengembangan Kurikulum

Dalam pengembangan kurikulum, ada tujuh prinsip yang harus dipenuhi dalam pelaksanaannya. Ketujuh prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut.

  1. Kurikulum disusun berdasarkan prinsip untuk menemukan potensi dalam diri peserta didik agar dapat mencapai kemampuan terbaiknya. Selain itu juga harus memperhatikan kepentingan dan kebutuhan serta tuntutan dari lingkungan.
  2. Memperhatikan karakteristik peserta didik yang beragam mulai dari agama, sosial budaya, adat istiadat, jenis kelamin, dan lain sebagainya. Tidak ada pembedaan atas keragaman tersebut.
  3. Menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi agar dapat menyesuaikan dengan perubahan yang ada.
  4. Mampu memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai pemecah berbagai permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan.
  5. Menyeluruh dan berkesinambungan, maksudnya setiap pelajaran yang diberikan kepada peserta didik sesuai dengan tingkat pendidikannya dan berkelanjutan sampai ditingkat yang lebih tinggi.
  6. Kurikulum disusun agar manusia dapat belajar sepanjang hayat. Hal ini dimaksudkan agar manusia tidak berhenti untuk mempelajari hal-hal baru yang berguna untuk kehidupan dan perkembangan zaman.
  7. Kepentingan nasional harus seimbangan dengan kepentingan daerah. Maksudnya tidak boleh ada tujuan yang berbenturan antar pihak sesuai dengan cita-cita negara.

Pengembangan kurikulum harus disusun berdasarkan landasan yang kokoh dan jelas sehingga tujuan penyelenggaraan pendidikan dapat tercapai. Agar kurikulum dapat berfungsi dengan baik, model yang sesuai dengan keadaan masyarakat pada umumnya dapat dipilih oleh para pengembang. Harapannya tentu satu, dapat menciptakan manusia yang mampu memecahkan berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat.

tombol beli buku

About the author

Aris

Saya sangat dengan dunia menulis karena melalui menulis, saya bisa mendapatkan banyak informasi. Karya yang saya hasilkan juga beragam, dan tema yang saya suka salah satunya adalah sosiologi. Tema satu ini akan selalu melekat dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan selalu menarik untuk dibicarakan.

Kontak media sosial Twitter saya M Aris