Ardian Syaf, Komikus Gundala Jebolan DC Comics dan Marvel Comics - AUTHOR OF THE MONTH

Ardian Syaf - Senyumnya gampang mengembang. Bicaranya sopan dengan nada suara yang pelan dan ramah. Raut wajahnya tenang. Begitulah sosok Ardian Syaf, komikus Gundala: The Official Movie Adaptation. Komik ini terbit pada awal September 2019 untuk mengiringi perilisan film Gundala garapan sutradara Joko Anwar.

"Sebenarnya lebih dari 50 persen," ujar Aan, panggilan Ardian Syaf, sambil tertawa kecil saat Gramedia.com temui di kantor Bumilangit di bilangan Bintaro, Jakarta, pada Jumat (30/8/2019). Angka yang disebut Aan tersebut mengacu pada besarnya porsi cerita komik yang tidak terdapat dalam film Gundala.

Dengan besarnya porsi cerita itu, maka boleh dibilang komik tersebut ikut menopang ceritanya film Gundala. Aan pun mengatakan komik yang dikerjakannya itu memiliki penggalian cerita yang lebih dalam. Sejak awal proses pembuatan, komik Gundala: The Official Movie Adaptation memang diniatkan untuk membeberkan cerita baru yang tidak ada dalam film.

Untuk menggambar komik ini, Aan lebih dulu dibekali dengan menonton film Gundala versi setengah jadi karena belum ada musik, efek suara maupun visual. Aan mengingat adegan-adegannya tanpa terlalu menaruh atensi pada narasi. Sebab, pegangan utama Aan tetaplah naskah cerita komik yang sudah ditulis Oyasujiwo (editor senior dan penulis di Bumilangit Comics Media).

Karakter Gundala atau Sancaka dalam film garapan sutradara Joko Anwar ini diperankan Abimana Aryasatya. (Foto: Screenplay Bumilangit)

"Jadi setelah baca (komik) ini, akhirnya orang itu jadi justru bersimpati kepada karakter-karakter, meskipun mereka musuh. Karena karakter-karakter itu punya masa lalu yang gelap. Orang jadi paham kenapa dia jadi jahat. Jadi ada penjelasannya," ungkap Aan, yang mengidolakan jagoan Si Buta dari Gua Hantu karena berkarakter kalem, diam, dan misterius ini.

Begitu jadi, komik Gundala: The Official Movie Adaptation menuai pujian dari Joko Anwar. Pihak Bumilangit pun merasa puas dengan gambar-gambar karya Aan (yang sudah diwarnai oleh Doni Cahyono sebagai colorist komik tersebut).

Ardian Syaf Nyaris Menyerah Jadi Komikus

Ardian Syaf dan komik superhero memang sulit terpisahkan. Komik Gundala: The Official Movie Adaptation merupakan buah karya kesekian Aan. Nama dan kiprah pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, ini sudah malang melintang dalam industri komik dunia. Dia sudah ikut melahirkan komik-komik kece yang diterbitkan DC Comics dan Marvel Comics, dua raksasa komik dunia asal Amerika Serikat.

Namun, Aan harus menempuh jalan yang memeras keringatnya supaya bisa dipinang dua raksasa komik itu. Pria kelahiran 39 tahun lalu ini bercita-cita jadi komikus sejak kecil. Pemicunya adalah hadiah komik dari majalah Bobo yang diterimanya kala ia masih duduk di kelas I sekolah dasar. Ayahnya lantas rajin membelikan komik di pasar loak untuk Aan.

Lulus dari Desain Komunikasi Visual Universitas Negeri Malang pada 2004, ia tak langsung menjadi komikus. Atas anjuran temannya, Aan menaruh lamaran di Digital Webbing, situs internasional sekaligus forum komikus sedunia. Dua tahun berselang, tawaran mengerjakan proyek komik tak juga datang dari situs tersebut.

Ardian Syaf banyak menggarap edisi komik terbitan DC Comics sebelum ia terlibat di Marvel Comics. (Foto: M. Fachrio Alhadar)

Toh, kecintaannya pada komik tak luntur. Ia tetap bersedia membuat komik baru kendati tak dibayar. Lagi pula, Aan menganggap kerja pro bono itu dapat melatih keahliannya. Ia juga pernah mengerjakan tata letak Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk siswa SMA. Upahnya Rp 2.500 per halaman.

Pencapaian Aan kala itu sebagai pekerja serabutan sampai membuat ibunya resah. "Dulu, ibu saya pernah khawatir, ’Aan, dari menggambar bisa kerja apa ya’?” ujar Aan, teringat perkataan sang ibu, seperti dikutip Kompas.com.

Ketika sudah nyaris menyerah dan melupakan impiannya menjadi komikus, ia menerima surel dari Catie, seorang penulis naskah komik dari Irlandia. Catie menyampaikan informasi tentang Dabel Brothers Publishing yang sedang mencari penciler untuk menggarap komik Dresden Files.


Baca juga:


Bak jodoh, komik Dresden Files: Welcome to the Jungle nomor 1-4 yang terbit pada 2007 lantas menjadi awal kiprah Aan di industri komik dunia. Dabel Brothers Publishing sendiri merupakan penerbit komik dan novel grafis ternama di Amerika Serikat. Penerbit ini pernah merilis komik dan novel grafis adaptasi novel karangan George R. R. Martin, Orson Scott Card, hingga Dean Koontz.

Karyanya itu langsung mencuri perhatian penggemar dan pengamat komik di dunia. Pada akhirnya, jejak manis di Dresden Files mengantarkan Aan ke DC Comics. Pada 2009, penerbit besar itu dua kali mengontrak Aan secara eksklusif untuk membuat komik-komik superhero. Antara lain, Superman/Batman nomor 68-71, Green Lantern Corps nomor 49-52, Brightest Day nomor 0-25, hingga Batgirl. Honor yang diterima Aan saat itu mencapai 300 dollar AS per lembar komik.

Kritikus Iann Robinson dari CraveOnline pun memuji karya Aan di komik Batgirl. Aan dinilai adaptif dalam menerapkan gaya gambarnya pada bagian-bagian cerita yang berbeda.

Aan lalu digaet raksasa komik satu lagi, Marvel Comics. Di sini, ia ikut melahirkan X-Men: Manifest Destiny: Nightcrawler #1, Captain Britain and MI-13 Vol 1 Nomor 13 dan 14, serta Official Handbook of the Marvel Universe A To Z Update (2010) #1.

Ardian Syaf bersama Doni Cahyono sebagai colorist dalam komik Gundala. (Foto: M. Fachrio Alhadar)

Akan tetapi, Aan tersandung masalah dua tahun silam. Ia dipecat oleh Marvel Comics pada 11 April 2017. Penyebabnya, komikus asal Tulungagung, Jawa Tengah, ini menyisipkan angka "QS: 5:51" dan "212" pada panel dalam komik X-Men Gold #1 yang rilis pada 5 April 2017. Jagat komik pun geger.

Aan, panggilan Ardian Syaf, tak menyangka tindakannya menyisipkan easter egg (pesan tersembunyi) bermakna politik itu malah jadi petaka dan memicu kontroversi di dalam hingga luar negeri.

"Sejak mulai muncul kontroversi itu, saya menyadari situasinya bakal menjadi fatal sehingga berujung pemecatan saya oleh pihak Marvel," kata Aan, seperti dikutip Tirto.id.

Di kancah sosial politik Indonesia, "QS: 5:51" merupakan Surat Al Maidah ayat 51 dalam Alquran yang sempat disebut Gubernur DKI Jakarta (2014-2017) Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dalam pidatonya, sehingga memicu protes massal dari umat Islam di Indonesia. Ia dituduh menistakan agama Islam.

Salah satu demonstrasi besar-besaran umat Islam untuk memprotes dan menuntut Ahok agar dipenjarakan berlangsung pada 2 Desember 2016—yang kemudian disebut "Aksi Damai #212". Di pengadilan, Ahok kemudian divonis hakim hukuman dua tahun penjara pada 9 Mei 2017.

Dalam pernyataan tertulis resminya, Marvel Comics mengatakan: "Karya yang disisipkan dalam X-Men Gold #1 tanpa sepengetahuan. Pesan dalam karya itu tidak mencerminkan pandangan penulis, editor, atau orang lain di Marvel dan bertentangan dengan pandangan inklusif Marvel Comics dan apa yang menjadi pendirian X-Men sejak diciptakan. Karya seni itu akan dihapus di cetakan berikutnya, versi digital, dan lisensi. Kami akan mengambil tindakan disipliner (kepada Ardian Syaf)."

Komik Gundala: The Official Movie Adaptation versi limited edition ludes terjual cepat dalam dua hari. (Foto: Bumilangit/Koloni/m&c! Gramedia)

Aan kemudian meminta maaf ke publik. Ia menyatakan tidak anti-Kristiani ataupun anti- Yahudi. Ia pun meyakini semua kejadian ini menyimpan hikmah lain. "Biarlah ini menjadi pelajaran bagi saya pribadi. Dan untuk yang lain, semoga tidak melakukan hal yang sama kalau tidak siap dengan risiko seperti ini," ucapnya, mengutip Tirto.id.

Ardian Syaf dan Kelokalan Karyanya

Ardian Syaf atau yang akrab disapa Aan menjadi salah satu orang di balik pembuatan tokoh Gundala. Yap, Aan lah yang menjadi komikus Gundala: The Official Movie Adaptation. Komik yang dibuat berasarkan naskah film Gundala, yang tayang di bioskop yang tayang akhir Agustus 2019 lalu.

Karir Aan memang bukan terbilang sudah panjang didunia pembuatan komik. Ia juga pernah dengan DC Comics dan juga Marvel Comics. Namun, seperti diketahui, ia sempat tersandung masalah beberapa tahun silam, seperti yang sudah sempat di bahas di artikel Author of the Month bagian pertama.

Setelah pemecatan itu, Ardian Syaf sempat menunduk sebentar dari hiruk-pikuk industri komik. Namun, tawaran untuk menggarap komik malah tak surut, baik dari dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah Bumilangit. Aan lantas bergabung dengan Bumilangit dan mengerjakan seri komik Mandala Golok Setan yang terbit secara digital di fanpage Facebook Bumilangit.


Baca juga: 5 Fakta Abimana Aryasatya Pemeran Tokoh Jagoan Gundala


Dan, pada Februari 2019, ia mulai mengerjakan komik Gundala: The Official Movie Adaptation yang berlangsung selama empat bulan. Komik ini kemudian diterbitkan Bumilangit bekerja sama dengan Koloni, imprint dari m&c! Gramedia yang khusus menerbitkan komik lokal.

"Basic style saya itu DC Comics dan Marvel Comics, karena sudah terbiasa menggambar dengan style mereka itu. Tapi untuk Gundala ini kan komik Indonesia, jadi saya berusaha melepaskan ciri khas bahwa tokoh superhero itu harus kekar kayak binaraga. Saya sesuaikan dengan postur orang Indonesia. Ada yang kecil, kurus, kekar, dan ada juga yang berotot," jelas Aan kepada Gramedia Digital.

Selain itu, untuk menjaga kelokalan dan kekhasan kehidupan masyarakat Indonesia, Aan juga menampilkan elemen-elemen tertentu dalam gambar komik di Gundala. Antara lain bangunan warung yang mudah kita jumpai pada pemukiman dan pasar-pasar tradisional di Indonesia.

Ardian Syaf mengidolakan karakter Si Buta dari Gua Hantu. (Foto: M Fachrio Alhadar)

Komik Gundala: The Official Movie Adaptation diterbitkan dalam dua versi. Pertama, versi terbatas yang dicetak 300 eksemplar dengan gambar sampul watercolor style dan memuat tanda tangan para kreatornya. Kedua, versi reguler yang dicetak 4.000 eksemplar.

“Komik yang limited version dalam waktu dua hari sejak peluncurannya sudah habis. Sedangkan yang versi reguler saya dengar sudah mau masuk cetakan kedua,” ucap CEO Bumilangit Bismarka Kurniawan di Jakarta pada Sabtu (7/9/2019), seperti dikutip Beritagar.id.

Dengan laris manisnya komik Gundala: The Official Movie Adaptation ini, daftar karya sukses bikinan Ardian Syaf pun makin panjang. Walau demikian, sebagai komikus superhero, ia masih menyimpan sejumlah impian. Salah satunya menciptakan jagoan asli Indonesia.

“Kalau ini bukan superhero, tapi saya ingin menciptakan tokoh seorang penjaga hutan lindung atau taman nasional. Karena saya prihatin dengan perburuan hewan langka. Jadi saya ingin ciptakan penjaga hutan yang punya pesawat terbang dan dia seorang petualang juga,” ucap Aan, sembari mengembangkan senyumnya. (*)



Sumber foto header: M. Fachrio Alhadar/Gramedia.com