Menerka Pendewasaan & Menemukan Jalan Pulang bersama Ayah, Ini Arahnya Ke mana Ya?

Menerka Pendewasaan & Menemukan Jalan Pulang bersama Ayah, Ini Arahnya Ke mana Ya?

Sosok Ayah itu ibarat seorang nakhoda dalam bahtera rumah tangga. Ia yang menuntun arah, menjaga keseimbangan, dan jadi tempat anak-anaknya berpegang di tengah ombak kehidupan. Di mata seorang anak, Ayah adalah pemandu jalan. Ia panutan, yang diam-diam dijadikan kompas untuk menatap masa depan. ⛵

Tapi bagaimana jika sang nakhoda kehilangan dayanya? Atau bahkan tak pernah benar-benar hadir di geladak kapal?

Di titik itulah muncul kondisi yang disebut fatherless. Kondisi yang muncul saat seorang anak tumbuh tanpa kehadiran sosok ayah, baik secara fisik maupun emosional.

Fatherless bisa terjadi tanpa kehilangan sosok ayah karena perceraian atau kematian terlebih dahulu. Kadang, Ayah tetap ada di rumah, tapi raganya saja yang tinggal; hatinya tersesat di pekerjaan atau pikirannya terhanyut dalam ambisi. Akibatnya, anak kehilangan arah, kehilangan pijakan untuk mengenal diri dan dunia.

Dalam tumbuh kembang anak, kondisi ini punya dampak besar. Malahan, bisa memicu hal-hal seperti krisis identitas, luka batin, dan kesepian yang sulit dijelaskan.

Isu inilah yang coba diangkat Khoirul Trian lewat buku Ayah, Ini Arahnya Ke Mana, Ya?. Sebuah perjalanan yang mencoba menjawab satu pertanyaan yang bikin meringis, kalau Ayah tak lagi bisa jadi arah, bagaimana caranya kita pulang?

Kira-kira akan dikemas seperti apa ya isi bukunya? Yuk, intip sedikit soal kisahnya dalam artikel ini! ⚓


Ini Sinopsis Bukunya!

ayahTemukan di Sini!

Ayah, Ini Arahnya ke Mana, ya? adalah buku yang mengangkat isu fatherless dan kehilangan. Buku ini hadir untuk kamu peluk dengan rasa rindu kepada seseorang yang sudah pergi. Mengisahkan seorang anak yang kehilangan sosok Ayah dan tidak tahu arah hidupnya akan ke mana. Ketika membaca buku ini kamu akan merasa bahwa ternyata hidup tanpa sebuah arahan dari seseorang yang sudah kita jadikan nakhoda memang sangat berat dan melelahkan. Namun, hidup harus tetap berjalan sebagaimana mestinya.

Melalui buku ini, kamu juga akan menemukan eksperimen baru berupa interaksi yang menarik pada halaman aktivitas yang diberikan. Emosional pembaca akan diajak naik turun sampai pada titik ikhlas akan berjalannya hidup. Buku ini akan lebih mengajarkan kalian untuk bersyukur apabila sosok Ayah atau panutan kalian dalam hidup masih ada.


Baca juga: Sastra yang Gelisah: Humanisme Feminis dalam Dunia Okky Madasari


Serpihan Hati dari Sang Penulis

“Ayah, ternyata benar, ya. Setelah dewasa kita semua harus punya banyak uang. Harus bekerja Lebih keras lagi, harus bertarung dengan isi kepala sendiri. Harus menyampingkan banyak keinginan untuk sekadar tetap bertahan hidup sampai bertemu pagi lagi.”
“Ayah, setelah dewasa aku bertemu banyak orang yang menyakitkan dalam hidup dan kali ini aku gak punya banyak keberanian untuk melawannya.”
“Ayah, kadang aku kalah, kadang aku kuat, kadang semuanya terjadi begitu saja dengan penuh pura-pura yang aku coba kesampingkan rasa sakitnya.”
“Ayah, hari ini aku kesepian dan gak tahu harus lari ke mana lagi. Ayah, ini arahnya ke mana, ya? Anak kecil ini kehilangan jalan pulangnya.”

Kalimat-kalimat seperti ini menyayat karena terasa begitu nyata. Trian menulis dari tempat yang personal. Dari kegelisahan, dari keheningan setelah kehilangan, dari proses panjang menjadi dewasa tanpa pemandu.

Serpihan kata ini hadir serupa pelukan untuk menemani siapa pun yang merasakan hal serupa.

kumpulanBaca Artikel Lainnya di Sini!


Yuk, Kenalan sama Penulisnya!

Khoirul Trian, penulis asal Lampung yang lahir tahun 1998 ini akrab dipanggil Trian. la aktif sebagai konten kreator yang suka memvisualisasikan kisah-kisah manusia dalam video narasi sederhana. Selain itu, ia juga aktif menulis puisi dan naskah film pendek yang ia amati dari banyaknya kegagalan dalam hidup manusia. Harapannya, agar tidak ada lagi manusia yang merasa gagal sendirian.

Dalam kiprahnya di dunia kepenulisan, ia terhitung pernah menerbitkan beberapa buku, yaitu: Ada Duka di Bawah Telapak Kaki Ibu, Anak Kecil yang Kehilangan Pundaknya, dan Dari Aku yang Hampir Menyerah; serta Jujur, Ini Berat.


Rasakan Kehangatan Bukunya Dengan Harga Spesial!

Yup, buat kamu yang tertarik untuk membaca hangatnya setiap cerita yang tertera dalam buku Ayah, Ini Arahnya Ke Mana Ya?, kamu bisa merasakan pelukannya lewat Pre-Order di Gramedia! 😍

Dengan harga spesial Rp95.000, kamu sudah bisa mendapatkan buku beserta bonus berupa tanda tangan penulis, bookmark, stiker, dan surat spesial untukmu. Wah, banyak banget yaa!

promoDapatkan Promonya di Sini!

Penawaran ini hanya berlangsung selama tanggal 1 sampai 7 November 2025 aja ya!


Hadapi Pendewasaan Bersama Bacaan yang Menguatkan!

Pendewasaan itu nggak pernah mudah. Tapi lewat bacaan yang hangat, kamu bisa belajar berdamai dengan banyak hal seperti kehilangan, kesepian, dan perjalanan mencari arah.

Nah, berikut beberapa buku pilihan yang bisa menemani langkahmu:

Bu, Aku Ingin Pulang, Tapi Ke Mana? – Reza Mustopa

ayahTemukan di Sini!

Ada waktu-waktu dalam hidup ketika kehilangan terasa seperti kehilangan arah. Reza Mustopa menulis kisah seorang anak yang ditinggalkan ibunya, lalu tumbuh sendirian di dunia yang keras dan penuh tekanan. Ia merantau, bekerja, dan mencoba bertahan, tapi di setiap langkah selalu ada rasa kosong yang menunggu di ujung hari.

Buku ini seperti catatan hati yang disusun dari rindu dan kelelahan. Reza bercerita seolah sedang memanggil ibunya dari kejauhan. Ia membahas beberapa hal tentang betapa sulitnya menjadi dewasa tanpa tempat pulang, tentang bagaimana rumah kini hanya tinggal kenangan dalam kepala. Setiap kalimatnya jujur, pelan, dan menyentuh sisi rapuh yang sering kita sembunyikan.

“Bu, aku ingin pulang, tapi ke mana?” adalah pertanyaan yang mungkin pernah kamu rasakan diam-diam. Untuk siapa pun yang sedang mencari arti rumah, buku ini bisa jadi teman sunyi di tengah perjalanan pulang yang tak lagi sama.


Baca Buku Ini Saat Engkau Lelah – Munita Yeni

ayahTemukan di Sini!

Ada kalanya hidup bikin kita merasa runtuh, lelah, bahkan ragu pada diri sendiri. Buku karya Munita Yeni ini hadir sebagai teman yang mengerti perasaan itu. Dengan bahasa sederhana, ia menuliskan pengalaman dan refleksi tentang bagaimana menghadapi tekanan mental, rasa tidak percaya diri, hingga perasaan bahwa diri ini tidak cukup.

Setiap hal yang sering kita alami sehari-hari dikemas lewat kisah nyata yang dekat, sehingga pembaca merasa tidak sendirian. Ada cerita dari orang-orang yang juga pernah jatuh, meragukan dirinya, lalu perlahan bangkit kembali. Dari sana, kita bisa menemukan pelajaran yang bisa dibawa pulang—tentang cara berdamai dengan diri sendiri dan berani melangkah lagi.

Yang membuat buku ini istimewa adalah energi positif yang dibawanya. Ia mengingatkan bahwa lelah itu wajar, asal jangan berhenti. Kita diajak untuk lebih bersyukur, lebih peduli pada diri sendiri, dan pada akhirnya, lebih mencintai hidup kita. Cocok untuk siapa saja yang butuh semangat baru di tengah perjalanan hidup.


Life as I Know It – Emte

ayahTemukan di Sini!

Kesendirian sering dianggap menyedihkan, padahal bisa jadi justru membebaskan. Inilah yang ditawarkan Life as I Know It, karya ilustrator berbakat Emte. Buku ini penuh dengan ilustrasi berwarna yang indah, tanpa teks, tapi sarat makna.

Melalui visualnya, Emte mengajak pembaca untuk merayakan momen-momen sederhana saat sendirian. Menyusuri kota baru, makan sendirian di restoran, atau menonton film tanpa harus peduli komentar orang lain. Semua aktivitas itu ditampilkan sebagai pengalaman personal yang membahagiakan, bukan sesuatu yang harus dihindari.

Dengan gaya artistiknya, Emte menunjukkan bahwa kesendirian bisa menjadi ruang untuk lebih dekat dengan diri sendiri. Life as I Know It adalah buku yang ringan, estetis, tapi tetap menyimpan pesan kuat: tidak apa-apa sendirian, karena di dalamnya kita bisa menemukan kebebasan.


Jujur, Ini Berat – Khoirul Trian

ayahTemukan di Sini!

Kadang, yang paling sulit adalah mengakui kalau kita sedang tidak baik-baik saja. Dalam Jujur, Ini Berat, Khoirul Trian menulis dengan kejujuran yang menelanjangi luka. Ia berbicara tentang rasa sakit yang tak terlihat, tentang bagaimana kita sering berusaha kuat di depan orang lain, tapi diam-diam nyaris roboh di dalam diri sendiri.

Teks-teks di dalamnya terasa seperti surat penyembuhan. Trian mengingatkan bahwa tak semua orang akan mengerti kita; itu tidak apa-apa. Tugas kita bukan mencari pengakuan, melainkan belajar merawat diri sendiri. Ia menulis dengan gaya yang lugas, kadang menampar, tapi selalu membawa rasa hangat di akhir setiap paragraf.

Buku ini akan menemanimu menelusuri rasa sakit tanpa merasa sendirian. Sebuah pengingat lembut bahwa kita layak disembuhkan, meski oleh tangan kita sendiri.


Anak Kecil Yang Kehilangan Pundaknya – Khoirul Trian

ayahTemukan di Sini!

Ada sesuatu yang menyentuh dari cara Khoirul Trian menulis tentang masa kecil. Tentang laut, tentang pantai, tentang anak kecil yang menatap dunia dengan mata ingin tahu dan hati yang masih jujur. Dalam buku ini, ia mengajak pembaca menelusuri kenangan masa lalu yang sering kali lebih jujur dari ingatan orang dewasa.

Lewat kisah si anak kecil yang gemar berlayar bersama pamannya, Trian menyingkap hal-hal sederhana yang diam-diam menyimpan makna besar: tanggung jawab, kehilangan, dan keberanian untuk tetap hidup meski diterpa gelombang. Di balik detail kesehariannya, kita bisa merasakan getar kesepian dan kehangatan yang berjalan beriringan.

Anak Kecil yang Kehilangan Pundaknya terasa seperti surat cinta untuk masa lalu—pahit, indah, dan penuh renungan. Sebuah ajakan untuk memeluk diri kecil kita, dan berdamai dengan perjalanan yang pernah terasa berat.


Wal akhir,

Masa depan kadang menakutkan. Barangkali, akan lebih terasa lebih mengerikan lagi apabila kamu kehilangan pemandu yang semestinya memberimu arah tuju untuk hidup ke depannya.

Kamu jadi mesti menghadapi segalanya sendiri, serupa membebat jalan baru dalam hutan yang lebat. Membingungkan dan menakutkan. Tapi perjalanan ini nggak harus kamu jalani sendirian.

Hadir dari pengalaman serupa, buku Ayah, Ini Arahnya Ke Mana Ya? menyajikan pengalaman relatable yang bisa menjadi pelukan sekaligus penguat di kala hidup terasa kian berat.

So, buat kamu yang sedang mencari hirup aroma kehangatan itu, segeralah dapatkan bukunya dan rasakan energinya mengaliri semangat masa mudamu!

promoDapatkan Promonya di Sini!


Baca juga: Kumpulan Budak Setan: Tampilan Horor yang Bukan Cuma Hantu, Kini Cetak Ulang dengan Cover Baru!


✨ Oya, jangan lupa juga buat dapetin penawaran spesial lainnya dari Gramedia! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️

kumpulanTemukan Semua Promo Spesial di Sini!


Enter your email below to join our newsletter