ARHAN kebingungan dengan apa yang sedang terjadi di hadapannya. Sang ibu terus memasukkan pakaian dan barang-barangnya ke dalam koper dan tas. Berulang kali Arhan memanggil dan bertanya, tapi sang ibu seolah menganggap Arhan tidak ada di sana. Entah akan dibawa ke mana semua pakaian itu? Mengapa tak ada satupun pakaian miliknya yang ikut dibawa? Prita Yulia tetap mengemasi barang-barang yang tersisa-termasuk bedak, minyak wangi, dan lipstik yang ada di atas meja rias. "Mama mau ke mana? Ahan mau ikut" Begitu Prita melewatinya, tangan kecil Arhan terangkat untuk menggapai ujung baju sang ibu. Prita menepisnya. "Mama...." “Arhan di sini aja, sama Ayah," jawab Prita dingin. "Mama mau ke mana?" Prita tak menjawab, ia kembali berjalan sembari menarik koper dan menggendong tasnya keluar dari kamar. Di dekat pintu, sosok Arbani Soetanto yang mencoba tegar setelah badai dahsyat menghantam rumah tangganya, terlihat pasrah. Bahunya melesak. Ada beban berat yang tak kasat mata ditanggungnya. "Kamu mau ke mana?" Arbani menahan lengan Prita saat melewatinya. Arhan yang semula berdiri di depan pintu, segera menghampiri kedua orang tuanya. Tangisnya tak tertahankan lagi. Ia takut sekali ditinggalkan oleh ibunya. "Mama...." Untuk yang kesekian kalinya, tangan Arhan menggapai ujung baju Prita. Ia menyampaikan permohonan untuk tetap tinggal meskipun kali ini hanya lewat air mata. "Aku titip Arhan, Mas," suara dingin Prita kembali menjawab. "Kamu nggak bisa tinggalin dia. Nggak bisa tinggalin aku juga," sahut Arbani. Tahun Terbit : Cetakan Pertama 2023