Sedikit orang yang menaruh perhatian atau bahkan mempertanyakan tentang keseragaman yang diperdengarkan para khatib jumat di akhir khutbah mereka. Apalagi mengkritisi untuk mengetahui lebih jauh tentang sejarah asal-muasalnya, atau bahkan mempertanyakan kebolehan secara hukum menggunakan kalimat-kalimat yang lainnya. Menakjubkan. Dari segi isi, substansi, maupun ajaran tidak saja penting, namun betapa perlunya disosialisasikan dalam kehidupan bermasyarakat sepanjang zaman, terlebih dalam bernegara. Sebuah ijtihad sangat brilian dari seorang kepala negara yang ditulis sejarah dengan tinta emas terkenal dengan kezuhudan dan keadilannya, Umar bin Abdul Aziz r.a. “Buku yang ada di hadapan pembaca ini menyajikan betapa DR. KH. A. Nur Alam Bakhtir mengupas dengan detail, lengkap dengan berbagai pendapat para ahli tafsir klasik maupun kontemporer, apa dan bagaimana ketiga bentuk kebaikan dan tiga bentuk larangan tersebut sehingga dapat dipahami secara kongkrit. Semoga bermanfaat.” Drs. H. Abas Basalamah, MA – Akademisi “Saya mengenal KH. Ahmad Nur Alam Bakhtir sejak penghujung masa order baru. Saat itu kami tergerak membuat kelas Pengantar Ilmu Politik dan Politik Indonesia, khusus bagi para asatidz, du’at, dan santri yang berminat menambah wawasan keilmuan. Tujuan diadakannya kelas khusus itu adalah menyebarkan pencerahan untuk membentuk kelayakan bersikap terhadap keadaan. Tujuan ini mencerminkan kepedulian KH. Nur Alam pada pentingnya umat Islam memahami Islam secara tekstual dan kontekstual. Kepedulian itu terpelihara hingga kini. Buku ini adalah salah satu wujudnya.” Eep Saefulloh Fatah – Pendiri dan CEO PolMark Indonesia dan DigInc Asia