Sosiologi

Jejak Lahirnya Ilmu Sosiologi: Dari Revolusi Industri hingga Peran Strategis di Indonesia

Written by Shaza Zahra

sejarah lahirnya sosiologi – Sosiologi mungkin terdengar identik sebagai istilah akademik yang sering terdengar di ruang kelas atau seminar ilmiah. Namun sejatinya, ilmu ini lahir dan tumbuh dari detak kehidupan masyarakat, keresahan sosial, dan kebutuhan untuk memahami dunia bekerja. Berawal dari ketegangan pada konflik Revolusi Industri hingga menjadi landasan kebijakan sosial di abad-21 ini, sosiologi memegang peranan penting dalam membaca perubahan zaman.

Apa Itu Sosiologi?

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari masyarakat, perilaku sosial, interaksi antar manusia, serta struktur dan dinamika sosial yang membentuk kehidupan bersama. Berasal dari kata Latin socius (teman) dan Yunani logos (ilmu), sosiologi secara harfiah berarti “ilmu tentang teman atau masyarakat”.

Ilmu ini mempelajari bagaimana manusia membentuk kelompok, bagaimana norma dan nilai terbentuk, serta bagaimana struktur kekuasaan dan ketimpangan muncul dalam kehidupan sosial. Dengan demikian, sosiologi bukan sekadar teori, tetapi alat analisis yang dapat digunakan untuk membaca kondisi masyarakat.

Dalam praktiknya, sosiologi tidak hanya menjadi alat bagi akademisi, tetapi juga oleh para pengambil kebijakan, jurnalis, aktivis sosial, dan bahkan perusahaan. Sebab, memahami masyarakat berarti memahami kebutuhan, konflik, dan potensi perubahan yang dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bersama.

Sejarah Awal Kelahiran Sosiologi

Lahir sebagai bentuk reaksi terhadap perubahan besar di Eropa pada abad ke-18 hingga 19, diantaranya terdapat tiga perubahan besar yang melandasi lahirnya sosoiologi di masyarakat :

1. Revolusi Industri: Perubahan besar dalam sistem produksi memunculkan kelas pekerja, urbanisasi masif, serta masalah sosial baru seperti kemiskinan, kriminalitas, dan eksploitasi buruh. Kehidupan masyarakat berubah drastis, dan banyak pemikir merasa perlu memahami perubahan ini secara sistematis.

2. Revolusi Prancis (1789): Dalam fase ini feodalisme menggoyangkan sistem dan memunculkan semangat egalitarianisme serta pertanyaan tentang tatanan sosial yang adil. Gerakan ini melahirkan ide tentang masyarakat sebagai entitas dinamis yang bisa dibentuk kembali.

3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan: Ilmu alam berkembang pesat, dan muncul dorongan untuk menerapkan metode ilmiah ke dalam studi masyarakat. Ini menjadi inspirasi bagi ilmuwan sosial untuk mengkaji kehidupan manusia dengan pendekatan yang serupa.

Dalam konteks ini, mucul kebutuhan untuk “meng-ilmiahkan” pemahaman tentang masyarakat. Maka muncullah sosiologi sebagai cabang ilmu sosial yang sistematis dan ilmiah

Tokoh-Tokoh Penting dalam Sejarah Sosiologi

1. Auguste Comte (1798–1857)

Dikenal sebagai “Bapak Sosiologi”, Comte adalah orang pertama yang memperkenalkan istilah sociology. Ia mengembangkan teori positivisme, yakni pendekatan ilmiah dalam memahami fenomena sosial. Bagi Comte, masyarakat dapat dikaji sebagaimana ilmu alam mengkaji gejala fisik — melalui observasi, eksperimen, dan generalisasi. Ia percaya bahwa masyarakat berkembang melalui tiga tahap: teologis, metafisik, dan positif.

2. Émile Durkheim (1858–1917)

Durkheim dianggap sebagai tokoh penting dalam mengukuhkan sosiologi sebagai disiplin akademik. Ia menekankan pentingnya solidaritas sosial dan institusi dalam menjaga keteraturan masyarakat. Salah satu karya terkenalnya adalah The Division of Labour in Society dan Suicide, yang memperkenalkan metode statistik dalam studi sosial. Durkheim juga mengembangkan konsep “fakta sosial” — yaitu segala cara bertindak, berpikir, dan merasa yang berada di luar individu, namun mengendalikan mereka.

3. Karl Marx (1818–1883)

Meski lebih dikenal sebagai filsuf politik dan ekonom, pemikiran Marx sangat berpengaruh dalam sosiologi kritis. Ia melihat sejarah masyarakat sebagai sejarah konflik kelas antara pemilik modal dan kaum pekerja. Pandangan ini melahirkan teori konflik sosial yang menjadi dasar berbagai studi ketimpangan. Marx menyoroti bagaimana struktur ekonomi memengaruhi struktur sosial dan menciptakan ketidakadilan.

4. Max Weber (1864–1920)

Weber berkontribusi dengan pendekatan interpretatif, yaitu memahami tindakan sosial berdasarkan makna subjektif yang dimiliki pelakunya. Ia juga membahas rasionalisasi, birokrasi, dan hubungan antara agama dan kapitalisme dalam bukunya The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Konsep “tindakan sosial” Weber menjadi pijakan penting dalam menjelaskan motivasi perilaku manusia dalam konteks sosial.

5. Herbert Spencer, Georg Simmel, Harriet Martineau

Spencer memperkenalkan pendekatan evolusioner dalam sosiologi. Simmel menyoroti interaksi sosial dalam kelompok kecil dan konsep-konsep seperti “dyad” dan “triad”. Martineau, yang sering dianggap pelopor sosiologi feminis, menekankan pentingnya mengkaji kehidupan perempuan dan kelompok tertindas.

Jenis-Jenis Sosiologi

Sosiologi juga memiliki berbagai jenis dan pendekatan pada penerapan di kehidupan masyarakat, diantaranya :

1. Sosiologi Umum dan Khusus

  • Sosiologi umum membahas prinsip-prinsip dasar dan konsep universal dalam ilmu sosiologi yang berlaku di berbagai konteks masyarakat. Fokusnya adalah pada pola hubungan sosial yang bisa diterapkan secara luas.
  • Sosiologi khusus lebih terfokus pada aspek atau bidang tertentu dalam kehidupan sosial, seperti sosiologi keluarga, pendidikan, agama, atau ekonomi.

2. Sosiologi Teoritis dan Terapan

  • Sosiologi teoritis lebih banyak menyelidiki prinsip-prinsip dasar kehidupan sosial dan membentuk kerangka konsep untuk memahami masyarakat.
  • Sosiologi terapan menggunakan hasil analisis dan teori untuk menangani masalah nyata dalam masyarakat, seperti kemiskinan, konflik sosial, atau perencanaan kota.

3. Sosiologi Mikro dan Makro

  • Sosiologi mikro mengamati interaksi sosial dalam skala kecil, misalnya relasi antar individu dalam kelompok atau komunitas kecil.
  • Sosiologi makro mencakup analisis terhadap struktur sosial yang lebih besar, seperti sistem politik, kelas sosial, dan lembaga-lembaga besar dalam masyarakat.

4. Sosiologi Deskriptif dan Normatif

  • Sosiologi deskriptif berusaha menggambarkan fenomena sosial secara objektif sebagaimana adanya tanpa memberikan penilaian moral.
  • Sosiologi normatif memberikan analisis dengan mempertimbangkan nilai, etika, atau bagaimana seharusnya masyarakat bertindak dan berorganisasi.

5. Sosiologi Murni dan Praktis

  • Sosiologi murni berfokus pada pengembangan ilmu pengetahuan sosiologi tanpa mempertimbangkan langsung penerapannya. Tujuannya adalah untuk memperluas pemahaman tentang fenomena sosial.
  • Sosiologi praktis langsung berhubungan dengan penyelesaian persoalan-persoalan konkret di masyarakat, seperti pengangguran, penyimpangan sosial, atau ketimpangan gender.

Selain berbagai jenis sosoilogi ditatas, berkembang pula berbagai jenis sosiologi tematik seperti:

  • Sosiologi Keluarga
  • Sosiologi Pendidikan
  • Sosiologi Politik
  • Sosiologi Agama
  • Sosiologi Hukum
  • Sosiologi Gender
  • Sosiologi Lingkungan

Peran dan Perkembangan Sosiologi di Indonesia

Sosiologi mulai dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial Belanda, namun baru mengalami perkembangan secara signifikan setelah bangsa ini meraih kemerdekaan. Pada dekade 1950-an, sosiologi mulai dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan tinggi di sejumlah universitas terkemuka, seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, serta Universitas Padjadjaran — menjadikan periode ini sebagai titik awal pertumbuhan formal ilmu sosiologi di tanah air.

Peran sosiologi dalam kehidupan masyarakat Indonesia sangat beragam, di antaranya:

  • Menggali Keragaman Sosial Budaya
    Dengan keberadaan lebih dari 1.300 suku bangsa dan ratusan bahasa daerah, sosiologi menjadi alat penting dalam merancang strategi kebijakan yang mampu merangkul semua kelompok masyarakat.
  • Menganalisis Ketimpangan Sosial dan Ekonomi
    Melalui teori dan pendekatan sosiologis, pemerintah dapat menyusun program pembangunan yang lebih merata dan berpihak pada kelompok rentan.
  • Mendorong Pemberdayaan Komunitas
    Pendekatan pembangunan yang berbasis partisipasi masyarakat umumnya bersumber dari konsep-konsep sosiologi yang menekankan keterlibatan aktif warga.
  • Menjaga Identitas Nasional di Tengah Perubahan Global
    Sosiologi juga memiliki peran penting dalam menjaga harmoni antara modernisasi dan pelestarian nilai-nilai tradisional bangsa Indonesia.

Salah satu tokoh terkemuka dalam perkembangan sosiologi nasional adalah Prof. Selo Soemardjan, yang dikenal melalui penelitiannya mengenai transformasi sosial di Yogyakarta setelah Indonesia merdeka. Kini, cakupan sosiologi semakin luas, mencakup ranah digital seperti media sosial, budaya populer, serta dinamika politik identitas dalam masyarakat kontemporer.

Mengapa Sosiologi Penting bagi Masyarakat?

Dengan kompleksitas masalah sosial yang terus berkembang, sosiologi hadir sebagai ilmu yang relevan untuk menjawab tantangan zaman. Berikut beberapa alasan mengapa peran sosiologi sangat vital:

1. Mengidentifikasi Masalah Sosial

Sosiologi membantu mengungkap berbagai persoalan seperti ketimpangan ekonomi, pengangguran, diskriminasi, hingga ekstremisme.

2. Merancang Kebijakan yang Kontekstual

Melalui pemahaman tentang struktur sosial, kebijakan publik dapat disusun dengan pendekatan yang lebih tepat sasaran.

3. Menumbuhkan Empati dan Toleransi Sosial

Dengan memahami keberagaman, sosiologi membentuk cara pandang yang lebih inklusif dan humanis.

4. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat

Warga yang memahami dinamika sosial akan lebih aktif dalam kehidupan demokrasi dan pembuatan keputusan publik.

5. Menguatkan Wawasan Kewarganegaraan

Ilmu sosiologi menyediakan kerangka berpikir kritis mengenai hak, kewajiban, dan peran setiap individu dalam masyarakat.

6. Menyikapi Tantangan Era Digital

Di tengah banjir informasi, sosiologi mengajarkan cara membedakan antara realitas objektif, opini subjektif, dan konstruksi sosial di media.

Kesimpulan

Sosiologi bukan sekadar disiplin akademik yang mengisi rak perpustakaan. Ia adalah lensa untuk membaca realitas yang kompleks, membongkar ketimpangan, dan membayangkan tatanan sosial yang lebih adil. Dari awal kemunculannya di tengah gejolak revolusi hingga perannya dalam merancang masyarakat modern, sosiologi akan terus menjadi cahaya penuntun dalam memahami manusia dan dunianya.

Dalam konteks Indonesia yang penuh dinamika, sosiologi tak hanya penting — ia mendesak untuk dipahami dan diterapkan. Karena tanpa pemahaman yang mendalam terhadap masyarakat, setiap kebijakan, inovasi, atau perubahan tak akan pernah benar-benar menyentuh akar masalahnya.

Rekomendasi E-Book tentang Sosiologi

Sosiologi Suatu Pengantar Edisi Revisi

Sebagai disiplin ilmu yang menelaah kehidupan masyarakat secara menyeluruh serta interaksi antarindividu di dalamnya, sosiologi memiliki peran krusial dalam memahami dan mengkaji berbagai persoalan sosial, seperti kemiskinan, konflik antar kelompok etnis, kenakalan remaja, dan lain sebagainya. Meski sosiologi tidak secara langsung memberikan solusi praktis terhadap permasalahan tersebut, fokus utamanya adalah menggali akar penyebab terjadinya masalah sosial. Upaya untuk menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut akan lebih efektif jika didasarkan pada data yang faktual serta pemahaman terhadap latar belakang terjadinya peristiwa sosial. Di sinilah letak pentingnya peran ilmu sosiologi.

Sosiologi Keluarga : Konsep, Teori, dan Permasalahan Keluarga

Literatur mengenai sosiologi keluarga di Indonesia masih terbilang minim, padahal bidang ini penting untuk dipelajari. Buku ini hadir untuk mengisi kekosongan tersebut dengan membahas berbagai aspek keluarga dari sudut pandang sosiologis. Mulai dari teori-teori dasar hingga studi kasus nyata, buku ini menyajikan wawasan yang komprehensif mengenai dinamika keluarga.

Beberapa topik yang dibahas antara lain definisi sosiologi keluarga, evolusi bentuk keluarga, peran keluarga sebagai lembaga sosial, teori-teori utama, serta isu-isu seperti cinta, seks, perkawinan, sosialisasi anak, kekerasan dalam rumah tangga, hingga perceraian. Buku ini diterbitkan pertama kali pada Februari 2023, dan ditujukan sebagai bahan ajar maupun referensi untuk akademisi, peneliti, dan siapa saja yang tertarik pada kajian keluarga.

Sosiologi Pendidikan : Memahami Pendidikan Dari Aspek Multiku

Seorang sosiolog pernah menyatakan bahwa kualitas manusia di suatu negara dapat dilihat dari bagaimana sistem pendidikannya berjalan. Pernyataan ini menegaskan bahwa kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh mutu pendidikannya. Tanpa sistem pendidikan yang baik, kemajuan negara menjadi sulit dicapai. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2013 yang mndefinisikan pendidikan sebagai suatu upaya yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk menciptakan proses belajar yang memungkinkan peserta didik mengembangkan potensi spiritual, moral, intelektual, serta keterampilan yang berguna bagi dirinya sendiri, masyarakat, dan negara.

Namun, muncul pertanyaan: apakah sistem pendidikan di Indonesia saat ini sudah sesuai dengan amanat tersebut?

Mengacu pada keragaman yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia, sistem pendidikan semestinya dirancang untuk mencerminkan keberagaman tersebut. Pendekatan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai multikultural sangat diperlukan agar masyarakat dapat hidup rukun dan saling menghargai perbedaan yang ada. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan harus dibangun dengan memperhatikan realitas sosial yang majemuk. Pendidikan berbasis multikultural bukan hanya menjadi sarana untuk memperkuat jati diri bangsa di tengah arus globalisasi, tetapi juga untuk menumbuhkan sikap toleransi dan saling menghormati antarwarga negara.

About the author

Shaza Zahra

Gramedia Literasi