(REVIEW BUKU) Rainbirds: Antara Kisah Pembunuhan dan Penemuan Jati Diri

Bayangkan bagaimana rasanya, jika kakak satu-satunya yang kita miliki tiba-tiba meninggal dunia. Mengenaskannya, kematian itu akibat pembunuhan dengan cara yang sadis. Tubuhnya dipenuhi luka tusukan pisau.

Itu lah yang harus dihadapi oleh Ren Ishida. Pada 1994, ia harus menghadapi kenyataan, sang kakak, Keiko Ishida, meregang nyawa karena tusukan bertubi-tubi yang memenuhi tubuhnya.

"Keiko Ishida selalu memedulikan orang lain dan sangat disukai. Menurutku tidak ada yang cukup membenci Keiko sampai harus membunuhnya dengan cara yang begitu mengerikan. Atau selama ini aku salah tentangnya? Kalau saja aku berusaha lebih keras untuk mengenal kakakku, mungkinkah nasibnya akan berbeda?"

Kutipan di atas, diambil dari novel Rainbirds, karya Clarissa Goenawan. Seperti yang sudah disebutkan di awal, novel ini berkisah tentang Ren Ishida yang harus menghadapi kematian sang kakak yang tiba-tiba, karena dibunuh.

Pembunuhan itu bukan karena pencurian, dan karena itu lah membuat Ren semakin bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi. Padahal, tiga hari sebelum sang kakak tewas, Ren masih bertukar kabar melalui telepon dengan Keiko.

Cerita pun berlanjut di sebuah kota fiktif yang diciptakan oleh sang penulis novel ini. Kota itu bernama Akakawa, yang dikisahkan terletak di salah satu sudut di Negeri Sakura, Jepang.

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh Clarissa (@clarissagoenawan) pada

Ren terpaksa hijrah ke Akakawa, kota tempat Keiko menetap. Ia mau tak mau ke sana demi mengurusi jenazah sang kakak. Serta harus menemui pihak kepolisian, mengingat Keiko meninggal karena pembunuhan.

Tak cuma menanti titik terang dari kepolisian, Ren bertekad mengungkap sendiri misteri di balik kematian Keiko Ishida. Lalu apakah novel ini bergenre thriller? Atau misteri? Akan kah ada bagian arwah Keiko Ishida muncul memberi tahu semua yang terjadi?

Mungkin ada benarnya novel ini bergenre thriller, namun novel ini begitu tenang dan menghanyutkan. Tak ada kesan diburu-buru, tak ada tegang berlebihan, menyeramkan atau mengerikan. Meski memang meninggalkan banyak pertanyaan di tengah kisah, semua perjalanan terasa begitu apa adanya, namun juga membentuk pola yang rapi.

Kehilangan Keiko membuat Ren kembali mengingat semua kenangan masa kecilnya yang terbilang kurang menyenangkan. Orangtua yang tak pernah akur, membuat Ren hanya memiliki Keiko. Keiko yang selalu ada untuknya.


Baca juga:


Rasa ikatan yang kuat itu membuat Ren semakin tertantang untuk mengungkap misteri kematian sang kakak. Yang kemudian membawanya bertemu dengan Seven Stars. Wanita muda yang nantinya akan menjadi kunci penting dalam petualangan Ren.

Di sisi lain, kedekatan Ren dan Keiko sejak kecil justru terasa aneh bagi Ren. Di balik hubungan persaudaraan mereka yang rukun, Ren baru menyadari, dia tak pernah tahu apa-apa tentang sang kakak. Kenyataan itu membuatnya bingung.

Selama ini Keiko selalu menjadi pendengar setia kisah hidup Ren, termasuk kisah cinta Ren yang berliku. Namun Ren tak pernah mendengar kisah Keiko. Ren pun tak pernah menanyakan apa-apa, apalagi percintaan Keiko. Dia selalu percaya sang kakak baik-baik saja dengan hidupnya.

Lihat postingan ini di Instagram

Sebuah kiriman dibagikan oleh Clarissa (@clarissagoenawan) pada

Di tengah kebingungan itu, ada saja jalan yang membawa Ren menguak kehidupan sang kakak sebelum tewas ditikam. Bertemu dengan Honda, rekan kerja Keiko dan juga bertemu Tuan Katou, induk semang sang kakak. Orang-orang di sekelilingnya itu membuka jalan tentang titik terang pembunuhan Keiko Ishida.

Namun, semakin dekat dengan jawaban di balik misteri kematian sang kakak, semakin muncul pertanyaan yang menggantung di benak Ren: entah mengapa sejak usaha mengungkap kematian Keiko berjalan, Ren selalu memimpikan sosok yang sama. Siapa dia?

"Begitu kau menemukan petunjuknya, segalanya akan menjadi jelas."

Kalimat itu diucapkan si Kucir Dua dalam salah satu mimpi Ren. Si Kucir Dua ini lah sosok yang selalu hadir dalam mimpi-mimpi Ren semenjak pindah ke Akakawa.

Terasa rumit namun Clarissa Goenawan dengan apik mengemas jalan keluar secara runut, satu per satu. Untuk ukuran novel debut, Rainbirds menawarkan jalan cerita dengan akhir kisah yang kumplit. Ibarat sukses menyusun puzzle yang awalnya tak beraturan.

Petualangan Ren pada akhirnya bukan hanya membuka tabir misteri pembunuhan sang kakak. Namun juga mengungkap sisi kelam keluarganya yang tak pernah ia ketahui. Petualangan Ren membawa dirinya menemukan jati diri yang sesungguhnya.

Semua disajikan oleh Clarissa Goenawan dengan pelan namun pasti. Tak ada yang tergesa-gesa. Semua pintu jawaban terbuka sesuai urutan dan waktu yang pas. Tak heran jika novel Rainbirds ini berhasil terpilih sebagai The Winner of Bath Novel Award 2015.

Tak cuma cerita yang menjerat pembaca hingga akhir, latar dan atmosfer Jepang yang kuat serta sosok Ren Ishida yang terasa nyata, juga menjadi nilai plus untuk novel yang sudah diterjemahkan ke lebih dari 12 bahasa ini.

Di luar kisah pembunuhan yang bikin penasaran, pastinya ada saja yang bertanya-tanya, sebenarnya apa hubungannya judul bukunya dengan kisah pembunuhan Keiko? Untuk menjawab pertanyaan itu, memang harus membaca sendiri kisahnya hingga tuntas.

Buat yang suka kisah thriller dengan ritme yang intens, sepertinya buku ini kurang tepat. Tapi tak ada salahnya dijadikan pilihan, sebagai penjeda, atau momen rehat menikmati kisah thriller dengan alur yang lebih santai.

Penasaran dengan kisah Ren Ishida secara utuh? Langsung baca selengkapnya di Gramedia Digital.

Rainbirds

Penulis: Clarissa Goenawan
Penerjemah: Lulu Fitri Rahman
Penyunting: Barokah Ruziati
Jumlah Halaman: 400
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Dapatkan e-book-nya di sini >>


Sumber foto header: Clarissa Goenawan Instagram