Sabrina Zee
Under the Broken Sky

Makin Hemat dengan Bebas Biaya Pengiriman Rp0.
Pilih toko Gramedia terdekat dan opsi pengiriman “Ambil di Toko” ketika checkout.
Deskripsi
15 Januari 2003.
"Kau harus ingat, Rigel. Kita jauh lebih baik. Lebih berkelas. Terutama jika dibandingkan dengan kaum harkudat erukt itu." Tanpa bisa dicegah, bibir kecilnya tersenyum sinis saat memandang anak-anak berdarah kotor yang berlarian di sepanjang dermaga Kota Tevar. Mereka terlihat lebih kusam dan tidak menarik dibandingkan orang-orang seperti dirinya dan juga ibunya. Tidak ada warna rambut, mata, ataupun warna kulit yang indah serta mencolok di antara mereka.
Kota Tevar merupakan kota dengan populasi harkudat erukt paling besar di Kerajaan Pavenus. Tidak seperti di kota lain, harkudat erukt bisa hidup dengan lebih mudah di sini. Mereka bisa makan dari hasil laut yang mereka tangkap sendiri. Mereka juga membentuk kelompok persaudaraan yang cukup besar. Mereka bahkan punya markas pusat tersendiri yang terletak di salah satu bangunan besar dekat pesisir pantai.
Dan jika keberadaan kaum itu terus dibiarkan, suatu saat jumlah mereka akan menjadi terlalu banyak untuk bisa dimusnahkan. Terkadang ia tidak mengerti kenapa Raja Oskar tidak memberikan tindakan apa-apa untuk mengatasi populasi kaum menjijikkan itu. Selama sebelas tahun pemerintahan raja itu, tidak ada perkembangan apa pun yang berarti di Kota Tevar. Melayangkan pandangan kebencian terakhir ke arah kaum harkudat erukt yang berkeliaran di sekitar pantai, Rigel pun berbalik dari gang kecil itu untuk pulang.
Baca Selengkapnya
Detail Buku