(AUTHOR'S INTERVIEW) Cerita Unik di Balik Proses Kreatif Buku Minta Dibanting

Selain “Masih Ingatkah Kau Jalan Pulang” yang merupakan hasil kolaborasi bersama Sapardi Djoko Damono, Rintik Sedu juga menerbitkan buku aktivitas berjudul “Buku Minta Dibanting”.

Sesuai judulnya, para pembaca akan dibuat kesal sehingga membuat buku ini minta dibanting.

Si pemilik akun Rintik Sedu, Nadhifa Allya Tsana, bercerita tentang hadirnya Buku Minta Dibanting yang disebut-sebut terinspirasi dari pembaca buku-bukunya dan bagaimana Rintik Sedu memosisikan dirinya di media sosial.

“Sebagai teman yang menyebalkan yang kalau misalkan temannya curhat, bukannya dipeluk atau dikasih saran, malah kayak, ‘ya itu salah lo,’” ujar Tsana saat berkunjung ke kantor Gramedia.com beberapa waktu lalu.

Rintik Sedu menandatangani buku terbarunya, Buku Minta Dibanting. (Foto: Muhammad Fachrio Alhadar/Gramedia.com)

Buku yang disebut Tsana sebagai buku bercanda ini memiliki konsep unik yaitu berbentuk kartu pos yang bisa dikirimkan.

Hal tersebut mengingat buku kumpulan kata-kata seperti biasa sudah banyak jenisnya. Bersama tim penerbit, Tsana akhirnya memutuskan menggunakan konsep surat cinta.

“Bedanya, (surat cinta) ini macam-macam dan tinggal gunting. Terus di bagian belakangnya mereka boleh menulis pakai nama atau tanpa nama lalu mengirimkannya ke orang yang mau mereka tuju—si target,” terang Tsana.

Ada satu pembaca Tsana yang melapor bahwa ia telah mengirimkan salah satu kutipan dalam Buku Minta Dibanting kepada seseorang. Ia pun bercerita bahwa ia menaruh kutipan tersebut ke dalam tas si target di sekolah.

“Dia foto tas si target yang sudah diselipkan salah satu dari tulisanku. Si target kemudian mempostingnya di (Instagram) Story tapi dia nggak tahu itu dari si pengirim. Lucu deh punya interaksi sama mereka,” Tsana menyampaikan sambil cekikikan.


Baca juga: (AUTHOR'S INTERVIEW) Cerita Rintik Sedu tentang Buku Puisi Pertamanya


Tsana Menyiapkan 200 Kata-Kata untuk Bukunya

Rintik Sedu saat berkunjung ke kantor Gramedia.com. (Foto: Muhammad Fachrio Alhadar/Gramedia.com)

Tsana mengaku bahwa pengumpulan kata-kata untuk dirangkum dalam buku ini hanya sebentar.

Proses dengan waktu lama adalah saat menggambar ilustrasi dalam setiap halaman bukunya yang juga dibuat olehnya sendiri.

“Padahal mungkin kalau digambar orang akan lebih bagus—lebih banyak inspirasi dan idenya. Namun, karena pembaca terlanjur tahu (karya) itu pakai gambarku, akhirnya kalau pakai sentuhan tangan orang lain akan berbeda,” kata Tsana.

Tsana juga menyebutkan bahwa dari 200-an kata yang diajukan kepada editornya, hanya 65-an kata saja yang lolos.

Dengan begitu, ia juga harus menyiapkan setidaknya 65 gambar yang harus agak “mikir” demi mencocokkan satu sama lain (gambar dengan kata-katanya).

Sementara itu, 200 kata-kata yang sudah disiapkan Tsana berasal dari tulisan yang belum pernah diposnya di Instagram.

Setelah disortir oleh tim penerbit, ada tiga tema tulisan yang cocok sesuai dengan tulisan yang diajukan Tsana.

“Ketiga tema tersebut adalah sosok teman yang menyebalkan, sosok teman yang peduli menepuk bahu temannya untuk bersama, dan sosok teman yang menyemangati untuk bangkit,” terang Tsana.

Untuk tema sosok teman yang menyebalkan sudah diterbitkan dalam Buku Minta Dibanting.

Sedangkan dua tema lainnya akan dibuatkan buku juga yang masing-masing akan diberi judul; Buku Minta Dipeluk dan Buku Tanah Banting.

Saat ditanya kapan kedua buku selanjutnya terbit, Tsana pun menjawab, “Itu pertanyaan paling horor. Aku bahkan nggak mau bahas sama editorku karena nanti pasti dikasih deadline.”

Tidak sabar menunggu dua buku lanjutannya terbit? Yuk, baca dulu Buku Minta Dibanting karya Rintik Sedu yang bisa kamu dapatkan di Gramedia.com!


Baca juga: Puisi-Puisi Lintas Generasi dari Sapardi Djoko Damono dan Rintik Sedu