Lebih Dekat dengan George Orwell: Penulis, Aktivis, dan Sorot Mata Visioner yang Mengubah Cara Kita Melihat Dunia!

Kalau mendengar nama George Orwell, mungkin yang langsung terlintas di pikiran adalah novel klasik seperti 1984 atau Animal Farm. Yup, dua karya ini memang sudah jadi semacam pintu gerbang buat banyak orang untuk mengenalnya. 🚪📚
Tapi, tahukah kamu bahwa Orwell itu tak cuma sosok penulis cerita distopia atau alegori politik belaka? Di balik karyanya, ada perjalanan hidup penuh lika-liku, keberanian mengkritik, sekaligus gaya menulis yang khas dan tak lekang oleh waktu.
Lewat artikel ini, Gramin mau ajak kamu menyelam dan berkenalan lebih dekat lagi dengan sosok penulis top asal Inggris itu.
Kira-kira apa saja yang menarik dari sosok itu ya? Yuk, kita bahas sama-sama! 🏹
Latar Belakangnya Seperti Apa?
George Orwell lahir dengan nama Eric Arthur Blair pada 1903 di Motihari, Bengal, India, yang kala itu masih berada di bawah pemerintahan Inggris. Meski berasal dari keluarga lower-upper middle class, kehidupannya jauh dari kata glamor.
Setelah kembali ke Inggris, Orwell tumbuh di tengah kondisi serba terbatas, sesuatu yang kelak memberi warna pada banyak tulisannya. Pendidikan formalnya ditempuh di sekolah bergengsi, Eton College, tapi bahkan di sana ia sudah menunjukkan kecenderungan berbeda. Ia lebih senang mengamati kehidupan sekitar; ketimbang sekadar mengejar prestasi akademik.
Selepas masa sekolahnya di sana, ia sempat mencoba jalur yang tidak biasa: menjadi polisi kolonial di Burma. Pengalaman ini membuka matanya pada kerasnya imperialisme dan ketidakadilan yang tersembunyi di balik sistem kolonial. Rasa getir itu membekas dalam ingatannya dan kemudian menjadi fondasi dalam banyak tulisannya. 🌳
Kehidupan pribadinya penuh kerumitan. Orwell sempat hidup miskin di Paris dan London, bergaul dengan para buruh kasar, pengangguran, hingga gelandangan. Alih-alih menghindar; ia memilih menyelami langsung realitas itu. Dari situ, lahir pandangan kritis yang menghidupkan tulisan-tulisannya di kemudian hari. 💡✨
Kenapa Namanya Bisa Melejit?
Langkah awalnya dimulai dengan Down and Out in Paris and London (1933), sebuah memoar tentang hari-harinya di jalanan, bekerja serabutan, dan bergelut dengan kemiskinan. Buku ini terbit dengan nama pena “George Orwell” untuk pertama kalinya—memperlihatkan gaya tulis Orwell yang lugas sekaligus penuh detail, membuat pembaca bisa merasakan aroma, suara, dan rasa lapar yang ia alami. 😥
Tahun 1945 menjadi titik balik. Animal Farm dirilis, dan dunia langsung menoleh ke namanya. Dalam kisah hewan yang mengatur ladang, Orwell menyingkap ironi sistem politik yang berubah jadi penindasan. Buku ini diterjemahkan ke berbagai bahasa, dipuji, sekaligus dikecam, menjadikan Orwell salah satu penulis paling dibicarakan pada masanya.
Lalu datang 1984 (1949), karya yang menggambarkan dunia distopia penuh pengawasan dan manipulasi. 👀 Novel ini begitu kuat hingga melahirkan istilah “Orwellian” yang sampai sekarang dipakai untuk menggambarkan situasi ketika kebebasan ditekan oleh kekuasaan. Dari sinilah posisinya sebagai penulis besar benar-benar terpatri.
Baca juga: Parade Senyap, Novel Terbaru Keigo Higashino, Saat Detektif Galileo Kembali Memburu Kebenaran
Dia Tuh Penulis yang Seperti Apa?
Orwell dikenal sebagai penulis yang jujur dan to the point. Ia menulis tanpa hiasan berlebihan, seolah-olah mengajak pembaca duduk bersama sambil berbincang langsung. Gaya bahasanya sederhana, tapi meninggalkan kesan mendalam karena isi pesannya kuat. 💪📨
Ia pernah bilang bahwa menulis seharusnya seperti kaca jendela—transparan, tanpa gangguan gaya berlebihan yang menghalangi pandangan pembaca. Kutipan tentang menulis sebagai ‘kaca jendela’ berasal dari esainya berjudul Why I Write (1946).
Tema yang ia pilih juga konsisten. Dari buku ke buku, kita bisa menemukan perhatiannya tertuju pada ketidakadilan sosial, kondisi kelas pekerja, dan bahaya otoritarianisme. ⚒
Selain itu, Orwell punya keberanian untuk menyentuh isu-isu yang dianggap tabu. Ia menulis tentang kemiskinan, perang, politik, bahkan kebusukan kekuasaan tanpa tedeng aling-aling. 🐀
Semua itu dituturkan dengan cara yang realistis, kadang getir, dan penuh satir. Itu membuatnya bukan hanya dianggap sebagai penulis, tapi juga intelektual publik yang memengaruhi cara orang melihat dunia.
Ia pun punya sisi humanis yang kental. Meski sering mengkritik dengan keras, tulisan Orwell selalu dilandasi rasa empati yang besar terhadap mereka yang tertindas. Jadi, kamu nggak perlu heran kalau banyak pembaca merasa dekat dengan suaranya, seolah ia benar-benar memahami penderitaan orang biasa. 🤗💚
Bebaskan Dirimu Dalam Suguhan Karyanya!
Rasakan sendiri sensasi getir nan relatable dalam dunia yang dibangun Orwell lewat setiap bukunya. Kalau kamu tertarik, pas banget! Gramin udah sediain list-nya di bawah ini:
1. Luntang Lantung Si Gadis Taat
Dorothy hilang ingatan dan saat siuman ia sudah bukan lagi si gadis taat, putri sematawayang pendeta. Hidupnya yang teratur dan tak neko-neko berganti dengan episode luntang-lantung di sekitaran London. Dari kuli musiman, guru di sekolah abal-abal, sampai mengemis—semua dilakoni demi bertahan hidup. Sambil, ia terus mengais kembali ingatannya yang timbul-tenggelam.
Diterjemahkan dari A Clergyman’s Daughter, Luntang-Lantung si Gadis Taat mengenalkan jurus sinisme khas George Orwell sang pengarang sebelum kelahiran mahakaryanya 1984 dan Animal Farm. Dorothy di sini bisa jadi adalah kita semua—dalam bentuk ekstremnya—yang berusaha menjawab pertanyaan abadi: Siapa kita?
2. Gerundelan Penulis Kere
Gordon Comstock, lelaki terpelajar kelas menengah Inggris pada 1930-an, benci mati terhadap "Dewa Uang" dan iblis bernama kapitalisme. Demi memerangi keduanya, Gordon tidak pikir panjang untuk minggat dari posisi mapannya di kantor periklanan. Sejak itu, Gordon bertekad hidup mandiri sebagai penulis, tanpa menghamba pada duet sesembahan umat manusia tersebut.
Bencana pun datang! Satu demi satu kemelut menyerbu, Gordon terjun bebas ke jurang kemiskinan. Karier, keluarga, hingga belahan jiwanya pun jadi taruhan. Pergulatan Gordon jadi makin alot dan sulit dinalar. Seiring waktu kian sulit dibedakan, Gordon sedang gelut dengan uang dan kapitalisme, atau dengan dirinya sendiri.
Gerundelan Penulis Kere merupakan terjemahan dari Keep the Aspidistra Flying, novel Orwell yang ditulis sebelum Animal Farm dan 1984. Di sini, pembaca bakal menyimak gerundelan seorang penulis kere terhadap "Dewa Uang" dan iblis kapitalisme, yang barangkali adalah kepingan masa muda Orwell.
3. 1984
Bercerita tentang Winston Smith yang merupakan seorang anggota partai Sosing atau lebih dikenal dengan anggota Partai IngSoc (English Socialism), yang berkuasa di negara fiktif Oceania. Winston boleh dibilang merupakan pengikut setia dari Big Brother sang Penguasa. Selain itu, Winston juga bekerja di Ministry of Truth di bagian berita dan propaganda yang bertugas untuk menanamkan visi dan misi partai pada masyarakat, agar terpengaruh dan menjadi pengikutnya.
Meskipun tampak menyenangkan bekerja untuk partai, tapi ternyata Winston dibuat tercengang dengan kondisi masyarakat yang tampaknya sudah tidak tahu lagi akan asal-usul kehidupan mereka, karena selama ini sudah berhasil dikelabui dan banyak fakta yang dibelokkan oleh partai, sehingga membuat kehidupan tampak membingungkan. Partai mampu memutarbalikkan fakta yang ada demi kepentingan mereka. Bahkan, kebebasan dan keadilan di kehidupan 1984 tampak diatur dan dibatasi oleh pihak penguasa.
Perang, kebohongan, dan kekangan seakan-akan menjadi makanan sehari-hari bagi masyarakat, sehingga membuat mereka tidak mampu lagi membedakan mana fakta dan hoax, serta mana yang benar dan salah. Penguasa membuat propaganda mengenai keberhasilan mereka dalam kemenangan perang, ekonomi yang stabil, hingga taraf hidup yang semakin membaik. Namun kenyataannya, masyarakat justru malah semakin menderita dan tertekan. Melihat apa yang terjadi dan bagaimana kontribusi dirinya, membuat Winston ingin melakukan pemberontakan. Namun di tengah kekuatan partai yang dipimpin oleh Big Brother tersebut, apakah Winston mampu melakukan pemberontakan tanpa terendus sama sekali?
4. Animal Farm
Suatu malam, Major, si babi tua yang bijaksana, mengumpulkan para binatang di peternakan untuk bercerita tentang mimpinya. Setelah sekian lama hidup di bawah tirani manusia, Major mendapat visi bahwa kelak sebuah pemberontakan akan dilakukan binatang terhadap manusia; menciptakan sebuah dunia di mana binatang akan berkuasa atas dirinya sendiri.
Tak lama, pemberontakan benar-benar terjadi. Kekuasaan manusia digulingkan di bawah pimpinan dua babi cerdas: Snowball dan Napoleon. Namun, kekuasaan ternyata sungguh memabukkan. Demokrasi yang digaungkan perlahan berbelok kembali menjadi tiran di mana pemimpin harus selalu benar. Dualisme kepemimpinan tak bisa dibiarkan. Salah satu harus disingkirkan, meski harus dengan kekerasan.
5. Down and Out in Paris and London
Dalam Down and Out in Paris and London, George Orwell membuka kisahnya dengan gambaran kehidupan sehari-hari di Rue du Coq d’Or, sebuah jalan kecil di Paris yang sempit, ramai, sekaligus kacau. Dari pertengkaran antar penghuni hotel, teriakan pedagang jalanan, sampai nyanyian keras di malam hari, semuanya berpadu menciptakan potret khas kehidupan kelas bawah. Gambaran ini hadir serupa cermin dari realitas keras, yang jarang terlihat dalam buku-buku pada umumnya.
Orwell menghadirkan detail yang hidup tentang orang-orang di sana. Ada pemondok miskin dari berbagai negara, pekerja kasar, hingga pengunjung bistro yang hanya butuh recehan untuk mabuk seharian. Dengan gaya lugas dan apa adanya, ia mengajak pembaca menelusuri sisi lain Paris yang jauh dari gemerlap. Kisah ini bukan hanya dokumentasi, tapi juga pengalaman personalnya, yang kelak membentuk pandangan kritis Orwell terhadap ketidakadilan sosial.
Baca juga: Sunrise on the Reaping: Novel Prekuel The Hunger Games yang Berasal dari Ide Filosofis!
Beli Buku Orwell, Free Sticker Set! 🧩
Buat kamu yang tertarik dengan karya George Orwell, mesti banget nih lirik penawaran satu ini!
Soalnya, ada special offer karya George Orwell di Gramedia! Lewat promonya, kamu berkesempatan untuk mendapatkan sticker set Luntang-Lantung Si Gadis Taat buat pembelian buku Orwell mana pun.
Yup, periode promo hanya berlangsung selama tanggal 25 Agustus - 30 September 2025 aja ya. Segera dapatkan dan jangan sampai kehabisan!
For the last words before we say fare the well,
George Orwell meninggal pada 21 Januari 1950 karena tuberkulosis, di London, tapi karyanya masih terus dibaca dan diperbincangkan hingga kini. Ia meninggalkan warisan berupa tulisan yang tajam, jujur, dan penuh peringatan tentang bagaimana kekuasaan bisa mengubah hidup manusia.😓
Membaca Orwell bukan hanya soal menikmati cerita. Ini pengalaman untuk memahami realitas, mengenali bahaya, dan melihat dunia dengan lebih kritis. Lewat kata-kata yang sederhana, ia menanamkan pesan yang bertahan lama, bahkan melampaui generasinya sendiri.
Jadi, kalau selama ini kamu hanya mengenalnya lewat 1984 atau Animal Farm, mungkin sekarang waktunya membuka lembar lain dari George Orwell yang lebih luas dan kaya akan makna. 👊🤠
✨ Jangan lewatkan penawaran spesial lainnya dari Gramedia hanya untuk kamu! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️