Akademi Angkatan Udara

Profile
  

Akademi Angkatan Udara

Akademi Angkatan Udara (AAU) merupakan perguruan tinggi yang berada di bawah naungan TNI Angkatan Udara (TNI AU) yang berkedudukan di Yogyakarta. Akademi Angkatan Udara didirikan dengan tujuan untuk mencetak lulusan perwira TNI Angkatan Udara. Jika diperhatikan, secara organisasi Akademi Angkatan Udara berada di dalam struktur organisasi TNI Angkatan Udara, di bawah kepemimpinan seorang Gubernur Akademi Angkatan Udara.

Akademi Angkatan Udara mempunyai sejarah yang mengesankan. Pasalnya, sejarah terbentuknya perguruan tinggi kedinasan tersebut merupakan bagian dari momentum saat bangsa Indonesia Indonesia merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Berikut adalah sejarah lengkap dari Akademi Angkatan Udara.

Berawal dari sekolah penerbang TNI Angkatan Udara  yang berdiri pada tanggal 15 Desember 1945 oleh Komodor Muda Udara Adisutjipto di pangkalan udara Maguwo (sekarang Lanud Adisutjipto) Indonesia. Pada saat itu, mereka masih memanfaatkan pesawat-pesawat tua seperti Chureng dan Hayabusha. Meskipun menggunakan pesawat-pesawat tua, sekolah penerbang tersebut terkenal dengan lulusannya yang sukses menjadi penerbang-penerbang handal dan berhasil menggoreskan tinta emas dalam sejarah perjuangan Bangsa Indonesia. Beberapa lulusan dari sekolah penerbang yang dikenal karena kemampuannya, yaitu Prof. dr. Abdulrachman Saleh, Husein Sastranegara, Halim Perdanakusuma, Suharnoko Harbani, Iswahyudi, Soetardjo Sigit dan  Moeljono.

Sebelum itu, pada tanggal 1 Agustus 1921, didirikan sekolah penerbangan pertama di Indonesia yang berkedudukan di Kalijati Subang, Jawa barat. Kemudian, pada tanggal 1 Januari 1940 namanya berubah menjadi penerbangan militer atau militaire luchvaart. Pada saat itu, persyaratan untuk menjadi seorang penerbang adalah lulus dari  akademi Militaire Academy Breda.

Pada saat itu, Letnan Suryadi Suryadarma merupakan lulusan Akademi Militer Breda, oleh karena itu beliau langsung diterima dan menjadi penerbang pengintai. Setelah lulus dari sekolah penerbangan Kalijati beliau mendapatkan tugas untuk menjadi instruktur. Karena kontribusinya, Letnan Suryadi Suryadarma dinyatakan sebagai Bapak AURI dan pada tahun 2001 namanya diabadikan menjadi nama pangkalan udara Kalijati.

Beberapa tahun berikutnya, tepatnya tahun 1939. Sekolah Penerbang Kalijati diintegrasikan dengan Sekolah Pengintai di Lapangan Andir yang terletak di Kota Bandung. Sekolah penerbang tersebut merekrut 10 orang siswa, yang mana lima mahasiswa telah berhasil mencapai taraf KMB (Kleine Militaire Brevet), yaitu Husein Sastranegara, Sulistio dan H. Sujono, dua orang lainnya mencapai taraf GMB (Groote Militaire Brevet) yaitu Adi sutjipto dan Sambudjo Hurip, dan sisanya tiga orang dengan taraf grounded.

Pada tanggal 29 Juli 1946 terjadi sebuah tragedi yang menyedihkan, yaitu Belanda menembak jatuh pesawat Dakota VT-CLAS yang saat itu sedang mengembang misi kemanusiaan. Tragedi terebut menewaskan Agustinus Adisutjipto, Abdulrachman Saleh, dan Adi Soemarmo. Namun, proses belajar mengajar di sekolah penerbang tetap dilanjutkan untuk memperoleh tenaga-tenaga inti Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), yang saat itu umurnya masih bisa dihitung jari, tepatnya satu tahun.

Kemudian, masa clash kedua datang, tepatnya pada tanggal 19 Desember 1948. Belanda kembali dengan pesawat pembom B-25 dan menghancurkan pangkalan udara Maguwo. Dalam proses renovasinya, pimpinan Angkatan Udara memberikan Surat Keputusan Kerja nomor  88/54-IV/II tanggal  27 April 1950, dengan perihal rencana kerja kilat maupun rencana kerja lima tahun. Pedoman kerja pendidikan dan latihan yang diputuskan oleh pimpinan Angkatan Udara Republik Indonesia pada tanggal 11 Desember 1950 berbunyi “bahwa di dalam bidang pendidikan/latihan khusus maupun pendidikan/latihan militer bagi perwira AURI sendiri dan pendatang/pelajar baru, pada suatu waktu akan dipersatukan dalam Akademi Auri”.

Beberapa waktu kemudian, setelah penyerahan kedaulatan oleh Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 1950, Pangkalan Angkatan Udara Andir membuka Sekolah Penerbang Lanjutan (SPL). Sedangkan Komando Pendidikan dan Latihan berada di pangkalan udara Kalijati, Subang.

Pada saat itu, Sekolah Penerbang Lanjutan memiliki tiga angkatan. Angkatan pertama (1950) terdiri dari 10 penerbang militer dan 11 penerbang sipil, di antara penerbang militer tersebut terdapat Bapak Rusmin Nurjadin, menyusul angkatan kedua yang lulus pada tahun 1952 sejumlah 16 penerbang, dari 16 penerbang tersebut terdapat Bapak Ashadi Tjahjadi, Sompil Basuki, dan Suwoto Sukendar. Sedangkan, angkatan ketiga berjumlah delapan orang di antaranya Nurtanio dan Supadio.

Melihat banyaknya jurusan pendidikan perwira Angkatan Udara Republik Indonesia yang diselenggarakan secara terpisah. Maka, melalui surat keputusan Kasau tanggal 11 Desember 1950, seluruh sekolah tersebut disatukan di naungan satu lembaga pendidikan di pangkalan udara Adisutjipto. Pada tanggal 9 April 1960, terdapat momentum bersejarah, yaitu peletakan batu pertama pembangunan Kesatiran Akademi Angkatan Udara oleh Laksamana Muda Udara Aburachman atas nama menteri atau pangau.

Sejalan dengan peletakan batu pertama, pada tanggal 26 Juli 1965 dinyatakan secara resmi sebagai hari berdirinya Akademi Angkatan Udara atau AAU berdasarkan surat keputusan menteri atau panglima angkatan udara nomor: 52 tahun 1965 dan surat keputusan Menteri Angkatan Udara nomor:  32  tahun 1965, Pataka Akademi Angkatan Udara dengan bersemboyan  “Vidya Karma Vira Pakca” yang diresmikan dan diserahkan oleh Presiden Republik Indonesia kepada Komandan Jenderal Akademi Angkatan Udara, Komodor Udara Dono Indarno. Vidya Karma Vira Pakca mempunya arti “setiap perwira lulusan aau dengan berbekal ilmu pengetahuan dan sikap ksatria, siap melaksanakan tugas negara dan bangsa untuk menjaga kedaulatan wilayah dirgantara nasional”..

Sayangnya, pada saat itu terdapat persaingan yang tidak sehat dan semangat Korp yang berlebihan, sehingga mengakibatkan pengintegrasian keempat lembaga pendidikan Akademi Angkatan dan POLRI di bawah satu komando, yaitu AKABRI AAU yang kemudian berubah menjadi AKABRI atau Panglima koti nomor: 185/koti/1965 tanggal 16 Desember 1965 yang sekaligus diperingati sebagai hari jadi AKABRI. Pada saat itu, gagasan penggabungan empat lembaga tersebut, dicetuskan oleh Jenderal Gatot Subroto.

Dengan terbentuknya AKABRI, maka Wing sekolah penerbang mengalami perubahan organisasi. Karena hal tersebut, Wing pendidikan nomor: 1 (Wingdik I) dibentuk kembali pada tanggal 20 Februari 1968. Bersamaan dengan reorganisasi ABRI sejak tanggal 16 Juni 1984, AKABRI bagian Udara kembali ke jajaran TNI AU dengan menyandang nama Akademi Angkatan Udara.

Dalam prosesnya, Akademi Angkatan Udara selalu mengusahakan agar penyelenggaraan kurikulum pendidikannya sesuai dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah pola pendidikan 3-1. Pola 3-1 merupakan pola yang mulai diimplementasikan pada tahun 1986, pola tersebut tersusun dalam program tiga tahun pendidikan di Akademi Angkatan Udara dan satu tahun dasar kecabangan di kesatuan-kesatuan TNI Angkatan Udara.

Demi kurikulum pendidikan yang berkembang, Akademi Angkatan udara mulai menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) pada tahun 1986. Seiring bertambahnya kebutuhan, Akademi Angkatan Udara menetapkan tiga prodi dalam kurikulum pendidikannya, yaitu Aeronautika, Elektronika, dan Administrasi.

Mengingat kebutuhan di bidang teknik industri semakin meningkat, pada tahun 1992 Akademi Angkatan Udara mengubah program studi Administrasi menjadi program studi Teknik Industri, kemudian pada tahun 1999 disesuaikan lagi menjadi program sudi Teknik Manajemen Industri

Demi meningkatkan kualitas pendidikannya dan untuk memenuhi kebutuhan pengawakan organisasi angkatan udara, lembaga pendidikan Akademi Angkatan udara menjalin kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi, antara lain

  1. Universitas Gajah Mada
  2. Institut Teknologi Surabaya
  3. Institut Teknologi Bandung
  4. Universitas Negeri Yogyakarta
  5. Sekolah Tinggi Teknologi Adisucipto

Beberapa waktu kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Panglima TNI, pendidikan Akademi Angkatan Udara bersama TNI angkatan lainnya dikembalikan menjadi empat tahun, yaitu selama 12 bulan pendidikan awal secara integratif dengan taruna matra lainnnya. Perubahan jangka waktu pendidikan tersebut didasarkan dengan keputusan panglima TNI nomor : kep/56/v/2007 tanggal     11 Mei 2007 mengenai perubahan lama waktu pendidikan integratif Taruna Akademi TNI dari 5 bulan menjadi 12 bulan.

Dengan berjalannya waktu, pendidikan Mako Akademi TNI sebagai payung hukum Akademi Angkatan mengajukan permohonan kepada Kementerian Pendidikan Nasional untuk memberikan gelar sarjana bagi lulusan Akademi TNI. Kemudian, berdasarkan berdasarkan keputusan Mendikbud nomor 188/E/O/2012 tanggal  21 Mei 2012, seluruh lulusan Akademi Angkatan Udara telah memiliki gelar sarjana, yang mana pada tahun 2013 disebut dengan sarjana terapan pertahanan dengan gelar S. TR.

Hingga saat ini, Akademi Angkatan Udara telah menghasilkan perwira-perwira angkatan udara yang kompeten dan berkarakter. Selain itu, mahasiswa lulusan Akademi Angkatan Udara telah dikenal dengan sepak terjangnya yang luar biasa. Mulai dari, mengisi jabatan-jabatan dalam struktur organisasi TNI Angkatan Udara, Mabes TNI, terlibat dalam pengabdian TNI Angkatan Udara, hingga berkontribusi dalam Kementerian Pertahanan serta sebagai Menteri Negara.

Visi dan Misi Akademi Angkatan Udara

Visi Akademi Angkatan Udara

Unggul di Bidang Iptek Kedirgantaraan, Melahirkan Pemimpin Berkarakter, Profesional, Modern, Berintegritas dan Berwawasan Kebangsaan.

Misi Akademi Angkatan Udara

  1. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan secara proporsional dalam rangka penguasaan Iptek bidang Kedirgantaraan.
  2. Menyiapkan sarana prasarana pendidikan yang andal dalam mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  3. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan kepemimpinan TNI/TNI AU dalam membentuk karakter dilandasi jiwa juang kepada bangsa dan negara.
  4. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan kemiliteran dengan kurikulum berbasis kompentensi guna menghasilakan lulusan berkemampuan manajeral, berkepribadian prajurit Saptamarga, serta berkesamaptaan jasmani.
  5. Mengembangkan sistem pendidikan, pengkajian secara terus-menerus yang dapat menstimulus inisiatif, inovasi, dan kreativitas lulusan dalam mengantisipasi perubahan maupun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  6. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan iptek kedirgantaraan.
  7. Mengadakan kerjasama dengan instuitusi lain yang berkaitan dengan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang teknologi kedirgantaraan.

Akreditasi Akademi Angkatan Udara: Unggul

Akreditasi merupakan salah satu faktor yang harus dipertimbangkan dengan baik, pasalnya semakin baik akreditasinya maka sistem pendidikan dan fasilitas di perguruan tinggi tersebut semakin terjamin. Akademi Angkatan Udara telah mengantongi akreditasi A berdasarkan Surat Keputusan 1032/SK/BAN-PT/Akred/PT/XII/2020.

Video Profil Akademi Angkatan Udara

Profil Akademi Angkatan Udara dapat disimak di tautan ini.

Jurusan dan Program Studi di Akademi Angkatan Udara

Selama proses belajar mengajar di Akademi Angkatan Udara, mahasiswa diberikan hanya satu kali kesempatan untuk mengulang kelas atau tingkat. Apabila, di tahun berikutnya mahasiswa tersebut tinggal kelas lagi, maka konsekuensinya akan langsung dikeluarkan dari pendidikan karena dianggap tidak mampu dalam mengikuti pendidikan di Akademi Angkatan Udara. Sistem tersebut diberlakukan karena setelah lulus dari Akademi Angkatan Udara mahasiswa akan dilantik oleh Presiden Republik Indonesia untuk menjadi Perwira Remaja dengan pangkat Letnan Dua atau LETDA, serta diberikan gelar Sarjana Terapan Pertahanan atau S. Tr.

Biaya Kuliah di Akademi Angkatan Udara

Seluruh biaya pendidikan mahasiswa Akademi Angkatan Udara sudah ditanggung oleh pemerintah. Mulai dari biaya pendaftaran hingga biaya asrama.

Fasilitas di Akademi Angkatan Udara

Akademi Angkatan Udara merupakan salah satu perguruan tinggi yang terkenal dengan fasilitasnya yang sangat mumpuni dan memadai, berikut adalah fasilitas-fasilitas yang tersedia di Akademi Angkatan Udara:

  1. Perpustakaan
  2. Laboratorium
  3. Auditorium
  4. Ruang Kelas
  5. Asrama
  6. Kantin
  7. Ruang Makan
  8. Aula Besar
  9. Stadion Sasana Krida

Berlangganan Gramedia Digital

Baca majalah, buku, dan koran dengan mudah di perangkat Anda di mana saja dan kapan saja. Unduh sekarang di platform iOS dan Android

  • Tersedia 10000++ buku & majalah
  • Koran terbaru
  • Buku Best Seller
  • Buku Pelajaran SD, SMP, SMA
  • Buku SBMPTN
  • Buku Persiapan Ujian
  • Buku Uji Kompetensi
  • Buku Tes Masuk TNI & Polri
  • Berbagai macam kategori buku seperti buku novel, hobi, motivasi, dan lainnya
  • Baca tanpa koneksi internet

Rp. 89.000 / Bulan

Berlangganan Gramedia Digital

Baca majalah, buku, dan koran dengan mudah di perangkat Anda di mana saja dan kapan saja. Unduh sekarang di platform iOS dan Android

  • Tersedia 10000++ buku & majalah
  • Koran terbaru
  • Buku Best Seller
  • Buku Pelajaran SD, SMP, SMA
  • Buku SBMPTN
  • Buku Persiapan Ujian
  • Buku Uji Kompetensi
  • Buku Tes Masuk TNI & Polri
  • Berbagai macam kategori buku seperti buku novel, hobi, motivasi, dan lainnya
  • Baca tanpa koneksi internet

Rp. 89.000 / Bulan

Biaya Hidup Di Yogyakarta

Biaya Hidup / Bulan

Terendah (Rp. 1.250.000)
Rata-rata (Rp. 600.000)
Tertinggi (Rp 3.000.000)

Pertanyaan Umum Yang Sering Ditanyakan

Apakah di Akademi Angkatan Udara terdapat asrama?

Akademi Angkatan Udara sudah menyediakan asrama gratis untuk mahasiswanya.

Di mana alamat Akademi Angkatan Udara?

Jl. Raya Solo - Yogyakarta, Maredan, Sendangtirto, Kec. Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55281

Spesialisasi
  • Teaching skills
Video

Event