Keluarga merupakan faktor utama kesuksesan setiap orang, keluarga juga merupakan akar dari kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dan bangsa. Berkumpul bersama keluarga adalah salah satu dari kenikmatan dunia. Siapa yang tidak bahagia dan gembira ketika berkumpul bersama keluarga. Momen bahagia yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa tergantikan dengan kawan atau pun sahabat. Kita lihat contoh fenomena di Indonesia, ketika momen lebaran Idul Fitri, kaum muslimin berusaha agar berkumpul bersama keluarga dengan segala upaya. Misalnya menebus harga tiket yang mahal, perjalanan yang jauh, macet dan melelahkan serta halangan dan rintangan lainnya ketika safar untuk pulang kampung. Semuanya ini dilakukan untuk bisa berkumpul bersama keluarga dan berbahagia bersama. Namun berbagai macam problematika umat dan bangsa dewasa ini tidak bisa dipungkiri sudah semakin kompleks. Salah satu diantaranya adalah krisis keluarga. Makna perkawinan sebagai sarana sah membangun keluarga telah terjadi pergeseran, pernikahan bukan lagi dianggap sebagai sesuatu yang sakral. Trend istri menggugat suami dalam tahun terakhir meningkat tajam, hingga mencapai 70%. Dari 2 juta pasangan yang sah, hampir 300 ribu atau 15% nya berakhir di ketukan palu hakim Pengadilan Agama (PA) suatu yang sangat memprihatinkan dan menyedihkan. Bangsa yang kuat berawal dari keluarga yang taat, beradab dan bertaqwa, untuk itu Menjadi Keluarga Bahagia di Dunia dan di Surga adalah sebuah keniscayaan yang harus diperjuangkan, bukan pilihan yang masih ditimbang-timbang. Untuk mencapai hal tersebut buku ini menuntun kita untuk memahami Taujihat Rabbaniyah (arahan-arahan Allah) dalam Al-Qur’an, yang berisi tentang rumusan konsep serta rambu-rambu keluarga bahagia. Buku ini, menuntun kita untuk memahami Taujihat Rabbaniyah (arahan-arahan Allah) dalam Al Qur'an tentang rumusan, konsep serta rambu-rambu keluarga bahagia dalam frame tafsir tematik (tafsir maudhu'i). Selamat membaca!