Mengapa Kita Sering Salah Paham: Pelajaran Tentang Hubungan dari Eric Barker
Coba pikir deh, Grameds, seberapa sering kamu pernah salah paham cuma gara-gara hal kecil? đââď¸
Jadi mikir negatif karena pesan yang lama dibalas, berburuk sangka karena nada lawan bicara yang terdengar dingin, atau langsung mencium aroma kebencian dari ekspresi wajah yang kamu tafsir sendiri.
Padahal, bisa jadi semuanya nggak seperti yang kamu bayangkan. Kadang, kita terlalu cepat menyimpulkan tanpa benar-benar meresapinya.
Di dunia yang serba cepat seperti sekarang, kita terbiasa ingin langsung tahu, langsung paham, langsung bereaksi. Tapi di situ juga sering muncul celah yang bikin hubungan terasa jauh. Bukan karena kurang perhatian, tapi karena kurang waktu buat benar-benar memahami. âđ
Nah, dari permasalahan itulah, buku Mengapa Kita Sering Salah Paham karya Eric Barker hadir sebagai ajakan lembut untuk berhenti sejenak. Barker mengajak kita melihat ulang cara berinteraksi dengan orang lainâdari hubungan cinta sampai persahabatanâlewat panduan yang berangkat dari riset ilmiah, tapi disampaikan dengan gaya yang ringan dan jenaka.
Penasaran dengan apa saja yang akan tersaji dalam bukunya? Yuk, kita bahas bareng-bareng lewat artikel ini! đ˘
Sekilas Tentang Mengapa Kita Sering Salah Paham?
Bisakah kamu menilai buku dari sampulnya?
Apakah sahabat di kota bukanlah benar-benar sahabat sejati?
Benarkah cinta menaklukkan segalanya?
Dalam Mengapa Kita Sering Salah Paham, Eric Barker menyelami berbagai pepatah kuno dengan memanfaatkan sains untuk mengungkap kebenaran tentang tentang hubungan manusia. Dengan menggabungkan cerita yang menarik dan humor, juga dobrakan terhadap pandangan konvensional, Barker menjelaskan apa saja kesamaan teknik negosiasi sandera dan pertengkaran dalam pernikahan, bagaimana seorang penipu ulung berbohong untuk mencapai karier sepakbola profesional selama 20 tahun, dan mengapa orang-orang yang memiliki pandangan yang sangat bertentangan dengan pandangan kita sebenarnya berpotensi menjadi teman terdekat dan paling terpercaya.
Buku ini penuh dengan kisah-kisah yang patut diacungi jempol, tentang detektif wanita terhebat yang pernah hidup, pembohong paling sukses yang pernah membuka mulutnya, kuda-kuda genius, pertapa pencuri, bahaya ingatan yang sempurna, dan plasebo.
Dengan memanfaatkan bukti terbaik yang tersedia, Barker menganalisis berbagai sisi masalah sebelum memberikan kesimpulan. Apa yang ia temukan mengejutkannya, berlawanan dengan intuisi, dan akan mengubah cara kamu berinteraksi dengan orang-orang di sekitar kamu; tepat saat kamu sangat membutuhkannya.
Biar Gak Salah Paham, Kenalan Dulu sama Penulisnya!

Eric Barker dikenal lewat gaya berceritanya yang cerdas dan ringan, memadukan sains dengan humor tanpa terasa kaku. Ia memulai perjalanannya di University of Pennsylvania, sebelum menapaki dunia hiburan di Hollywoodâtempat di mana ia menemukan bahwa pengetahuan ilmiah dan kelucuan ternyata bisa saling melengkapi.
Barker punya cara unik untuk membahas topik serius tanpa kehilangan keluwesan. Lewat blog terkenalnya, Barking Up the Wrong Tree, ia berbagi pandangan dan riset tentang bagaimana cara menjalani hidup dengan lebih bijak tanpa kehilangan sisi manusiawinya. Kini, lebih dari 500.000 orang telah berlangganan buletinnya setiap minggu.
Buku debutnya yang berjudul sama dengan blog tersebut sukses menjadi best seller versi Wall Street Journal, diterjemahkan ke dalam 18 bahasa, dan mengantarkannya berbicara di panggung-panggung bergengsi seperti MIT, Yale, Google, NASDAQ, hingga Pusat Pelatihan Olimpik.
Baca juga: Sepucuk Surat dari Hindia Belanda: Saat Imajinasi Membuka Gerbang ke Masa Lalu
Mulai Kurangi Salah Paham dengan Penawaran Spesial!
Kalau kamu merasa sudah waktunya memahami orang lain dengan cara yang lebih bijak, buku ini bisa jadi titik awal yang tepat. Apalagi, Gramedia lagi ada special offer Mengapa Kita Sering Salah Paham?
Dengan harga Rp100.000 kamu berkesempatan untuk lebih paham soal interaksi manusia dan mendapatkan bonus stiker set yang bisa kamu pajang untuk senantiasa membuatmu teringat!
Periode hanya berlangsung selama 25 sampai 31 Oktober 2025 aja ya Grameds! So, jangan sampai ketinggalan!
Bacalah Buku Ini dan Katakan Bye, Bye Salah Paham!
Buat kamu yang sering salah paham atau merasa tidak dipahami, sepertinya perlu untuk melirik kumpulan buku yang ada di bawah ini deh. Soalnya, buku ini tuh bisa membantu kamu untuk lebih memahami setiap interaksi yang terjalin di antara kamu. Yuk, cek koleksinya di sini!
1. Wild, Willing, and Wise â HeatherAsh Amara
Di kehidupan yang semakin penuh tekanan, banyak dari kita yang salah memahami tentang siapa diri kita sebenarnya. Kita menjalani hidup dengan jalan yang tidak selaras dengan hati, terus mencoba âmenyesuaikan diriâ alih-alih menyatu dengan kekuatan sejati di dalam diri. Buku ini hadir sebagai panduan yang membebaskan, relevan bagi siapa pun yang tengah mencari keutuhan batin dan arah hidup yang bermakna.
HeatherAsh Amara memperkenalkan tiga energi utama dalam diri kitaâWild, Willing, dan Wiseâsebagai kunci untuk memahami dan menyeimbangkan kehidupan kita. Energi Wild membawa kita pada kreativitas dan kelimpahan yang sering terlupakan, energi Willing menghidupkan keberanian untuk mengambil langkah, dan energi Wise mengajarkan kita untuk bersyukur dan menyerah pada kebijaksanaan yang lebih besar. Lewat gaya bertutur yang hangat dan membumi, ia mengajarkan kepada kita cara menyeimbangkan ketiga energi tersebut untuk menemukan kebebasan dan keselarasan batin.
Buku ini bukan buku teori atau nasihat yang mengguruiâmelainkan teman seperjalanan yang mendampingi kita memahami luka, potensi, dan kekuatan sejati dalam diri. Mengajak kita menyelami perjalanan reflektif melalui cerita pribadi, kuis pemahaman diri, latihan-latihan sederhana, dan visualisasi yang bisa dilakukan di rumah. Sangat direkomendasikan bagi siapa saja yang ingin menyembuhkan diri, menemukan kembali kekuatan batin, dan menjalani hidup secara autentik.
2. The Logical Fallacies â Siti Nur Indasah
Logical fallacy adalah kesalahan dalam menular sesuatu pemikiran secara logis. Saat ini kesalahan berlogika sering terjadi karena berasal dari asumsi yang keliru. Lalu apakah dampak logical fallacy dalam kehidupan sehari-hari? Apakah akan ada yang dirugikan jika seseorang terjebak dalam logical fallacy? Bagaimana sebaiknya menghindarkan diri agar tidak masuk dan terjerumus dalam logical fallacy? Akankah ada trik dan cara khusus untuk dapat menghindari logical fallacy dalam kehidupan sehari-hari?
Di dalam buku ini akan dibahas secara lebih detail macam-macam logical fallacy beserta contoh real yang sering kita temui di kehidupan sehari-hari atau bahkan yang mungkin belum banyak diketahui. Selain itu, buku ini juga membahas tentang hubungan logical fallacy menjadi pemikir kritis. Buku ini menjadi salah satu ikhtiar yang dapat kita lakukan untuk menghindarkan generasi masa depan yang lemah akan literasi sehingga harapannya dapat menjadi generasi yang memiliki kecerdasan optimal.
3. Mendaki Tangga yang Salah â Eric Barker
Kesuksesan sering kali kita bayangkan seperti mendaki tangga tinggi. Semakin ke atas, semakin dekat dengan tujuan. Tapi bagaimana kalau ternyata kita selama ini mendaki tangga yang salah? Dalam buku Mendaki Tangga yang Salah, Eric Barker mengajak pembacanya meninjau ulang seluruh konsep tentang kesuksesan yang selama ini dianggap mutlak. Ia menyajikan berbagai penelitian dan kisah nyata tentang bagaimana keputusan kecil dalam hidup bisa berpengaruh besar terhadap pencapaian kita, termasuk soal keseimbangan antara: karier, kehidupan pribadi, dan makna kebahagiaan itu sendiri.
Dengan gaya bertutur yang ringan dan jenaka, Barker membongkar mitos-mitos lama tentang kesuksesan yang terdengar masuk akal, tapi ternyata keliru. Ia menyoroti fenomena menarik seperti mengapa murid paling pintar jarang jadi miliarder, atau bagaimana kelemahan terbesar justru bisa menjadi sumber kekuatan. Lewat contoh tak terdugaâmulai dari anggota geng, bajak laut, sampai pembunuh berantaiâBarker menunjukkan bahwa kerja sama, bukan kompetisi, sering kali jadi kunci utama keberhasilan.
Lebih dari sekadar buku motivasi, Mendaki Tangga yang Salah adalah panduan reflektif untuk menemukan arti sukses versi kita sendiri. Barker mengajak pembaca berhenti menebak-nebak rahasia keberhasilan orang lain, dan mulai merancang kehidupan yang benar-benar kita inginkan. Dari filosofi Buddha hingga pelajaran dari Genghis Khan, dari kesalahan Einstein hingga kisah Spider-Man, setiap halaman buku ini mengingatkan bahwa jalan menuju sukses tidak selalu lurus ke atas; kadang, langkah terbaik justru dimulai dari berani menuruni tangga dan memilih arah baru.
4. Nunchi: Seni Membaca Pikiran dan Perasaan Orang Lain â Euny Hong
Pernah merasa suasana di ruangan berubah tanpa tahu sebabnya? Atau tahu seseorang sedang kesal meski ia tak berkata apa pun? Kemampuan menangkap hal-hal semacam itu disebut Nunchi, seni khas Korea untuk membaca perasaan dan pikiran orang lain. Dalam Nunchi: Seni Membaca Pikiran dan Perasaan Orang Lain, Euny Hong mengurai konsep berusia ribuan tahun ini menjadi panduan praktis untuk hidup dengan lebih peka dan selaras dengan sekitar.
Selama lebih dari 5.000 tahun, nunchi dipercaya menjadi bagian penting dari budaya Korea, bahkan dianggap membantu kemajuan bangsa itu sendiri. Hong menjelaskan apa itu nunchi, mengapa sering sulit diterapkan, hingga bagaimana memanfaatkan âdua mata, dua telinga, dan satu mulutâ untuk memahami orang lain dengan lebih bijak. Ia juga menautkan filosofi nunchi dengan praktiknya di kehidupan modernâdari interaksi kerja, pertemanan, sampai keluarga.
Lebih dari teori, Nunchi mengajarkan seni memperhatikan sebelum berbicara. Dengan kecermatan dan empati, kita bisa membangun hubungan yang lebih hangat dan harmonis. Di tengah dunia yang serba cepat dan bising, nunchi hadir sebagai pengingat lembut bahwa memahami orang lain dimulai dari kemampuan untuk benar-benar mendengarkan.
5. Ragam Akalbudi: Memahami Kesadaran â Daniel C. Dennet
Perkembangan ilmu pengetahuan membuka banyak pintu. Mulai dari penemuan teknologi canggih, sampai pertanyaan-pertanyaan paling dasar tentang siapa kita. Teknologi seperti kecerdasan buatan, nanoteknologi, dan komputasi kuantum muncul dari upaya panjang menyingkap tabir realitas. Akan tetapi, sebelum melompat ke aplikasi, ada pertanyaan yang mesti direnungkan, apa sebenarnya yang kita maksud dengan akal budi atau kesadaran?
Di Ragam Akalbudi: Memahami Kesadaran, Daniel C. Dennett menghadirkan analisis yang padat dan jernih tentang persoalan itu. Dengan memadukan filsafat, biologi saraf, teori evolusi, dan gagasan kecerdasan buatan, Dennett mengurai bagaimana akal budi muncul, berfungsi, dan berhubungan dengan bahasa, pengetahuan, serta pengalaman penderitaan. Bahasannya disusun rapi dalam enam bab yang saling melengkapi, membawa pembaca dari konsep dasar hingga implikasi paling kontemporer.
Buku ini cocok buat yang ingin berpikir kritis tentang apa artinya sadar, apakah itu monopoli manusia, atau mungkin juga dimiliki oleh hewan, tumbuhan, bahkan mesin di masa depan. Dennett tidak memberi jawaban mudah, melainkan alat berpikir; cara menanyakan, menilai bukti, dan menalar. Hasilnya, pembaca diajak ikut menelusuri ragam kemungkinan tentang akal budi dengan pendekatan yang ilmiah sekaligus filosofis.
Pada Akhirnya,
Kesalahpahaman adalah bagian kecil yang sering jadi besar dalam hubungan manusia. Terkadang, kita berdebat bukan karena benar-benar berbeda pandangan, tapi karena ingin didengar dengan cara yang salah. đ¤Śââď¸
Kita menebak isi hati orang lain, menafsir nada bicara, atau menyimpulkan perasaan dari gestur yang belum tentu bermakna apa-apa. Dari situlah jarak mulai tumbuh. Pelan, tapi nyata. đŻ
Lewat Mengapa Kita Sering Salah Paham, Eric Barker mengajak kita menurunkan nada, menunda penilaian, dan melihat ulang cara kita berhubungan. Ia tidak menawarkan resep instan; melainkan cermin yang jujur. Bahwa, memahami orang lain dimulai dari keberanian untuk tidak selalu merasa paling tahu. Dalam hubungan apa pun. Entah itu cinta, pertemanan, atau rekan kerjaâterkadang yang dibutuhkan hanyalah ruang kecil untuk sejenak hening dan benar-benar mendengar.
Mungkin di situlah kunci agar kita bisa kembali terhubung. Dengan sedikit waktu, lebih banyak empati, dan keberanian untuk mengakui bahwa kadang kita memang salah paham. Dari situlah, pengertian justru tumbuh. Perlahan, tapi lebih tulus. đ
Baca juga: Hidup Terasa Berat? Karya Shunmyo Masuno Siap Memelukmu Erat
⨠Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial lainnya dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤾ď¸
Temukan di Sini!
Baca Artikel Lainnya di Sini!
Dapatkan Promonya di Sini!
Dapatkan di Sini!
Dapatkan di Sini!
Dapatkan di Sini!
Dapatkan di Sini!
Dapatkan di Sini!
Temukan Semua Promo Spesial di Sini!