Psikologi

Menganalisis Rasa Malas dari Buku Antimalas dan Suka Menunda

Written by Sevilla Nouval
“Rasa malas biasanya dikaitkan dengan kurangnya tekad. Padahal, kebanyakan rasa malas bersumber dari perasaan. Jika Anda selalu menunda hal yang seharusnya dikerjakan dan menjadi tidak bersemangat, cobalah tengok perasaan Anda terlebih dahulu.” -Hal. 5

Pernah kesal karena sudah belajar mati-matian, tapi hasilnya tetap jeblok? Sementara teman sebangku yang ngakunya tidak belajar, justru mendapat nilai tertinggi. Atau, kita sudah kerja banting tulang, rela lembur ria untuk memenuhi target, tapi tetap saja kena marah atasan karena menurutnya hasil kerja kita jelek? Karena merasa sia-sia saja apa yang dilakukan, kita pun akhirnya belajar atau mengerjakan tugas sekenanya saja. Akibatnya, orang-orang sekitar mulai mencap kita sebagai orang yang malas. Jika ingin tahu mengapa kamu dicap malas, atau membuktikan kepada orang-orang sekitar bahwa kamu bukan pemalas seperti anggapan mereka, terlebih dahulu kamu perlu menganalisis diri kamu sendiri. Dalam Buku Antimalas dan Suka Menunda dijelaskan bahwa kemalasan merupakan gabungan berbagai unsur kepribadian yang membentuk masalah emosional sehingga tercipta kebiasaan malas. Jadi, salah satu penyebab terciptanya kemalasan karena adanya masalah emosional dalam diri. Oleh sebab itu, kita perlu melihat ke dalam diri kita, adakah masalah yang sedang kita hadapi, apa saja masalah itu, dan temukan solusinya. Kupaslah permasalahanmu satu per satu hingga ke akarnya.

Misalnya, pelajar yang malas belajar. Setelah dianalisis, ternyata masalahnya karena ia merasa kesal, merasa sia-sia belajar giat, sebab nilainya akan tetap jelek. Setelah dikupas lebih lanjut, ditemukan bahwa nilainya yang tetap jelek karena ia salah memilih waktu belajar. Ia adalah “orang malam”, yaitu orang yang baru bisa fokus belajar di malam hari, saat suasana sunyi. Namun, ia malah belajar di pagi hari, sehingga otaknya tidak bisa menyerap maksimal apa yang dipelajarinya. Karena itu, belajar segiat apa pun, nilainya akan tetap jelek.

Lalu, kenapa ia memilih belajar di siang hari? Setelah dianalisis lebih jauh, ternyata ibunya yang memaksanya untuk belajar di siang hari. Sang ibu selalu marah saat melihat anaknya tidak pernah belajar, padahal ia hanya melihatnya di siang hari. Ia tidak pernah melihat bahwa di malam hari anaknya belajar dengan giat. Oleh karena itu, agar tidak dimarahi lagi, si anak pun belajar di siang hari. Namun, hasilnya tidak sesuai dengan harapan, dan si anak merasa tidak ada gunanya belajar giat.

Masalah emosional sangat memengaruhi perilaku kita sehari-hari, dan akan berdampak pula pada orang-orang di sekitar, sehingga terciptalah efek domino. Karenanya, penting sekali untuk menganalisis dan menemukan solusi dari masalah emosional yang sedang kita hadapi demi kebahagiaan hidup kita. Jika masih bingung bagaimana menganalisis masalahmu, kamu bisa membaca Buku Antimalas dan Suka Menunda untuk menganalisis dirimu sendiri serta menemukan solusi atau langkah yang perlu dilakukan untuk menghilangkan kemalasan, bahkan yang sudah mengakar sekalipun. Buku ini juga perlu dibaca oleh orang-orang yang suka mencap orang lain pemalas. Karena, bisa jadi merekalah yang secara tidak sadar menyebabkan seseorang menjadi pemalas. (Mursyidah-BIP)

About the author

Sevilla Nouval

Saya hampir selalu menulis, setiap hari. Saya mulai merasa bahwa “saya” adalah menulis. Ketertarikan saya dalam dunia kata beriringan dengan tentang kesehatan, khususnya kesehatan mental. Membaca dan menulis berbagai hal tentang kesehatan mental telah membantu saya menjadi pribadi yang lebih perhatian dan saya akan terus melakukannya.

Kontak media sosial Instagram saya Sevilla