Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia: Ingat, Hidupmu Selalu Berharga

Hidup itu lucu ya, Grameds. Ada hari-hari di mana semuanya terasa ringan: bisa ketawa sama teman, kerjaan cepat beres, hati tenang… Tapi, ada juga masa di mana segalanya terasa berat, bahkan—saking beratnya—bangun dari tempat tidur aja rasanya kayak tantangan besar. 😵
Wajar banget, karena hidup memang penuh naik turun, penuh lika-liku, dan gak pernah datar. Kadang kayak roller coaster yang bikin teriak-teriak, kadang juga kayak jalan datar yang bikin kita bengong.
Di momen-momen itu, kita jadi diingatkan kalau kesehatan mental tuh gak kalah penting dari kesehatan fisik. Dua-duanya, butuh dijaga biar kita bisa terus melangkah dengan lebih ringan.
Nah, berhubung topik ini penting banget, dunia sampai punya satu hari khusus buat mengingatkannya: Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia, yang jatuh setiap 10 September. 😇🌿
Yuk, kita kulik lebih jauh soal kenapa hari ini ada dan kenapa penting banget buat kita semua! 🙌
Kenapa Ada Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia?
Setiap tanggal 10 September, dunia memperingati Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. International Association for Suicide Prevention (IASP) pertama kali memprakarsai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia pada tahun 2003, dengan dukungan World Health Organization (WHO). Bukan cuma sebatas seremoni, hari ini lahir dari keprihatinan global karena angka bunuh diri terus meningkat dari tahun ke tahun. WHO bersama IASP akhirnya menetapkan momen ini untuk mengingatkan kita: isu kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik.
Hari ini jadi kesempatan buat kita berhenti sejenak, refleksi, dan lebih peka terhadap diri sendiri maupun orang-orang di sekitar. Kadang, hal sederhana seperti sapaan hangat atau sekadar menemani bisa jadi pertolongan nyata.
Intinya, Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia mengajak kita semua untuk saling menjaga, karena setiap hidup itu berharga. 💪😊
Pentingnya Jaga Kesehatan Mental
Di tengah kesibukan dan tekanan hidup, kesehatan mental sering kali jadi hal yang terlupakan. Padahal, kalau dibiarkan, stres kecil bisa berkembang jadi masalah besar. Menjaga mental itu nggak berarti kita harus selalu tampil ceria atau pura-pura bahagia. Justru, kuncinya ada di keberanian untuk mengenali apa yang kita rasakan, mencari bantuan ketika dibutuhkan, dan nggak merasa malu kalau butuh support. Karena, semua orang berhak punya ruang untuk istirahat dan pulih.
Kesehatan mental juga punya efek domino ke banyak aspek hidup kita. Kalau pikiran terasa lebih sehat, kita bisa lebih fokus ngerjain tugas, lebih produktif di kerjaan, dan lebih gampang menikmati momen bareng orang lain. Kamu bisa bayangin, kalau hati tenang itu kayak baterai yang terisi penuh—kegiatan sehari-hari jadi lebih enteng dijalani, bahkan hal-hal kecil pun bisa terasa lebih menyenangkan.
Makanya, menjaga kesehatan mental itu bukan cuma urusan pribadi. Dengan kondisi mental yang stabil, kita bisa hadir dengan lebih utuh buat orang-orang di sekitar. Mulai dari bisa jadi pendengar yang baik, punya energi buat mendukung mereka, sampai menularkan vibes positif. Jadi, merawat mental itu ibarat investasi: manfaatnya kita rasain sendiri, tapi efek baiknya juga bisa dirasakan orang-orang yang kita sayangi. 😍
Ini Beberapa Hal Sederhana untuk Jaga Kesehatan Mental!
Kadang kita mikir menjaga mental health itu rumit. Padahal, langkah kecil juga bisa punya dampak besar. Yuk, kita lihat sama-sama beberapa cara yang bisa mulai dipraktikkan dari sekarang.
1. Jadi Pendengar yang Nggak Nge-judge
Kadang orang cuma butuh telinga, bukan solusi. Dengan dengerin tanpa nge-judge, kita bikin orang itu ngerasa dihargai dan nggak sendirian. Kamu nggak mesti selalu punya jawaban, cukup hadir dan bilang, “aku ada buat kamu,” itu udah lebih dari cukup.
Pernah kan kamu cerita panjang lebar, tapi ujung-ujungnya cuma pengen didengerin? Nah, itu juga yang sering dirasain orang lain. Jadi, yuk biasain diri buat benar-benar hadir saat orang lain lagi cerita, tanpa sibuk mikirin balasan yang ribet.
2. Ngingetin Diri Kalau Wajar Buat Minta Bantuan
Banyak orang yang merasa “lemah” kalau harus minta bantuan. Padahal, justru keberanian buat buka suara itu tanda kekuatan. Dengan minta tolong, kita kasih kesempatan orang lain untuk ada dan mendukung kita.
Kalau kamu lagi ngerasa berat, coba ingat: sama kayak badan butuh dokter pas sakit, hati juga butuh teman atau profesional buat sembuh. Jadi jangan gengsi, karena kamu berhak merasa lebih baik.
3. Sharing Hal Positif
Media sosial sekarang jadi bagian dari hidup sehari-hari. Bayangin kalau tiap orang mau berbagi sesuatu yang positif, pasti timeline kita jadi lebih sehat dan menyenangkan. Nggak harus selalu quotes motivasi kok; cerita kecil tentang perjuanganmu juga bisa jadi inspirasi buat orang lain.
Dengan sharing, kita bukan cuma nyemangatin orang lain, tapi juga diri sendiri. Terkadang dengan menuliskan hal-hal baik, kita jadi lebih inget kalau ternyata ada banyak hal kecil yang patut disyukuri.
4. Jaga Koneksi Sosial
Nggak bisa dipungkiri, manusia itu makhluk sosial. Sesibuk apa pun, coba sempatkan buat nyapa teman lama, ngobrol ringan sama tetangga, atau sekadar ngucapin selamat ulang tahun ke temen kantor. Interaksi kecil ini bisa bikin kita merasa lebih terhubung.
Koneksi sosial itu semacam charger buat mental kita. Saat kita punya hubungan yang hangat dengan orang sekitar, rasa kesepian bisa berkurang, dan kita jadi lebih kuat menghadapi tantangan.
5. Kasih Waktu Buat Hal yang Bikin Senang
Di tengah kesibukan, jangan lupa sisihkan waktu buat hal-hal yang bikin hati bahagia. Entah itu main game, jalan santai, baca buku, atau sekadar rebahan sambil nonton serial favorit. Aktivitas menyenangkan bisa jadi pelepas stres yang ampuh.
Hal kecil yang bikin happy ini membantu otak kita buat ngeluarin hormon bahagia. Jadi jangan merasa bersalah kalau kamu meluangkan waktu buat diri sendiri, ya, soalnya itu bagian dari merawat kesehatan mental juga.
Rekomendasi Buku untuk Menjaga Kesehatan Mental
Kalau kamu lagi cari teman perjalanan dalam merawat kesehatan mental, Gramin udah siapin list bacaan yang mungkin kamu butuhkan. Berikut ini list yang bisa kamu temukan! 📚
1. Mengapa Tidak Ada yang Pernah Memberitahuku? — Dr. Julie Smith
Dalam buku ini, Dr. Julie Smith berbagi keterampilan yang kamu butuhkan untuk mengatasi tantangan kehidupan sehari-hari dan cara mempertahankan kesehatan emosional serta mental. Mengapa Tidak Pernah Ada yang Memberitahuku? bakalan bantu kamu nunjukin caranya tetap tangguh saat mengelola kecemasan, menghadapi kritik, mengatasi depresi, membangun kepercayaan diri, menemukan motivasi, atau belajar memaafkan diri sendiri.
Buku ini menawarkan pemahaman yang lebih dalam tentang cara kerja pikiran dan memberi wawasan serta bantuan yang kamu butuhkan untuk menjaga kesehatan mental dan ketentraman diri setiap hari. Dibawakan dengan bahasa yang ringan, buku ini cocok buat kamu yang lagi butuh panduan darurat untuk hari-hari berat.
https://www.gramedia.com/products/mengapa-tidak-pernah-ada-yang-memberitahuku
2. Cegah Bunuh Diri Remaja: Yuk, Deteksi! – Nova Riyanti Yusuf
Bunuh diri pada remaja adalah persoalan yang kerap tersembunyi di balik senyum atau diamnya seorang anak, namun dampaknya begitu serius dan tidak bisa dianggap remeh. Melalui Cegah Bunuh Diri Remaja: Yuk, Deteksi!, Nova Riyanti Yusuf mengajak pembaca memahami bahwa ada banyak faktor yang bisa mendorong seorang remaja berada di titik rapuh—mulai dari tekanan hidup, stres, hingga gangguan mental. Buku ini hadir untuk membuka mata kita bahwa upaya pencegahan bisa dilakukan sejak dini, terutama dengan mengenali tanda-tanda yang muncul, mendengarkan dengan empati, serta memberi dukungan nyata agar remaja tidak merasa sendirian.
Ditulis dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, buku ini menjadi panduan penting bagi orang tua, guru, maupun remaja sendiri. Tidak hanya menyajikan informasi dan ilustrasi yang membantu, tetapi juga memberi arahan praktis tentang langkah-langkah yang bisa diambil, termasuk kapan harus menghubungi tenaga profesional.
Dengan bekal pengetahuan dari buku ini, diharapkan kita semua bisa lebih sigap dalam mendeteksi, memahami, dan menemani remaja melewati masa sulitnya, sehingga peluang untuk mencegah terjadinya bunuh diri semakin besar.
3. It Didn’t Start With You — Mark Wolynn
Depresi, kecemasan, sakit kronis, hingga fobia sering kali kita kira muncul hanya dari pengalaman pribadi atau faktor kimiawi dalam otak. Namun, riset terbaru menunjukkan bahwa trauma dapat diwariskan lintas generasi. Apa yang dialami oleh orang tua, kakek-nenek, bahkan leluhur kita bisa meninggalkan jejak dalam diri kita hari ini. Inilah yang diungkap oleh Mark Wolynn dalam It Didn’t Start With You, sebuah karya yang membuka mata bahwa kita tidak sendirian menghadapi beban emosional yang kadang sulit dijelaskan asal-usulnya.
Dengan bahasa yang mudah dipahami, Wolynn menjembatani hasil penelitian para pakar psikologi menjadi panduan praktis untuk mengenali dan menyembuhkan “warisan emosional” tersebut. Buku ini tidak hanya menawarkan pengetahuan, tetapi juga menghadirkan kuesioner dan latihan reflektif yang membantu kita menelusuri pola trauma keluarga, sekaligus menemukan cara untuk memutus rantai penderitaan itu. It Didn’t Start With You hadir sebagai pendekatan transformatif yang bisa dibaca sendiri, bersama pasangan, atau bahkan anggota keluarga—sebuah langkah penting untuk memperbaiki kualitas hidup dan kesehatan mental kita.
4. After the Rain — Alexandra Elle
Bayangkan momen setelah hujan reda: udara terasa segar, cahaya matahari menembus awan, dan dunia seolah diberi kesempatan baru. Dalam After the Rain, Alexandra Elle mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dengan cara yang sama. Melalui 15 pelajaran yang ia rangkai dengan jujur dan penuh kelembutan, Elle menuntun kita menavigasi keraguan, luka, hingga kegelisahan, agar perlahan berganti menjadi keberanian, penerimaan, dan cinta diri.
Buku ini bukan hanya memoar, melainkan juga panduan yang sarat refleksi dan praktik sederhana untuk kita terapkan dalam keseharian. Elle membuka perjalanan pribadinya—dari masa penuh keraguan hingga menemukan kekuatan dalam cinta dan penyembuhan—dan menularkannya dalam bentuk afirmasi, meditasi, serta cerita penuh makna. After the Rain hadir sebagai peta jalan yang menguatkan, agar kita mampu menumbuhkan keyakinan diri dan benar-benar merasakan keindahan, cinta, dan kesempatan yang sudah menanti di setiap sudut kehidupan.
5. Pulih dari Trauma — dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ
Banyak orang mengira trauma adalah luka permanen yang harus dijalani seumur hidup—sebuah penjara tak kasat mata yang selalu menghadirkan rasa sakit. Padahal, menurut dr. Jiemi Ardian dalam bukunya Pulih dari Trauma, trauma bukan sekadar tentang kejadian yang sudah berlalu, melainkan bagaimana memori dari peristiwa itu membentuk cara kita memandang hidup. Artinya, yang bisa kita olah bukan peristiwanya, melainkan respons dan memori yang tertinggal. Dengan pemahaman ini, muncul harapan bahwa trauma tidak harus selamanya membelenggu.
Buku ini memperkenalkan Trauma Processing Therapy (TPT), sebuah pendekatan ilmiah yang dirancang untuk membantu kita mengurai, memproses ulang, dan akhirnya melepaskan diri dari cengkeraman trauma. Di dalamnya, dr. Jiemi tidak hanya menjelaskan konsep, tetapi juga menyertakan latihan-latihan sederhana yang bisa dipraktikkan pembaca. Jika terasa berat, pembacaan buku ini bisa dijalani bersamaan dengan pendampingan profesional. Pulih dari Trauma hadir sebagai undangan untuk memulai perjalanan penyembuhan—sebuah langkah menuju kehidupan yang lebih bebas dari luka masa lalu dan lebih penuh dengan harapan baru.
Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia ngingetin kita bahwa setiap hidup itu berharga. Kalau lagi ngerasa berat, jangan ditahan sendiri. Kamu mesti percaya: selalu ada telinga yang siap dengerin dan tangan yang mau meraih. Dan kalau kamu lihat orang lain lagi kesusahan, cobalah buat: hadir aja dulu. Soalnya, kehadiran sederhana bisa jadi penyelamat.
Sekarang, coba tanya ke diri sendiri: kapan terakhir kali kamu benar-benar berhenti sejenak buat dengerin diri sendiri? Atau kapan terakhir kali kamu nyapa teman dan nanyain kabarnya, bukan cuma basa-basi? Refleksi kecil ini mungkin terdengar sederhana, tapi bisa jadi awal yang baik untuk saling jaga dan saling dengar.
Karena pada akhirnya, dunia ini bakal lebih hangat kalau kita jalan bareng-bareng, bukan sendirian. 🤗💞
✨ Oya, jangan lupakan juga penawaran spesial lainnya dari Gramedia hanya untuk kamu! Cek promonya di bawah ini agar belanja kamu jadi lebih hemat! ⤵️